Honorifik dalam Sistem Sapaan bahasa Bima Kajian Sosiolinguisti

Fikri, Raushan and Dany Ardhian (2024) Honorifik dalam Sistem Sapaan bahasa Bima Kajian Sosiolinguisti. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Honorifik bagian dari bentuk kekayaan bahasa daerah dalam mengungkapkan kesantunan berbahasa perlu untuk terus diperhatikan dan dilestarikan. Bahasa Bima sebagai salah satu bahasa daerah di Indonesia memiliki sistem sapaan dengan istilah kalia mengandung daya ungkap penghormatan yang tinggi kepada mitra tutur sebagai bagian dari tingkat kesantunan berbahasa. Penelitian ini bertujuan untuk mengklasifikasikan bentuk-bentuk sapaan honorifik bahasa Bima dengan memperhatikan perkembangan bahasa dan sosial kultural masyarakatnya kini. Selain itu, juga untuk menguraikan fungsi serta faktor yang mempengaruhi pemakaiannya. Lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Bolo, Kabupaten Bima, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Penelitian berjenis deskriptif kualitatif dengan tinjauan sosiolinguistik. Hasil penelitian menunjukkan bentuk-bentuk honorifik sapaan bahasa Bima yang terdiri dari 1) sapaan pronomina, 2) sapaan nama diri dengan gejala apokop, 3) sapaan istilah kekerabatan, 4) sapaan gelar dan pangkat, serta 5) klitika penunjang honorifik. Sapaan pronomina honorifik terdiri dari ita ‘kamu’, ita doho ‘kamu sekalian’, ndaina ‘dia’ dan ndai dohona ‘mereka sekalian’. Sapaan nama diri apokop ditandai dengan perubahan fonem tertentu pada nama seseorang sebagai bentuk honorifik, contohnya Ahmad menjadi Hama /a/ atau Hima /i/. Sapaan istilah kekerabatan menandakan hubungan sanak keluarga sebagai honorifik yang lazim digunakan, diantaranya ama, dae, ina, aba, dan lainnya. Sapaan gelar dan pangkat yang diketahui dari ranah tutur seperti keagamaan, pendidikan, pemerintahan, diantaranya sapaan aji atau umi, pa guru atau bu guru, pa kepala desa, ncuhi, dan lainnya. Enklitik honorifik yang melekat diakhir verba, yakni -ta dan -na. Pemilihan sapaan honorifik bahasa Bima bergantung pada kaidah alternasi yang ditentukan oleh faktor-faktor sosial yang bersifat paradigmatik kemudian diikuti oleh kaidah kookuerensi yang banyak ditandai dengan enklitik honorifik sebagai penunjang tuturan honorifik yang bersifat sintagmatik. Adapun pola penggunaan honorifik bahasa Bima ditunjukkan oleh kaidah sekuensi dengan pola honorifik tertinggi, yaitu sapaan gelar + nama diri + pronomina + enklitik honorifik. Penggunaan honorifik menunjukkan fungsi sebagai bentuk penghormatan, pernyataan status sosial, penyesuaian situasi, dan pelancar komunikasi. Pemilihan honorifik dipengaruhi oleh faktor seperti umur, kedekatan hubungan, profesi, ranah keagamaan, dan situasi. Tuturan honorifik menjadi tanda kebahasaan yang menunjukkan tingkat bahasa (speech level) yang tinggi

English Abstract

Honorifics are part of the richness of regional languages in expressing politeness in speech, and they need to be continuously observed and preserved. Bima language, as one of the regional languages in Indonesia, has a greeting system with the term “kalia,” which conveys a high level of respect to the interlocutor as part of the politeness level in speech. This research aims to classify the forms of honorific greetings in the Bima language by considering the current linguistic and socio�cultural developments of its community. Additionally, it aims to describe the functions and factors influencing their usage. The research was conducted in Bolo District, Bima Regency, West Nusa Tenggara Province. This is a descriptive qualitative study with a sociolinguistic review. The results of the study show that the forms of honorific greetings in the Bima language consist of 1) pronominal greetings, 2) personal name greetings with apocope phenomena, 3) kinship term greetings, 4) title and rank greetings, and 5) honorific-supporting clitics. Honorific pronouns consist of ita ‘you’, ita doho ‘you all’, ndaina ‘he/she’, and ndai dohona ‘they all’. Apocopated personal name greetings are marked by certain phoneme changes in a person’s name as an honorific form, for example, Ahmad becomes Hama /a/ or Hima /i/. Kinship term greetings indicate family relationships as commonly used honorifics, including ama, dae, ina, aba, and others. Titles and ranks known from the speech domain such as religion, education, and government include greetings like aji or umi, pa guru or bu guru, pa kepala desa, ncuhi, and others. Honorific enclitics attached at the end of verbs are -ta and -na. The choice of Bima language honorifics depends on alternation rules determined by social factors that are paradigmatic, followed by coherence rules often marked by honorific enclitics as syntagmatic support for honorific speech. The pattern of using Bima language honorifics is shown by sequence rules with the highest honorific pattern being title + personal name + pronoun + honorific enclitic. The use of honorifics serves as a form of respect, a statement of social status, situational adjustment, and smooth communication. The choice of honorifics is influenced by factors such as age, relationship closeness, profession, religious domain, and situation. Honorific speech becomes a linguistic marker indicating a high speech level.

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: 052412
Uncontrolled Keywords: bahasa Bima, honorifik, sistem sapaan, sosiolinguistik-address system, Bimanese language, honorific, sosiolinguistic
Divisions: Fakultas Ilmu Budaya > Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Depositing User: Sugeng Moelyono
Date Deposited: 25 Oct 2024 03:27
Last Modified: 25 Oct 2024 03:27
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/227475
[thumbnail of DALAM MASA EMBARGO] Text (DALAM MASA EMBARGO)
Raushan Fikri.pdf
Restricted to Registered users only

Download (3MB)

Actions (login required)

View Item View Item