Almira, Nabila Sella and Dr. Dra. Lilik Wahyuni, M.Pd and Dr. dr. Retty Ratnawati, M.Sc (2024) Dinamika Resiliensi Influencer Perempuan sebagai Korban NCII (Non-Consensual Dissemination of Intimate Images) di Media Sosial. Magister thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Maraknya penyebaran konten intim yang dilakukan sepihak ini dibarengi dengan semakin berkembangnya teknologi yang tidak bisa dihentikan. Disisi lain, perkembangan teknologi ini mempengaruhi penyebaran informasi yang sangat pesat, terutama dengan adanya massa dari para influencer. Influencer adalah pengguna internet dan media sosial yang umumnya datang dari masyarakat biasa yang berhasil mengumpulkan pengikut dalam jumlah besar hingga bisa memonetasi pengaruhnya. Tetapi, influencer juga memiliki resiko pekerjaan yang cukup berbahaya. Salah satunya adalah rentan menjadi korban NCII. Perkembangan teknologi mampu memberikan kemudahan untuk mengakses informasi dan mengekspresikan diri, tetapi perkembangan ini juga memudahkan seseorang melakukan kejahatan siber. Salah satunya adalah non-consensual dissemination of intimate images (NCII) atau penyebaran konten intim tanpa izin. NCII adalah bentuk kekerasan berbasis daring yang mana pelaku memanfaatkan konten intim atau seksual untuk pengancaman. Data Komnas Perempuan menyatakan bahwa kekerasan gender berbasis online (KGBO) meningkat drastis selama pandemi COVID-19. Komnas Perempuan mencatat adanya 281 kasus kejahatan siber dari 1.277 kasus kekerasan berbasis gender yang diadukan di tahun 2021, yang mengalami kenaikan di CATAHU Komnas Perempuan 2023 dimana mencatat ada 869 kasus kekerasan secara siber dari 1.276 kasus kekerasan berbasis gender. Tentunya, sebagai individu yang bekerja dengan sangat dekat menunjukkan wajah, suara, ataupun tubuhnya ke media sosial, akan rentan menjadi korban NCII. Maka dari itu, penelitian ini ingin melihat dinamika resiliensi influencer perempuan yang pernah/masih terkena ancaman NCII di media sosial Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif fenomenologis, dengan data utamanya adalah hasil wawancara yang dilakukan terhadap influencer perempuan yang pernah/masih terancam kejahatan NCII tetapi masih melanjutkan karirnya sebagai influencer di media sosial. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ancaman NCII yang didapatkan oleh para informan adalah revenge porn dan deepfake porn, dimana resiliensi ini datang karena adanya dukungan eksternal seperti keluarga dan teman sebaya, serta motivasi informan untuk membalas dendam kepada pelaku dengan cara menunjukkan dirinya sukses di media sosial. Tindakan hukum dan perlindungan resmi dari negara dalam mengatasi ancaman NCII dirasa sangat perlu untuk mencegah bertambahnya korban NCII
English Abstract
The widespread distribution of non-consensual intimate content carried out by the increasing development of technology cannot be stopped. On the other hand, this technological development influences the rapid dissemination of information, especially with the mass presence of influencers. Influencers are social media users who generally come from ordinary people who have succeeded in gathering large numbers of followers so they can monetize their influence. However, influencers also have dangerous risks, in which one of them is vulnerable to becoming a victim of NCII. Technological developments can make it easier to access information and express oneself, but these developments also make it easier for someone to commit cyber-crimes. One of them is the non-consensual dissemination of intimate images (NCII), which is a form of online violence where the perpetrator uses intimate or sexual content for threats. Data from the National Commission on Violence Against Women (Komnas Perempuan) states that online gender-based violence has increased drastically during the COVID-19 pandemic. Komnas Perempuan recorded 281 cases of cybercrime out of 1,277 cases of gender-based violence reported in 2021, which experienced an increase in CATAHU Komnas Perempuan 2023 where there were 869 cases of cyberviolence out of 1,276 cases of genderbased violence. Of course, an individual who works very closely on social media by showing their face, voice, or body, will be more vulnerable to becoming a victim of NCII. Therefore, the purpose of this research is to analyze the dynamics of resilience in female influencers who have been/are still exposed to NCII threats on social media.This research used a qualitative phenomenological method, with the main data being the results of interviews conducted with female influencers who have been/are still threatened by NCII crimes but choose to continue their careers as influencers on social media. The results show that the threats they often received were revenge porn and deepfake porn, where the resilience came from external support such as family and peers, as well as the subject's anger on the perpetrator by showing how successful they are on social media as their way of revenge. Legal action and official protection from the state in overcoming the threat of NCII is deemed very necessary to prevent the increase in NCII victims
Item Type: | Thesis (Magister) |
---|---|
Identification Number: | - |
Uncontrolled Keywords: | dinamika resiliensi, influencer perempuan, kekerasan siber, NCII-dynamics of resilience, female influencer, cybercrime, NCII |
Divisions: | Program Pascasarjana > Magister Kajian Perempuan, Program Pascasarjana |
Depositing User: | soegeng sugeng |
Date Deposited: | 06 Aug 2024 03:29 |
Last Modified: | 06 Aug 2024 03:29 |
URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/226648 |
Text (DALAM MASA EMBARGO)
Nabila Sella Almira.pdf Restricted to Registered users only Download (3MB) |
Actions (login required)
View Item |