Anggraeni, Ike Listya and Dr. Ir. Hartati Kartikaningsih, M. Si. and Dr. Agung Pramana Warih Marhendra, M.Si (2024) Strategi Pengelolaan Usaha Tambak melalui MDS-Raps (Multidimensional scaling-Rapid appraisal for fisheries) dalam Upaya Menjaga Keberlanjutan Bandeng Jelak di Kota Pasuruan. Magister thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Kota Pasuruan merupakan salah satu kota daerah pesisir di Jawa Timur yang cukup strategis dalam memberikan kontribusi di sektor perindustrian dan perdagangan terutama bidang perikanan. Pemerintah Kota Pasuruan telah mencanangkan bandeng jelak sebagai ikon kuliner dan wisata untuk meningkatkan perekonomian di wilayah pesisir tersebut. Perubahan tata ruang di Kota Pasuruan menjadikan lahan budi daya di Kota Pasuruan terancam dialih fungsikan menjadi kawasan perindustrian. Adanya peraturan daerah tentang rencana tata ruang wilayah Kota Pasuruan tahun 2022 yang memungkinkan sektor perindustrian non perikanan masuk dan mengambil alih lahan budi daya atau tambak ikan. Tingkat produksi bandeng pada tahun 2021 dan 2022 juga mengalami tren penurunan yang cukup signifikan. Turunnya produksi diduga dipengaruhi oleh penurunan kualitas air dan banjir. Bulan Desember tahun 2022 terjadi banjir akibat luapan sungai Petung yang mengakibatkan sejumlah tambak gagal panen. Permasalahan diatas dapat menjadi ancaman keberlanjutan usaha tambak bandeng jelak di Kota Pasuruan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi profil kualitas perairan tambak bandeng di Kota pasuruan, menganalisis indeks dan status keberlanjutan usaha tambak bandeng, mengidentifikasi atribut (peubah) yang sensitif berpengaruh terhadap tingkat keberlanjutan usaha tambak bandeng, dan merumuskan model strategi bagi pemerintah daerah dalam pengelolaan usaha tambak bandeng jelak di Kota Pasuruan. Penelitian ini dimulai dengan survei dan identifikasi lokasi penelitian kemudian dilanjutkan penentuan titik pengambilan sampel kualitas air dan responden. Parameter kualitas air yang diukur antara lain identifikasi komposisi, kelimpahan, keanekaragaman, dan dominansi plankton, suhu, pH, DO, salinitas dan kecerahan. Lokasi pengambilan kualitas air yaitu di tambak tradisional Kelurahan Blandongan sebanyak 3 stasiun. Analisis keberlanjutan menggunakan metode MDS-Raps berdasarkan 5 dimensi keberlanjutan antara lain ekologi, ekonomi, sosial, teknologi dan kelembagaan. Responden pada analisis MDS sebanyak 41 orang petambak yang tergabung dalam 4 kelompok pembudidaya ikan (Pokdakan). Strategi pengelolaan usaha tambak dirumuskan menggunakan analisis SWOT. Responden pada analisis SWOT adalah stakeholder yang terkait dengan pengelolaan usaha tambak bandeng sebanyak 14 orang yang terdiri dari Kepala Dinas Perikanan, Lurah Blandongan, Kepala Bidang Budidaya Perikanan, Analis Akuakultur, Penyuluh Perikanan, Ketua Pokdakan dan Pegiat Lingkungan. Berdasarkan hasil analisis kualitas air di tambak tradisional Kota Pasuruan didapatkan profil tambak menunjukkan ketersediaan pakan alami yang cukup, namun pada komposisi fitoplankton terdapat Peridinium yang diindikasikan sebagai penyebab penurunan produksi. Kelimpahan plankton tertinggi terdapat pada stasiun 3 (paling jauh dari laut) yang terdiri dari fitoplankton sebanyak 1.509.769 sel/L yaitu eutrofik dan zooplankton sebanyak 43.487 individu/L yaitu trofik. Indeks keanekaragaman fitoplankton kategori sedang berkisar 1,64–1,82. Indeks dominansi fitoplankton kategori rendah berkisar 0,24–0,31 yang artinya tidak ada dominansi plankton tertentu di lokasi penelitian. Indeks keanekaragaman zooplankton pada stasiun 1 (dekat laut) kategori rendah (0) sedangkan stasiun 2 dan 3 kategori sedang berkisar 1,51–1,83. Indeks dominansi zooplankton pada stasiun 1 (dekat laut) kategori tinggi (1) yang artinya ada dominansi plankton tertentu di lokasi penelitian sedangkan stasiun 2 dan 3 kategori rendah berkisar 0,21–0,28. Hasil pengukuran parameter kualitas air tambak antara lain pH (8,51–9,02), suhu(30,1–32,5°C), kecerahan (25,5–29,6 cm), DO (3,7–5,7 ppm) dan salinitas (32,5–33,7 ppt) masih sesuai dengan standar optimal budi daya ikan bandeng. Status keberlanjutan usaha tambak bandeng jelak di Kota Pasuruan secara multidimensi menunjukkan cukup berkelanjutan dengan nilai indeks sebesar 51,99 yang artinya usaha tambak budi bandeng dapat dilanjutkan dan dikembangkan namun tetap perlu ditingkatkan nilai keberlanjutannya. Status keberlanjutan pada masing-masing dimensi sebagai berikut: dimensi ekologi (65,24/cukup berkelanjutan), dimensi ekonomi (37,39/kurang berkelanjutan), dimensi sosial (78,72/sangat berkelanjutan), dimensi teknologi (27,40 /kurang berkelanjutan), dan dimensi kelembagaan (51,18/cukup berkelanjutan). Atribut (peubah) yang sensitif berpengaruh terhadap tingkat keberlanjutan usaha tambak bandeng jelak di Kota Pasuruan ditinjau dari 5 (lima) dimensi pembangunan berkelanjutan yaitu antara lain 1) dimensi ekologi: jarak tambak ke muara dan ketersediaan air untuk tambak; 2) dimensi ekonomi: status pengelolaan tambak dan tren harga bandeng; 3) dimensi sosial: keinginan meninggalkan usaha tambak; 4) dimensi teknologi: keputusan panen; dan 5) dimensi kelembagaan: frekuensi penyuluhan dan pelatihan untuk petambak. Terdapat tujuh alternatif strategi dalam pengelolaan usaha tambak bandeng jelak di Kota Pasuruan antara lain: 1) memastikan proses produksi berjalan dengan efisien dan sesuai dengan CBIB; 2) bekerja sama dengan dinas dan pemerintah terkait sosialisasi petambak mengenai cara budi daya ikan yang baik dan benar; 3) meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana yang lebih mendukung budi daya ikan bandeng.; 4) evaluasi luasan lahan produksi dengan permintaan ikan bandeng; 5) evaluasi dan monitoring manajemen usaha bandeng agar produksi maksimal dan berkualitas; 6) melakukan promosi yang terencana pada produk bandeng yang dimiliki untuk meningkatkan minat konsumen; dan 7) meningkatkan diversifikasi produk bandeng melalui penelitian yang terencana. Terdapat hubungan antara analisis MDS dengan SWOT terkait pengelolaan usaha tambak. Dimensi ekologi berhubungan dengan strategi SWOT ketiga. Dimensi ekonomi berhubungan dengan strategi SWOT keempat dan keenam. Dimensi sosial berhubungan dengan strategi SWOT kelima. Dimensi teknologi berhubungan dengan strategi SWOT kesatu dan keempat. Dimensi kelembagaan berhubungan dengan strategi SWOT ketujuh. Kesimpulannya tiap strategi SWOT dapat meningkatkan nilai keberlanjutan tiap dimensi pada analisis MDS. Saran yang dapat penulis berikan antara lain perlu dilakukan pengendalian dan pencegahan eutrofikasi pada tambak bandeng di Kota Pasuruan, perlu dilakukan peningkatan sumber daya manusia petambak, dan perlu dilakukan kolaborasi antara eksekutif, yudikatif dan legislatif, serta swasta dalam pengelolaan usaha tambak di Kota Pasuruan.
English Abstract
Pasuruan City is one of the coastal cities in East Java that is quite strategic in contributing to the industrial and trade sectors, especially in the fisheries sector. The Pasuruan City Government has launched milkfish as a culinary and tourism icon to improve the economy in the coastal area. Spatial changes in Pasuruan City have made cultivated land in Pasuruan City threatened with conversion to industrial areas. The regional regulation on the spatial plan of Pasuruan City in 2022 allows the non-fisheries industrial sector to enter and take over cultivation land or fish ponds. Milkfish production levels in 2021 and 2022 also experienced a significant downward trend. The decline in production is thought to be influenced by a decrease in water quality and flooding. In December 2022 there was flooding due to the overflow of the Petung river which resulted in a number of ponds failing to harvest. The above problems could threaten the sustainability of milkfish farming in Pasuruan City. This research aims to identify the water quality profile of milkfish ponds in Pasuruan City, analyze the index and sustainability status of milkfish pond businesses, identify sensitive attributes (variables) that influence the level of sustainability of milkfish ponds, and formulate a strategy model for local governments in managing milkfish ponds. jelak in Pasuruan City. This research began with a survey and identification of research locations, then continued with determining water quality sampling points and respondents. Water quality parameters measured include composition identification, abundance, diversity, and dominance of plankton, temperature, pH, DO, salinity, and brightness. The location for taking water quality is in traditional ponds in Blandongan Village at 3 stations. Sustainability analysis uses the MDS-Raps method based on 5 dimensions of sustainability including ecological, economic, social, technological, and institutional. Respondents in the MDS analysis were 41 fish farmers who were members of 4 fish cultivator groups (Pokdakan). The pond business management strategy is formulated using SWOT analysis. Respondents in the SWOT analysis were 14 stakeholders related to the management of the milkfish pond business, consisting of the Head of the Fisheries Service, Head of Blandongan Village, Head of the Fisheries Cultivation Division, Aquaculture Analyst, Fisheries Extension Officer, Head of Pokdakan and Environmental Activists. Based on the results of water quality analysis in traditional ponds Pasuruan City obtained pond profile shows the availability of sufficient natural food, but in the composition of phytoplankton there is Peridinium which is indicated as the cause of decreased production. The highest plankton abundance was found at station 3 (farthest from the sea) consisting of phytoplankton as many as 1,509,769 cells / L, which is eutrophic and zooplankton as many as 43,487 individuals / L, which is trophic. The phytoplankton diversity index is in the medium category ranging from 1.64-1.82. The dominance index of phytoplankton in the low category ranges from 0.24-0.31, which means that there is no dominance of certain plankton in the study site. The zooplankton diversity index at station 1 (near the sea) was in the low category (0) while stations 2 and 3 were in the medium category ranging from 1.51-1.83. The dominance index of zooplankton at station 1 (near the sea) high category (1) which means there is a certain plankton dominance in the study site while stations 2 and 3 low category ranging from 0.21-0.28. The measurement results of pond water quality parameters, including pH (8.51-9.02), temperature (30.1-32.5°C), brightness (25.5-29.6 cm), DO (3.7-5.7 ppm) and salinity (32.5-33.7 ppt) are still in accordance with the optimal standards of milkfish farming. The sustainability status of milkfish ponds in Pasuruan City in multidimensional shows quite sustainable with an index value of 51.99, which means that milkfish ponds can be continued and developed but still need to be improved. Sustainability status in each dimension as follows: ecological dimension (65.24 / moderately sustainable), the economic dimension (37.39 / less sustainable), the social dimension (78.72 / very sustainable), the technological dimension (27.40 / less sustainable), and the institutional dimension (51.18 / moderately sustainable). Sensitive attributes (variables) affecting the level of sustainability of milkfish ponds in Pasuruan City in terms of the 5 (five) dimensions of sustainable development are among others 1) the ecological dimension: the distance of ponds to the estuary and the availability of water for ponds; 2) the economic dimension: the status of farm management and milkfish price trends; 3) the social dimension: the desire to leave the farm; 4) the technological dimension: harvesting decisions; and 5) the institutional dimension: the frequency of counseling and training for farmers. There are seven alternative strategies in managing the jelak milkfish pond business in Pasuruan City, including 1) ensuring the production process runs efficiently and by CBIB; 2) cooperating with government agencies and the government regarding socialization of farmers regarding good and correct ways of cultivating fish; 3) improve the quality and quantity of facilities and infrastructure that better support milkfish cultivation; 4) evaluate the area of production land with the demand for milkfish; 5) evaluation and monitoring of milkfish business management to ensure maximum production and quality; 6)carry out planned promotions on milkfish products owned to increase consumer interest; and 7) increasing the diversification of milkfish products through planned research. There is a relationship between MDS analysis and SWOT related to farm management. The ecological dimension is associated with the third SWOT strategy. The economic dimension is related to the fourth and sixth SWOT strategies. The social dimension is related to the fifth SWOT strategy. Technological dimensions associated with the first and fourth SWOT strategy. The institutional dimension is related to the seventh SWOT strategy. The conclusion is that each SWOT strategy can increase the sustainability value of each dimension in the MDS analysis. Suggestions that can be given by the author include the need to control and prevent eutrophication in milkfish ponds in Pasuruan City, the need to improve the human resources of farmers, and the need for collaboration between the executive, judiciary and legislature, as well as the private sector in the management of pond businesses in Pasuruan City
Item Type: | Thesis (Magister) |
---|---|
Identification Number: | - |
Uncontrolled Keywords: | Bandeng; Keberlanjutan; Kota Pasuruan; Usaha Tambak-Milkfish; Continuity; Pasuruan City; Fishpond Business. |
Divisions: | Program Pascasarjana > Magister Pengelolaan Lingkungan, Program Pascasarjana |
Depositing User: | Sugeng Moelyono |
Date Deposited: | 06 Aug 2024 02:47 |
Last Modified: | 06 Aug 2024 02:47 |
URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/226626 |
![]() |
Text (DALAM MASA EMBARGO)
Ike Listya Anggraeni.pdf Restricted to Registered users only Download (8MB) |
Actions (login required)
![]() |
View Item |