Evaluasi Terhadap Lembaga Pembiayaan Mikro Yang Beroperasi Dengan Pendekatan Institusi (Studi Pada Pt. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Kanwil Ix Jawa Timur)

Surjandari, Dwi Asih (2004) Evaluasi Terhadap Lembaga Pembiayaan Mikro Yang Beroperasi Dengan Pendekatan Institusi (Studi Pada Pt. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Kanwil Ix Jawa Timur). Doktor thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Penelitian dilakukan dengan latar belakang adanya kenyataan yakni: 1) bahwa lahirnya Microfinance merupakan respon dari tingginya tingkat kemiskinan, 2) adanya suatu kenyataan bahwa dominasi industri kredit mikro saat ini dipegang oleh Lembaga Pembiayaan Mikro (LPM) yang beroperasi dengan Pendekatan Institusi dan karena karakteristiknya, pendekatan ini dianggap tidak responsif terhadap masalah kemiskinan, dan 3) munculnya paradigma baru dalam evaluasi terhadap LPM, yakni evaluasi terhadap kineija lembaga sekaligus pengaruh program terhadap nasabahnya. Tujuan penelitian adalah untuk membuktikan bahwa praktek kredit mikro yang dilakukan oleh PT BRI (Persero) mempunyai peran dalam usaha pengentasan kemiskinan namun sekaligus juga dapat mencapai financial sustainability. Penelitian ini mengkaji hubungan antar variabel, mengandung deskripsi tetapi fokus pada hubungan antar variabel tersebut sehingga termasuk dalam explanatory atau confirmatory research. Pendekatan yang dilakukan adalah campuran, yakni kuantitatif melibatkan sample survey, semi structures interview dan kualitatif yang melibatkan studi kasus, wawancara individual ataupun focus group. Lokasi Penelitian Malang, Blitar, Lumajang, Jember, Banyuwangi dan Bangkalan, dengan waktu penelitian 18 bulan. Hasil Penelitian dapat dijabarkan dalam tiga keadaan. Pertama, uji Anova yang dilakukan untuk membandingkan kinerja PT BRI (Persero) dan 4 bank sekelas lainnya menunjukkan hasil bahwa tidak terdapat perbedaan yang cukup berarti dalam kinerja keuangan antara PT BRI (Persero) dan 4 bank tersebut, artinya adalah bahwa dalam 5 tahun terakhir kinerja 5 bank tersebut adalah sama saja, namun ketika dibandingkan dengan industri, kinerja PT BRI (Persero) relatif lebih baik. Kinerja keuangan semacam itu dapat dicapai karena PT BRI (Persero) melaksanakan praktek-praktek manajemen yang baik seperti : menjadikan Kantor Unit Desa sebagai profit centre, pemberdayaan sumber daya manusia yang tepat baik dalam reqruitment, placing, organising ataupun pemberian insentip untuk meningkatkan produktifitas. Sedangkan dari analisis outreach diperoleh hasil bahwa segmen pasar yang dijangkau oleh Kupedes adalah tergolong miskin akan tetapi aktif secara ekonomi dan merupakan porsi terbesar dari total nasabah yang dimiliki. Oleh karena itu, walaupun melayani usaha miskin PT BRI (Persero) tetap dapat mencapai financial sustainability. Kedua, uji t untuk membandingkan antara kelompok nasabah dan non nasabah diperoleh hasil bahwa: 1) terdapat perbedaan yang cukup berarti dalam penghasilan di tingkat perusahaan nasabah, sementara indikator lainnya tidak, 2) terdapat perbedaan yang cukup berarti dalam aktiva dan pendapatan di tingkat rumah tangga nasabah, sementara indikator lainnya tidak dan 3) tidak terdapat perbedaan yang berarti di tingkat individual nasabah. Dari 13 indikator hanya 3 indikator yang terpengaruh. Ketiga, Uji SEM yang dilakukan menunjukkan hasil bahwa PT BRI (Persero) memperoleh manfaat yang lebih besar dibanding yang diperoleh nasabah, manfaat yang kecil tersebut dirasakan searah di tingkat individual dan rumah tangga, namun apabila terkonsentrasi di tingkat perusahaan akan mempunyai pengaruh yang negatip. Dari berbagai kesimpulan tersebut diatas, maka saran-saran dikemukakan bagi: a. Kebijakan Praktis 1. Bagi pemerintah disarankan untuk menata kembali mekanisme transmisi dana UMKM. Terutama skema KUMLTA dibuat kisarankisaran tertentu yang mencerminkan sasaran yang hendak dicapai. Disarankan, porsi untuk mereka yang berada dibawah garis kemiskinan diserahkan saja kepada para pelaku dengan Pendekatan Kesejahteraan. 2. Bagi PT BRI (Persero). Kalau dalam rentang waktu yang panjang, aktifitas Kupedes telah memberikan kontribusi keuntungan neto yang besar, maka akan lebih baik kalau strategi bisnisnya lebih fokus kepada kredit mikro saja. Apabila strategi ini dijalankan, maka keuntungan neto yang sering digunakan untuk menutup kerugian di luar aktifitas Kupedes dapat dialihkan untuk lebih memberdayakan nasabahnya, sehingga keuntungan neto sebagai satu kesatuan usaha tidak perlu terganggu. Sehingga Kupedes lebih mempunyai pengaruh pada kehidupan ekonomi nasabahnya. 3. Bagi Investor bidang keuangan. Pangsa pasar kredit mikro masih terbuka, baik bagi selfish maupun social investor. b. Segmentasi Pasar Ternyata nasabah pelaku dengan pendekatan institusi adalah kelompok miskin akan tetapi aktif secara skonomi dan dapat diselesaikan dengan mekanisme pasar, sementara nasabah pendekatan kesejahteraan adalah mereka yang berada dibawah garis kemiskinan dan tidak sepenuhnya dapat diselesaikan secara komersial, perlu campur tangan pemerintah yang seksama untuk mengatasinya. Disarankan bagi pelaku dengan pendekatan institusi lebih memberdayakan nasabahnya, sementara bagi pendekatan kesejahteraan untuk mengelola lembaganya supaya sustainability dapat cepat dicapai. c. Penelitian Lanjutan Bagi Topik Sejenis Karena penelitian yang lengkap semacam ini baru dimulai, maka untuk lebih memperoleh gambaran yang lebih jelas dan kuat tentang berbagai teori yang berkaitan dengan kredit mikro, maka masih sangat diperlukan penelitianpenelitian terhadap Lembaga Pembiayaan Mikro dengan Pendekatan Institusi lainnya, misalnya terhadap BPR atau pelaku lain yang sejenis. Dalam hal penilain kinerja program, dimana dalam penelitian ini faktor manajemen tidak dievaluasi, disarankan bagi peneliti berikutnya untuk melakukan evaluasi faktor manajemen dengan besaran-besaran yang dapat dipertanggung jawabkan. Sementara untuk kinerja outreach, bagi peneliti berikutnya disarankan untuk memberi bobot yang berbeda terutama yang berkaitan dengan pencapaian nasabah miskin yakni the depth of outreach, hal ini dimaksudkan untuk mengembalikan fungsi kredit mikro sebagai respon atas tingginya tingkat kemiskinan.

English Abstract

This research is performed in order to remind that Microfinance was born as a response of the high level of poverty, and the fact that the domination of Microfinance industry is in The Institutionist’s side. Because of its characteristics this approach is assumed not concern about the poverty’s problem. Meanwhile the new paradigm in evaluating microfinance program was bom, it was about how the program had to give benefit to all parties. The study was aimed in order to prove that the practices of Microfinance executed by PT BRI (Persero) has a share in poverty alleviation and also could manage its financial sustainability. The study encouraged the relation on the variables related to demonstrate the stated hypotheses, although it contend about the description, but it focused on the relation of the variables related, so it could be included as a explanatory or confirmatory research. The study was conducted by using the mixed approaches, quantitative and qualitative approach. The quantitative approach involved sample survey and semi structures interviews, meanwhile the qualitative approach implicated case study, individual interview and focus group. The location of the research was in Malang, Blitar, Lumajang, Jember, Banyuwangi and Bangkalan and consumed 14 months in time. The result of the research could be explained in three conditions : 1. First, the using of Anova test in order to compare the performance between PT BRI and the four banks in the same level,it was founded that there was no significance difference between two groups, but when compared with the industry, the PT BRI much better. This performance could be attained by executing the sound practices in management, like forming Kantor Unit Desa as a profit centre, human resources empowerment by doing recruitment, placing and organizing in a good way or by passing the incentive to accelerate the productivity. Meanwhile the outreach analysis said that the market share reached by this approach was the economically active poor, not the poorest of the poor. Because of that, although doing service the poor people (economically active poor) PT BRI could attain its financial sustainability, so it supported the government program in poverty alleviation. 2. Second, the t test which used in order to compare the client and the non client group, it was founded that : a) there was significance difference in revenue at the company level, meanwhile the other indicators was not, b) there was significance difference in asset and income at household level meanwhile the others was not and c) there was no significance difference for all indicators at individual level. So, there was only three of thirteen indicators was impacted, quite a few. 3. Third, the S.E.M explained that if the benefit for all parties was measured, The PT BRI had taken more than its client, this little benefit run on the same direction in the individual and the household level, but if this run to the company level it was founded that there was an opposite direction with the individual level. Based on the conclusions above, at least three suggestions could be derived as following : 1. Practical Policy a. The Government All the government policy concerning about the poverty alleviation always be connected with the poorest of the poor, meanwhile from this research we have got the conclusion that this community was not touched with the UMKM fund, so the government is suggested to make some policies: a) make a rule about the level of loan size that was calculated could reach this community, b) shift the transmission of the fund (UMKM fund) to microfinance institution that the loan size reached the poorest of the poor. b. The PT BRI (Persero) It was founded in along time, that from all the net profit of PT BRI, most of them came fro, Kupedes activity, so it could be better if PT BRI changes its strategy to focus on micro credit only, especially all the infrastructure supported, if this strategy is chosen, it could not be necessary to cover the loss of the activity outside Kupedes and change this to client’s empowerment. c. The Financial Investor The market share for micro credit in Indonesia still left a big space, both for selfish and social investor. 2. Market Segmentation It was founded that the client of the institution approach were those come from the economically active poor and it could be managed by market mechanism meanwhile the client of the welfarist were those that come from the poorest of the poor and it could not be handled fully commercially, the government should take place in this condition. It was suggested for the institutionist to give more attention to its client to induce the higher impact and manage its management for the welfarist in order to reach sustainability in a shorter time. 3. The Future Research for The Same Topic Because this complete research has just started, so it could be the best suggestion for other parties to make the same research in a better condition, by calculating management factor and give the different weight for outreach analysis, especially for the depth of outreach, in order to find the better theory about this field.

Item Type: Thesis (Doktor)
Identification Number: -
Divisions: S2/S3 > Doktor Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Depositing User: soegeng sugeng
Date Deposited: 31 Jul 2024 03:12
Last Modified: 31 Jul 2024 03:12
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/225996
[thumbnail of DWI ASIH SURJANDARI.pdf] Text
DWI ASIH SURJANDARI.pdf

Download (36MB)

Actions (login required)

View Item View Item