Setiawan, Budi (2004) Pengembangan Komoditas Unggulan Dalam Menunjang Pertumbuhan Ekonomi Di Jawa Timur. Doktor thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Dalam masa krisis ekonomi dan moneter dimana sektor lain mengalami kontraksi dengan pertumbuhan negatif, sektor pertanian masih mampu tumbuh positif. Ketangguhan sektor ini diindikasikan oleh kemampuannya untuk tumbuh sebesar 0,22% dengan kontribusinya terhadap PDB sebesar 18,84% dan penyerapan tenaga kerja sebesar 45%. Program pembangunan ekonomi Jawa Timur (2001 - 2005) masih ditekankan pada sektor pertanian melalui program ketahanan pangan, pengembangan agribisnis dan pengembangan pertanian terpadu. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut adalah dengan mengembangkan komoditas unggulan sektor pertanian. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis; kontribusi masing-masing komoditas unggulan pertanian terhadap output, pendapatan, nilai tambah (PDRB), kesempatan kerja dan ekspor, efek multiplier yang dapat diciptakan, keterkaitan antar sektor dan besarnya investasi yang dibutuhkan pada komoditas unggulan pertanian dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi. memanfaatkan data I - O Jawa Timur 2000 dan data dari instansi terkait. Sedangkan analisis data dilakukan dengan analisis I- O dan Investasi. Parameter yang digunakan dalam menentukan komoditas unggulan pertanian meliputi: Kontribusi, angka pengganda, dan ranking pada: output, pendapatan, nilai tambah (PDRB), kesempatan kerja dan ekspor dari masingmasing komoditas pertanian. Analisis l-O terhadap parameter yang telah ditetapkan diperoleh komoditas unggulan, dari masing-masing sub sektor pertanian, yaitu : a) pertanian tanaman pangan dan hortikultura : padi, jagung, ketela pohon, kacang tanah, sayur-sayuran dan buah-buahan, b). Sub sektor perkebunan : tebu, kelapa dan the, Sub sektor peternakan : telur dan sub sektor perikanan : perikanan darat dan laut. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa sampai saat ini prioritas pembangunan pertanian masih ditekankan pada sub sektor pertanian tanaman pangan khususnya padi (besar), sehingga pertumbuhan sub sektor lain masih relatif tertinggal dan perannya terhadap pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur. Disamping itu sektor pendukung baik hulu maupun hilirnya juga belum banyak mendapat perhatian yang berdampak masih rendahnya peran agribisnis dalam perekonomian terutama kontribusinya terhadap nilai tambah (PDRB) dan ekspor. Analisis keterkaitan komoditas unggulan pertanian terhadap lapangan usaha pendukung menunjukan pola keterkaitan sebagai berikut: a. Pola keterkaitan ke belakang ke depan tinggi pada output terdapat pada komoditas kelapa, telur, perikanan laut dan perikanan darat. b. Pola keterkaitan ke belakang ke depan tinggi pada pendapatan terdapat pada komoditas sayuran, buah-buahan, kelapa, telur, perikanan laut dan perikanan darat. c. Pola keterkaitan ke belakang ke depan tinggi pada tenaga kerja terdapat pada komoditas padi, jagung, ketela pohon, sayuran, buah-buahan, kacang tanah dan teh.Sedangkan dampak kegiatan komoditas unggulan terhadap lapangan usaha pendukung tertinggi untuk output terdapat pada kacang tanah dengan dampak kumulatif sebesar 79,2% dengan lapangan usaha pendukung perdagangan, restoran, industri pupuk dan pestisida dan terendah pada komoditas tebu dengan dampak kumulatif sebesar 58,7% dengan lapangan usaha pendukung : perdagangan, industri pupuk dan pestisida dan restoran /makanan. Dampak kegiatan komoditas unggulan terhadap lapangan usaha pendukung untuk pendapatan tertinggi terdapat komoditas buah-buahan dengan dampak kumulatif sebesar 86,3% dengan lapangan usaha pendukung adalah perdagangan dan restoran / makanan, sedangkan yang terendah terdapat pada komoditas perikanan darat dengan dampak kumulaif sebesar 83,1% dengan lapangan usaha pendukung perdagangan, padi dan restoran / makanan. Dampak kegiatan komoditas unggulan terhadap lapangan usaha pendukung untuk kesempatan kerja tertinggi terdapat pada komoditas teh dengan dampak kumulaif sebesar 99,1% dengan lapangan usaha pendukung perdagangan, sayuran dan buah dan jasa lain dan terendah pada komoditas perikanan (laut dan darat) sebesar 83% dengan lapangan usaha pendukung perdagangan, padi dan restoran. Dampak komoditas unggulan pada lapangan usaha lain pada nilai tambah terbesar terdapat pada komoditas kacang tanah dan kelapa dengan dampak kumulatif sebesar 87% dengan lapangan usaha pendukung perdagangan, restoran/makanan dan jasa perorangan dan rumah tangga. Dan terendah pada komoditas unggulan tebu dengan dampak kumulatif sebesar 73,6% dengan lapangan usaha pendukung perdagangan, restoran/makanan dan jasa perorangan dan rumah tangga. Hasil analisis terhadap skenario pertumbuhan yang telah ditetapkan, pertumbuhan tertinggi diperoleh pada skenario IV (komoditas unggulan dinaikkan sebesar 8% dan lapangan usaha pendukung dinaikkan sebesar 4%), masingmasing pertumbuhan yang dicapai : output 48,47%, pendapatan sebesar 13,83%, nilai tambah sebesar 27,26% dan tenaga kerja sebesar 11,84%. Sedangkan investasi yang diperlukan untuk mencapai tingkat pertumbuhan tersebut adalah sebesar Rp. 32.592.637 juta. Sektor yang harus diperhatikan apabila hendak meningkatkan angka pengganda adalah sebagai berikut: (a) untuk Angka Pengganda Output : Tebu, jagung, padi, dan ketela pohon, (b) untuk Angka Pengganda Pendapatan : Padi, jagung, teh, ketela pohon dan kelapa, (c) untuk Angka Pengganda Nilai Tambah : Padi, jagung, ketela pohon, kelapa dan teh, dan (d) untuk Angka Pengganda Kesempatan Kerja : Teh, ketela pohon, sayuran dan buah, kacang tanah dan padi. Sedangkan prioritas investasi bila hendak memperluas keterkaitan ke belakang dan ke depan adalah komoditas: (a) untuk Output, adalah : Kelapa, telur dan perikanan (laut dan darat), (b) untuk Pendapatan, adalah : Sayuran dan buah, kelapa, telur dan perikanan (laut dan darat), dan (c) untuk Kesempatan Kerja, adalah : Padi, jagung, ketela pohon, sayuran dan buah, kacang tanah dan teh. Salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam mendorong investasi pada sektor pertanian adalah menurunkan angka ICOR pada sektor ini yang relatif masih tinggi melalui berbagai cara, seperti : pembangunan sarana penunjang, deregulasi yang menimbulkan ekonomi biaya tinggi (high cost economic ) serta menetapkan kebijakan fiskal dan moneter. Sedangkan sub sektor masih mempunyai potensi dan memberi kontribusi cukup besar terhadap pertumbuhan ekonomi Jawa Timur untuk dikembangkan adalah perikanan dan perkebunan. Disamping itu juga meningkatkan pengembangan agribisnis.
English Abstract
In the economic and monetary crisis era, which other sector have contracted with negative growth rate, agricultural sector still grow a positive one. The integrity of this sector was indicated by its power to grow about 0.22%, with contribution to GDP about 18.84% and employment about 45%. The East Java economic development program (2001 - 2005) gives priority to agricultural sector by food sustainability, agribusiness development and comprehensive agricultural development. One of effort that can be done to reach these purposes is developing superior commodities. The purpose of this research are to analyze contribution of each superior commodities, multiplier effect that can be create, backward linkages and forward linkages from each superior commodities and estimation of investment needed. This research use East Java I - O 2000 data from government agency. Analysis method that be used in this research are I- O and investment analysis. The parameters used to define any superior commodities of agriculture products, are: contributions, multipliers and rank on output, income, added value (PDRB), labour and export from each agricultural commodities. The I—O analysis to those parameters result superior commodities, from each agricultural sub sectors, i.e.: (a) staple food and horticultural commodities: rice, corn, cassava, peanut, vegetables and fruits; (b) plantation sub sector: sugar cane, coconut and tea; (c) husbandry sub sector: egg; (d) fishery sub sector: pond fishery and marine fishery. The result also show that until today agricultural development priorities still on staple food sub sector, especially rice, so growth value from another sub sectors still low, including its role to economic growth in East Java. However, the supported sectors, upstream and downstream, are not get enough attention yet, which make the role of agribusiness in the economics is low, especially its contribution to added value (PDRB) and export activities. Linkage analysis of agricultural superior commodities to supported superior commodities shows some linkage pattern, such as: a. High on backward and forward linkage to output. This pattern is on coconut, egg, and fishery commodities. b. High on backward and forward linkage to income. This pattern is on vegetables, fruits, coconut, egg, and fishery commodities. c. High on backward and forward linkage to labour. This pattern is on rice, corn, cassava, vegetables, fruits, peanut and tea commodities. The higher impact of superior commodities to supported sectors on output is on peanut with 79.2% as cumulative impact, with supported sectors in trade, restaurant, pesticide and fertilizer industry, meanwhile the lower impact is on cane commodity with 58.7% as cumulative impact, with supported sectors on trade, pesticide and fertilizer industry and restaurant. The higher impact of superior commodities to supported sectors on income is on fruits commodity with 86.3% as cumulative impact, with supported sectors in trade and restaurant, meanwhile the lower impact is on pond fishery commodity with 83.1% as cumulative impact, with supported sectors on trade, rice and restaurant. The higher impact of superior commodities to supported sectors on labour is on tea commodity with 99.1% as cumulative impact, with supported sectors in trade, vegetables and fruits and another service, meanwhile the lower impact is on fishery commodity with 83.1% as cumulative impact, with supported sectors on trade, rice and restaurant. The higher impact of superior commodities to supported sectors on added value is on peanut and coconut commodities with 87% as cumulative impact, with supported sectors in trade, restaurant and individual service, meanwhile the lower impact is on cane commodity with 73.6% as cumulative impact, with supported sectors on trade, restaurant and individual service. The result of analysis on growth scenarios that been decided shows that the highest growth is on IV scenario (superior commodities had been increased 8% and supported sectors had been increased 4%), the growth increasing that been achieved, respectively: output became 48.47%, income became 13.83%, added value became 27.26% and labour became 11.84%. The investment that been needed to get that growth is Rp. 32,592,637 million. The superior commodities that must be pointed out to increase multiplier effect are: (a) on Output multiplier: cane, corn, rice and cassava, (b) on Income multiplier: rice, corn, tea, cassava and coconut, (c) on Added value multiplier: rice, corn, cassava, coconut and tea, and (d) on Labour multiplier: tea, cassava, vegetables and fruits, peanut and rice. The superior commodities that must be pointed out to expand backward and forward linkages are: (a) coconut, egg and fishery commodities on output, (b) vegetables and fruits, coconut, egg and fishery commodities on income, and (c) rice, corn, cassava, vegetables and fruits, peanut and tea commodities on labour. One of effort that can be done to motivate the investment in agricultural sectors is decreasing ICOR value which still high through many actions, such as: development the supported infrastructure, deregulation that make high cost economic, and decision on fiscal and monetary policy. The sub sectors that have potency and give large contribution to East Java economic growth, for explore more are fishery and plantation sub sectors. Those are also for increasing agribusiness development.
Item Type: | Thesis (Doktor) |
---|---|
Identification Number: | - |
Divisions: | S2/S3 > Doktor Ilmu Pertanian, Fakultas Pertanian |
Depositing User: | soegeng sugeng |
Date Deposited: | 30 Jul 2024 07:16 |
Last Modified: | 30 Jul 2024 07:16 |
URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/225872 |
Text
BUDI SETIAWAN.pdf Download (37MB) |
Actions (login required)
View Item |