Perbedaan Pemberian Ketamin Dengan Dosis Berbeda Terhadap Jumlah Monosit Pasien Sepsis Yang Dilakukan Laparotomi Eksplorasi Emergensi Di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Saiful Anwar Provinsi Jawa Timur Periode Januari 2023 – Desember 2023

Utomo, Jeffri Prasetyo and Dr. dr. Aswoco Andyk Asmoro, Sp.An-TI, FIP and dr. Wiwi Jaya, Sp.An-TI.,Subsp.An.TI.(K) (2024) Perbedaan Pemberian Ketamin Dengan Dosis Berbeda Terhadap Jumlah Monosit Pasien Sepsis Yang Dilakukan Laparotomi Eksplorasi Emergensi Di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Saiful Anwar Provinsi Jawa Timur Periode Januari 2023 – Desember 2023. Magister thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

ntraabdominal sepsis merupakan bentuk sepsis nomor dua yang paling umum. Kematian pada sepsis salah satunya terjadi akibat badai sitokin, sebagai hasil dari reaksi patogen bila sistem imunitas tubuh bereaksi hiperinflamasi pada tahap awal terjadinya sepsis. Monosit merupakan salah satu regulator penting dalam proses inflamasi. Namun, peningkatan jumlah monosit menunjukkan luaran yang buruk pada pasien sepsis. Pasien dengan monositosis menunjukkan tingkat bakteremia yang lebih tinggi, penggunaan ventilasi mekanik yang lebih lama dan mortalitas yang lebih besar. Ketamin adalah salah satu agen anestesi untuk pasien sepsis karena kemampuannya untuk menjaga hemodinamik dan memiliki efek antiinflamasi. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan luaran monosit pasien sepsis yang dilakukan anestesi umum dengan ketamin intravena berbagai dosis pada laparotomi eksplorasi emergensi di RSUD Dr. Saiful Anwar Provinsi Jawa Timur. Penelitian ini bersifat observasional analitik dimana data diambil secara retrospektif. Sample diambil dari rekam medik pasien yang terdiagnosis sepsis dan dilakukan laparotomi eksplorasi dengan menggunakan manajemen anestesi umum di RSUD Dr Saiful Anwar Provinsi Jawa Timur mulai periode Januari 2023 sampai Desember 2023. Penelitian ini menggunakan 43 subyek yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Penelitian ini dibagi dalam 3 kelompok yaitu kelompok pasien sepsis dengan pemberian ketamin dosis induksi 1-2 mg/kgbb (n=15), kelompok pasien sepsis dengan pemberian ketamin dosis subanestesi 0,2-0,5 mg/kgBB (n=15) dan kelompok pasien sepsis tanpa pemberian ketamin saat induksi (n=13). Monosit preoperasi dicek maksimal 24 jam pre operasi dan monosit pasca operasi maksimal 48 jam pasca operasi. Dari penelitian tersebut, terdapat perbedaan jumlah monosit yang dilakukan anestesi umum dengan ketamin intravena dosis induksi pada laparotomi eksplorasi emergensi (p = 0.015). Sedangkan jumlah monosit yang dilakukan anestesi umum dengan ketamin intravena untuk dosis subanestesi (p = 0.629) maupun tanpa penggunaan ketamin (p = 0.316) tidak didapatkan perbedaan. Jumlah sampel pasien pada kelompok dosis induksi dengan monosit saat pasca operasi yang turun lebih banyak daripada monosit saat pasca operasi yang naik, sedangkan pada kelompok dosis subanastesi dan tanpa pemberian ketamin, jumlah sampel pasien dengan monosit saat pasca operasi yang naik sedikit lebih banyak daripada monosit pasca operasi yang turun

English Abstract

Intraabdominal sepsis is the second most common form of sepsis. One of the causes of death in sepsis occurs due to a cytokine storm, as a result of a pathogenic reaction when the body's immune system reacts hyperinflammatory in the early stages of sepsis. Monocytes are one of the important regulators in the inflammatory process. However, an increased number of monocytes indicates poor outcomes in sepsis patients. Patients with monocytosis show higher rates of bacteremia, longer use of mechanical ventilation and greater mortality. Ketamine is one of the anesthetic agents for sepsis patients because of its ability to maintain hemodynamics and has anti-inflammatory effects. This research was conducted to determine differences in monocyte outcomes in sepsis patients who underwent general anesthesia with various doses of intravenous ketamine during emergency exploratory laparotomy at Dr. Saiful Anwar, East Java Province. This research is observational analytic in nature where data is taken retrospectively. Samples were taken from medical records of patients who were diagnosed with sepsis and underwent exploratory laparotomy using general anesthesia management at Dr Saiful Anwar Hospital, East Java Province from January 2023 to December 2023. This study used 43 subjects who met the inclusion and exclusion criteria. This study was divided into 3 groups, namely a group of sepsis patients who were given an induction dose of 1-2 mg/kgbw (n=15), a group of sepsis patients who were given a subanesthetic dose of ketamine of 0.2-0.5 mg/kgbw (n=15). and a group of sepsis patients without ketamine administration during induction (n=13). Preoperative monocytes are checked a maximum of 24 hours before surgery and post operative monocytes a maximum of 48 hours after surgery. From this study, there was a difference in monocyte count following general anesthesia with induction dose intravenous ketamine during emergency exploratory laparotomy (p = 0.015). Meanwhile, there was no difference in monocyte count during general anesthesia with intravenous ketamine for subanesthetic doses (p = 0.629) or without the use of ketamine (p = 0.316). The number of patient samples in the induction dose group with decreased postoperative monocytes was more than increased post-operative monocytes, whereas in the subanesthetic dose group and without ketamine administration, the number of patient samples with increased postoperative monocytes was slightly more than the current monocytes.

Item Type:	Thesis (Magister)
Identification Number:	042406
Divisions:	Profesi Kedokteran > Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif, Fakultas Kedokteran
Depositing User:	Unnamed user with username nova
Date Deposited:	06 Sep 2024 07:39
Last Modified:	06 Sep 2024 07:39
URI:	http://repository.ub.ac.id/id/eprint/225483

Text (DALAM MASA EMBARGO) Jeffri Prasetyo Utomo.pdf Restricted to Registered users only Download (1MB)

Actions (login required)

View Item