Afifah, Wanda Rifatul and Prof. Dr. Ir. Surjono, M.T.P. and Dr. Ir. Abdul Wahid Hasyim, M.S.P. (2024) Relokasi Pedagang Kaki Lima (PKL) di Kawasan Gresik Perkotaan. Magister thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Aktivitas informal perdagangan dan jasa yang tumbuh dominan di perkotaan adalah pedagang kaki lima (PKL). Pedagang kaki lima yang menempati ruang publik menimpulkan pencemaran lingkungan, kerawanan sosial, dan memberikan kesan kumuh. Pedagang kaki lima di Kawasan Gresik Perkotaan tidak memiliki regulasi khusus dalam pengaturan izin dan tempat berjualan. Selain itu, pedagang kaki lima juga membahayakan pengguna jalan karena berjualan di tempat yang bukan semestinya dan tidak tersedianya infrastruktur yang menunjang aktivitas informal. Untuk itu, dalam mengembalikan fungsi koridor jalan, trotoar, dan ruang terbuka hijau dilakukannya penelitian ini bertujuan dalam menentukan relokasi pedagang kaki lima di Kawasan Gresik Perkotaan. Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif komparatif, spatial autocorrelation analysis (analisis LISA), analisis ketersediaan dan kesesuaian lahan, analisis daya tampung, dan analytical hierarchy process (AHP). Variabel bebas yang digunakan adalah karakteristik pedagang kaki lima, karakteristik lokasi berjualan, karakteristik pengunjung, hukum dan perizinan, kedekatan lokasi dengan guna lahan (permukiman, perkantoran, pariwisata, industry), infrastruktur penunjang (drainase, air bersih, persampahan, layanan listrik, tempat parkir), dan aspek biaya. Sedangkan, variabel terikat adalah ketersediaan lahan, kesesuaian lahan, dan daya tampung. Hasil komparasi antara PKL Gresik Pekotaan dengan PKL Teras Malioboro untuk mengeliminasi sebanyak 8 lokasi yang tersebar yang memiliki kesamaan antara karakteristik lokasi berjualan, karakteristik PKL, dan karakteristik pengunjung didapatkan PKL AlunAlun Gresik dan PKL Bunder Asri yang dapat direlokasi. Selanjutnya, lokasi yang berpotensi untuk relokasi PKL di Gresik Perkotaan didasarkan dari spatial autocorreation analysis (LISA), dimana terdapat 4 variabel X yakni lokasi guna lahan permukiman, perkantoran, pariwisata, dan industri yang dibandingkan dengan lokasi PKL sebagai variabel Y menunjukkan bahwa permukiman dan pariwisata yang memiliki pengaruh positif terhadap kegiatan informal. Sehingga, lokasi potensial yang memiliki pengaruh guna lahan tinggi dan positif berdekatan dengan persebaran PKL (high-high) terdapat pada 2 lokasi, yakni Desa Randuagung dan Desa Gapurosukolilo. Setelah menentukan lokasi secara makro, dilakukan evaluasi lokasi potensial berdasarkan ketersediaan, kesesuaian, dan daya tampung lahan. Sehingga, menghasilkan bahwa lokasi PKL Pujasera GKB yang berada di Zona Perdagangan dan Jasa Skala Kota masih bisa menampung PKL Bunder Asri. Sedangkan, PKL Alun-Alun Gresik dapat direlokasi ke Pudak Galeri yang merupakan pusat UMKM berada di Zona Perdagangan dan Jasa Skala SWP. Terakhir, dalam merumuskan manajemen relokasi menggunakan AHP didapatkan bahwa bobot tertinggi untuk variabel pengembangan adalah infrastruktur penunjang. Kemudian, hasil pembobotan untuk alternatif tiga teratas adalah penyediaan lahan parkir khusus untuk motorized dan non motorized, penyediaan tempat sampah terpisah, penyediaan sumber air untuk PKL.
English Abstract
The dominant informal trading and service activities in urban areas are street vendors (PKL). Street vendors occupying public spaces cause environmental pollution, social vulnerability, and create a slum-like impression. In the Urban Area of Gresik, street vendors lack specific regulations concerning the permits and locations for their operations. Additionally, street vendors pose a danger to road users by selling in inappropriate places without adequate supporting infrastructure for informal activities. Therefore, this research aims to restore the function of road corridors, sidewalks, and green open spaces by determining the relocation of street vendors in the Urban Area of Gresik. The analytical methods used include descriptive comparative analysis, spatial autocorrelation analysis (LISA), land availability and suitability analysis, carrying capacity analysis, and the Analytical Hierarchy Process (AHP). The independent variables used are the characteristics of the street vendors, the characteristics of the selling locations, the characteristics of the visitors, legal and licensing aspects, proximity to land use (residential, office, tourism, industry), supporting infrastructure (drainage, clean water, waste management, electricity services, parking spaces), and cost aspects. Meanwhile, the dependent variables are land availability, land suitability, and carrying capacity. The comparative results between the urban street vendors of Gresik and the street vendors of Teras Malioboro to eliminate eight scattered locations that have similarities in selling location characteristics, street vendor characteristics, and visitor characteristics identified the Gresik Alun-Alun street vendors and Bunder Asri street vendors as candidates for relocation. Furthermore, the potential relocation sites for street vendors in the Urban Area of Gresik were determined based on spatial autocorrelation analysis (LISA), where four variables (residential land use, office land use, tourism land use, and industrial land use) were compared with the street vendor locations as the Y variable, showing that residential and tourism land uses have a positive influence on informal activities. Thus, potential locations with high and positive land use influence near street vendor distribution (high-high) were found in two locations: Randuagung Village and Gapurosukolilo Village. After determining the macro-level locations, potential locations were evaluated based on land availability, suitability, and carrying capacity. It was found that the Pujasera GKB street vendor location in the Cityscale Trade and Services Zone could still accommodate the Bunder Asri street vendors. Meanwhile, the Gresik Alun-Alun street vendors could be relocated to Pudak Galeri, which is an MSME center located in the SWP-scale Trade and Services Zone. Finally, in formulating the relocation management using AHP, it was found that the highest weight for the development variable is supporting infrastructure. The top three alternative solutions weighted were the provision of dedicated parking spaces for motorized and non-motorized vehicles, the provision of separate trash bins, and the provision of water sources for street vendors.
| Item Type: | Thesis (Magister) |
|---|---|
| Identification Number: | 042407 |
| Uncontrolled Keywords: | Relokasi; Pedagang-Kaki-Lima; Kawasan-Gresik-Perkotaan -Relocation, Street-Vendor, Gresik-Urban-Area |
| Divisions: | S2/S3 > Magister Perencanaa Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik |
| Depositing User: | Unnamed user with username nova |
| Date Deposited: | 30 Sep 2024 08:35 |
| Last Modified: | 30 Sep 2024 08:35 |
| URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/225074 |
![[thumbnail of DALAM MASA EMBARGO]](http://repository.ub.ac.id/style/images/fileicons/text.png) |
Text (DALAM MASA EMBARGO)
Wanda Rifatul Afifah.pdf Restricted to Registered users only Download (27MB) |
Actions (login required)
 |
View Item |