Karakterisasi Ketahanan Mutan Tebu terhadap Penyakit Luka Api yang Disebabkan Jamur Sporisorium scitamineum (Syd)

Supriyono, - and Prof. Dr. Ir. Abdul Latief Abadi, M.S and Muhammad Akhid Syib`li, S.P., M.P., Ph.D and Nurul Hidayah, S.P., M.Si., Ph.D (2024) Karakterisasi Ketahanan Mutan Tebu terhadap Penyakit Luka Api yang Disebabkan Jamur Sporisorium scitamineum (Syd). Magister thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Penyakit luka api yang disebabkan oleh jamur Sporisorium scitamineum adalah salah satu penyakit utama pada tanaman tebu di seluruh dunia. Penyakit ini dapat menyebabkan kehilangan hasil yang cukup besar hingga 60% pada varietas yang rentan. Pemahaman tentang karakteristik ketahanan klon tebu sangat penting untuk menunjang perakitan varietas tebu yang tahan terhadap infeksi jamur S. scitamineum. Penelitian bertujuan mengetahui kandungan fenol, Lignin dan Flavanoid yang terbentuk pada mutan tebu dan perannya pada ketahanan tebu terhadap luka api, jenis ketahanan tebu terhadap penyakit luka api. Penelitian Disusun dalam Rancangan Acak Kelompok terdiri dari dua tahap yaitu tahap pertama : Uji pendahuluan dengan empat perlakuan (Perendaman bibit tebu pada spora luka api dengan kerapatan 106 selama 10 menit, Injeksi pada mata tunas dengan spet 1 mL , pada dua klon tebu J19R17- 325/15/3-9 (klon tahan) dan Asa Agribun (klon rentan). Tahap Ke dua : Uji Lanjutan terdiri dari empat perlakuan yaitu Asa Agribun (klon rentan), J19R17-325/15/3-9 ( klon tahan), Asa Agribun + dilukai + direndam dan J19R17- 325/15/3-9 + dilukai + direndam yang di ulang 3 kali. Pengamatan pada uji pendahuluan meliputi tinggi tanaman, kandungan fenol total pada 1, 4, dan 8 minggu setelah perlakuan, sebaran miselia di dalam jaringan tanaman tebu pada 1, 4, 8 minggu setelah tanam. Pengamatan pada uji lanjutan meliputi : Uji perkecambahan S. scitamineum, Kandungan Fenol, Lignin dan Flavanoid pada 3, 6, dan 9 hari setelah inokulasi, distribusi miselia jamur S. scitamineum dalam jaringan meristematik selama periode waktu 1 minggu, 4 minggu, dan 8. Hasil penelitian menunjukan bahwa J19R17-325/15/3-9 menghasilkan senyawa fenolik yang lebih tinggi (0,192 mg/gr) dibandingkan dengan ASA Agribun (0,182 mg/gr), distribusi miselia jamur di dalam jaringan tebu pada J19R17- 325/15/3-9 juga lebih rendah dibandingkan dengan ASA Agribun. Klon J19R17-325/15/3-9 memiliki tipe mekanisme ketahanan eksternal, namun tidak memiliki ketahanan internal. Di sisi lain, klon tebu ASA Agribun tidak memiliki mekanisme ketahanan apapun. Pertumbuhan tanaman sangat di pengaruhi oleh karakter klon tebu yang di inokulasi baik metode Rendam maupun metode Injeksi. Pertumbuhan Klon tebu Asa Agribun lebih rendah dibandingkan dengan klon J19R17-325/15/3-9. Kandungan fenol dalam dua klon tebu berubah pengamatan dihari ke 3, ke 6 dan ke 9. Kandungan Fenol klon rentan ASA Agribun lebih rendah dari klon tahan J19R17-325/15/3-9 baik yang yang di inokulasi maupun tanpa inokulasi. Kandungan Lignin dan Flavonoid dalam tanaman tebu mengalami perubahan signifikan selama periode pengamatan. Khususnya, klon tahan menunjukkan kandungan lignin dan flavonoid yang lebih tinggi dibandingkan klon rentan. Kandungan fenol dan Flavanoid mempengaruhi terjadinya kolonisasi miselia jaringan mirestem yang tertinggi pada pengamatan hari ke 6, kandungan Lignin yang paling berpengaruh pada kolonisasi miselia jaringan mirestem pada pengamatan hari ke 9

English Abstract

Smut disease caused by the fungus Sporisorium scitamineum is one of the major diseases of sugarcane worldwide. The disease can cause considerable yield losses of up to 60% in susceptible varieties. Understanding the resistance characteristics of sugarcane clones is very important to support the development of sugarcane varieties that are resistant to S. scitamineum fungal infection. The study aimed to determine the content of phenols, Lignin and Flavanoids formed in sugarcane mutants and their role in sugarcane resistance to smut, the type of sugarcane resistance to smut disease. The research used a Randomised Group Design consisting of two stages, namely the first stage: Preliminary tests with four treatments (Immersion of sugarcane seedlings in fire wound spores with a density of 106 for 10 minutes, Injection in the bud eye with a 1 mL spette, on two sugarcane clones J19R17- 325/15/3-9 (resistant clones) and Asa Agribun (susceptible clones). Stage Two: Advanced test consisted of our treatments namely Asa Agribun (susceptible clone), J19R17-325/15/3-9 (resistant clone), Asa Agribun + wounded + soaked and J19R17-325/15/3-9 + wounded + soaked which were repeated 3 times. Observations in the preliminary test included plant height, total phenol content at 1, 4, and 8 weeks after treatment, mycelia distribution in sugarcane plant tissue at 1, 4, 8 weeks after planting. Observations in the follow-up test include: S. scitamineum germination test, Phenol, Lignin and Flavanoid content at 3, 6, and 9 days after inoculation, distribution of S. scitamineum fungal mycelia in meristematic tissues over a period of 1 week, 4 weeks, and 8 weeks. The results showed that J19R17-325/15/3-9 produced higher phenolic compounds (0.192 mg/gr) compared to ASA Agribun (0.182 mg/gr), the distribution of fungal mycelia in sugarcane tissue in J19R17- 325/15/3-9 was also lower than ASA Agribun. Clone J19R17-325/15/3-9 has an external type of resistance mechanism, but no internal resistance. On the other hand, ASA Agribun sugarcane clone does not have any resistance mechanism. Plant growth is strongly influenced by the character of sugarcane clones inoculated by both the Soak method and the Injection method. The growth of Asa Agribun sugarcane clone was lower than that of J19R17-325/15/3-9 clone. Phenol content in the two sugarcane clones changed from day 3, 6 and 9. Phenol content in the susceptible clone ASA Agribun was lower than the resistant clone J19R17- 325/15/3-9 both inoculated and without inoculation. Lignin and Flavonoid contents in sugarcane underwent significant changes during the observation period. Notably, the resistant clones showed higher lignin and flavonoid contents than the susceptible clones. Phenol and Flavanoid content influenced the colonisation of mirestem tissue mycelia which was highest on observation day 6, Lignin content had the most effect on colonisation of mirestem tissue mycelia on observation day 9.

Item Type: Thesis (Magister)
Identification Number: 042404
Divisions: S2/S3 > Magister Ilmu Tanaman, Fakultas Pertanian
Depositing User: Unnamed user with username nova
Date Deposited: 27 Aug 2024 06:40
Last Modified: 27 Aug 2024 06:40
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/224651
[thumbnail of DALAM MASA EMBARGO] Text (DALAM MASA EMBARGO)
Supriyono Supriyono.pdf
Restricted to Registered users only

Download (3MB)

Actions (login required)

View Item View Item