Jenis, Status Perlindungan, Dan Aspek Biologi Hiu Yang Didaratkan Di Pelabuhan Perikanan Tanjung Luar Kecamatan Keruak, Kabupaten Lombok Timur, Provinsi Nusa Tenggara Barat

Negoro, Arjono Puspo and Wahida Kartika Sari, S.Pi, M.Si and Dr. Ir. Tri Djoko Lelono, M.Si (2024) Jenis, Status Perlindungan, Dan Aspek Biologi Hiu Yang Didaratkan Di Pelabuhan Perikanan Tanjung Luar Kecamatan Keruak, Kabupaten Lombok Timur, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Hiu merupakan predator teratas yang dapat memangsa hewan yang terluka/sakit dan hewan dalam kondisi lemah sehingga bisa mengontrol populasi hewan laut dalam rantai makanan (Yusrina et al., 2019). Tercatat ada 116 jenis ikan hiu yang berada di perairan Indonesia (Dharmadi et al., 2015). Ikan hiu yang awalnya merupakan hasil tangkapan sampingan atau bycatch, namun beberapa tahun terakhir ikan hiu menjadi target penangkapan utama khususnya di sepanjang Selatan Jawa dan Nusa Tenggara (Prihartiningsih et al., 2019). Salah satu daerah yang menjadi basis pendaratan elasmobranch di Indonesia adalah Tanjung Luar, Kabupaten Lombok Timur, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Penangkapan ikan hiu di daerah ini sudah berlangsung cukup lama yakni lebih dari 40 tahun dengan menggunakan armada penangkapan berkisar antara 4–25 GT. Dalam rangka menjaga keanerakaragaman jenis hiu dan upaya menjaga sumberdaya ikan hiu agar terhindar dari ancaman kepunahan, maka dilakukan penelitian mengenai pemahaman yang mendalam terhadap ikan hiu yang didaratkan di Tanjung Luar. Pengidentifikasian berbagai jenis hiu yang didaratkan di Tanjung Luar akan membuka wawasan mengenai keragaman spesies yang mungkin berperan penting dalam ekosistem setempat. Aspek biologi termasuk ukuran, pola pertumbuhan, dan faktor lain yang dapat mempengaruhi kesehatan populasi perlu dikaji untuk mendapatkan informasi terbaru kondisi biologi ikan hiu yang didaratkan di Tanjung Luar. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer dilaksanakan pada periode 17 Juli 2023 – 8 Agustus 2023 dan 8 Januari 2024 – 29 Februari 2024 dengan mengumpulkan data hasil penangkapan, pengukuran panjang dan bobot serta penemuan klasper. Adapun data sekunder ialah menggunakan studi pustaka dengan mencari literatur sebagai referensi terkait data peraturan nasional dan internasional ikan hiu serta jurnal atau buku yang berkaitan dengan ikan hiu. Data kemudian dianalisis dengan pemisahan antar spesies, pemisahan spesies antar status konservasi, dan analisis aspek biologi hiu dominan yang terdata. Hasil penelitian didapatkan 43 spesies dari 17 famili. Status konservasi hiu ada 8 spesies Hiu yang terikat didalam peraturan nasional, 22 Appendix II CITES kedalam IUCN redlist dan statusnya termasuk kategori EN 9 spesies, NT 12 spesies, CR 4 spesies, VU 16 spesies, dan LC 2 spesies. Sebaran panjang hiu dominan TL antara 43 - 300 cm, Nisbah kelamin hiu dominan Carcharhinus falciformis, Sphyrna lewini, Hemitriakis indroyonoi, dan Prionace glauca tidak ada perbedaan. Hubungan panjang tubuh-berat ikan hiu yang termasuk kategori isometrik Carcharhinus falciformis dan Prionace glauca. Sedangkan pesies yang termasuk kategori alometrik negatif Hemitriakis indroyonoi dan Sphyrna lewini. Hubungan panjang tubuh – panjang klasper ikan hiu dominan yang termasuk kategori sangat kuat Carcharhinus falciformis, kategori kuat Hemitriakis indroyonoi dan Sphyrna lewini, termasuk kategori rendah Prionace glauca.

English Abstract

Sharks are top predators that can prey on injured/sick animals and animals in a weak condition so they can control the population of marine animals in the food chain (Yusrina et al., 2019). There are 116 species of shark recorded in Indonesian waters (Dharmadi et al., 2015). Sharks were initially a bycatch, but in recent years sharks have become the main fishing target, especially along southern Java and Nusa Tenggara (Prihartiningsih et al., 2019). One of the areas that is the landing base for elasmobranchs in Indonesia is Tanjung Luar, East Lombok Regency, West Nusa Tenggara Province. Shark fishing in this area has been going on for quite a long time, namely more than 40 years, using fishing fleets ranging from 4-25 GT. In order to maintain the diversity of shark species and to protect shark resources to avoid the threat of extinction, research was carried out regarding an in-depth understanding of sharks landed in Tanjung Luar. Identifying the various types of sharks landed in Tanjung Luar will provide insight into the diversity of species that may play an important role in the local ecosystem. Biological aspects including size, growth patterns, and other factors that can influence population health need to be studied to obtain the latest information on the biological condition of sharks landed in Tanjung Luar. The data used in this research are primary data and secondary data. Primary data collection was carried out in the period 17 July 2023 – 8 August 2023 and 8 January 2024 – 29 February 2024 by collecting data on capture results, length and weight measurements and clasper discoveries. The secondary data is using literature studies by searching for literature as references related to national and international shark regulatory data as well as journals or books related to sharks. The data was then analyzed using separation between species, separation of species between conservation statuses, and analysis of the biological aspects of the dominant sharks recorded. The research results showed that there were 43 species from 17 families. The conservation status of sharks is that there are 8 shark species that are bound by national regulations, 22 Appendix II CITES on the IUCN redlist and their status includes categories EN 9 species, NT 12 species, CR 4 species, VU 16 species, and LC 2 species. The length distribution of TL dominant sharks is between 43- 300 cm. There is no difference in the sex ratio of the dominant sharks Carcharhinus falciformis, Sphyrna lewini, Hemitriakis indroyonoi, and Prionace glauca. Body length-weight relationship of sharks belonging to the isometric category Carcharhinus falciformis and Prionace glauca. Meanwhile, species that fall into the negative allometric category are Hemitriakis indroyonoi and Sphyrna lewini. The relationship between body length and clasper length of dominant sharks is in the very strong category, Carcharhinus falciformis, in the strong category, Hemitriakis indroyonoi and Sphyrna lewini, in the low category, Prionace glauca.

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: 052408
Divisions: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan > Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan dan Kelautan
Depositing User: soegeng sugeng
Date Deposited: 19 Aug 2024 07:28
Last Modified: 19 Aug 2024 07:28
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/224297
[thumbnail of DALAM MASA EMBARGO] Text (DALAM MASA EMBARGO)
ARJONO PUSPO NEGORO.pdf
Restricted to Registered users only

Download (4MB)

Actions (login required)

View Item View Item