Studi Pengoperasian Armada Angkutan Kota pada Jalur TST dan TSG di Kota Malang

Moeliadi, Agoes and Ir. Antariksa, M. Eng, Ph.D and Drs. Imam Nurhadi. P, MT. (2001) Studi Pengoperasian Armada Angkutan Kota pada Jalur TST dan TSG di Kota Malang. Magister thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Kota Malang dengan luas wilayah 11.005,66 Ha dan jumlah penduduk sebesar kurang lebih 714.486 jiwa, mempunyai cukup banyak permasalahan yang dihadapi di antaranya masalah transportasi. Permasalahan transportasi yang dibahas dalam penelitian ini difokuskan pada permasalahan angkutan umum khususnya angkutan kota. Berdasarkan data yang ada dari Dinas LLAJ Kota Malang sebelumnya bahwa permasalahan angkutan kota yang belum terselesaikan adalah angkutan kota Jalur TST dan TSG, dan kenyataannya di lapangan sampai saat ini kedua jalur tersebut masih melakukan protes agar permasalahan yang dihadapi dapat diselesaikan. Dari data yang diperoleh bahwa jalur angkutan TSG adalah merupakan pengalihan dari jalur TST, yang pada waktu itu disebabkan karena jalur TST kelebihan armada angkutan. Setelah dilakukan pengurangan pada jalur TST dan dialihkan pada jalur baru TSG temyata langkah tersebut belum menyelesaikan masalah, sehingga jalur TST tetap minta dikurangi lagi dan jalur TSG setelah pengalihan di jalur baru tetap protes karena tidak ada peningkatan pendapatan. Disamping itu Jalur TST merupakan jalur yang jarak peijalanannya terpanjang yaitu 26 km dan tarip yang diberlakukan oleh Pemerintah Daerah sama dengan trayek yang jaraknya pendek, hal ini juga merupakan persoalan yang dipermasalahkan oleh pihak jalur TST. Tujuan dari pada penelitian ini adalah untuk melakukan evaluasi kineija pelayanan kendaraan angkutan kota jalur TST dan TSG serta melakukan analisis biaya operasi yang dikeluarkan, sehingga pendapatan yang diperoleh oleh pengemudi dapat menghasilkan keuntungan yang layak. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa kendaraan angkutan kota jalur TST dalam memberikan pelayanan angkutan, melakukan pemotongan jalur menjadi dua yaitu di lokasi Mitra II. Dengan demikian kalau ada penumpang yang naik dari Tlogowaru atau dari Tasikmadu yang turun melewati Mitra II dikenakan biaya tambahan menjadi dua kali lipat. Sedangkan Untuk kendaraan angkutan jalur TSG melakukan hal yang sama, dengan memotong jalur menjadi dua yaitu penumpang yang naik dari Tawangmangu dan turun melewati ITN dikenakan biaya tambahan menjadi Rp.1000,- , sedangkan dari Gasek akan dikenakan biaya tambahan yang sama bila penumpang tersebut turun setelah melewati pertigaan Gajayana. Dengan demikian dari hasil analisis untuk meningkatkan kineija angkutan dan dalam rangka penyelesaian permasalahan pada jalur tersebut diperlukan adanya perbaikan kineija pelayanan dan kineija ekonomi. Perbaikan kineija pelayanan di antaranya : perbaikan headway TST dari 6 menit menjadi 3,8 menit dan TSG dari 12 menit menjadi 7,8 menit, faktor muat TST 275 % dan TSG 136 %, waktu sirkulasi 213 ,28 menit dan TSG 120,3 menit, serta pemberlakuan tarip yang beda bagi jalur TST untuk penumpang yang turun menuju tujuan akhir trayek. Dengan adanya perubahan kineija pelayanan tersebut di atas maka kineija ekonomi pada kedua jalur tersebut dapat ditingkatkan, sehingga pendapatan kotor pengemudi menjadi Rp. 99.900,- untuk jalur TST dan Rp.87.100,- untuk jalur TSG.

English Abstract

Malang, which the width is 11.005.66 Ha and the population is around 714.486 people, faced many problems, among others about public transportation. Transportation problem, which discussed on this research, is focused on public transportation especially urban public transportation fleet. Based on the data taken from Dinas LLAJ Malang (Highway Transportation Traffic State), it was known that the problem of public transportation in Malang which has not solved yet is the route of public transportation fleet on TST and TSG. And as a matter of fact, those lines above (TST and TSG) currently protested to the local government, in order the problems can be solved as soon as possible. From the data collection, the researcher found that TSG’s route is the transferring of TST’s route, it happened because at that time route of TST fleets were over fleets. After mini,..ized TST fleets and given to the new fleets; “TSG”, ironically this strategy has not solved the problem yet. So that TST fleets still ask reduction. On the other side, after transferring to the new route, TST fleets also protested because there was no increasing of their income. Besides, TST’s route was the longest distance, that is 26 km, but the cost regulated by local government is the same as shorter route. This case was also a problem for TST public transportation fleets. The objective of this research is to evaluate the quality of services given by urban public transportation on lines TST and TSG, and to analyze operational cost, so that the driver will get high income. Base on the result of research in the field, it is known that when urban public transportation line TST gave services, they crossed the route into two that is on Mitra II. Hence, it there was a passenger got on from Tlogowaru or Tasikmadu and got off by way of Mitra II, they will pay more (twice). Meanwhile, TSG fleets also cross the lines into two, those are the passengers who got on from Tawangmangu and got off by way ITN they will pay more: Rp. 1000, - also for those whose got on from Gasek they would pay more if they got off after pass Gajayana three junctions. Hence, to increase the quality of urban public transportation’s services and to overcome the problems above, it is necessary to improve the quality of services and economic. The improvement of quality services, among others are: the improvement of TST’s headway from 6 minutes to 3.8 minutes and from 12 minute to 7.8 minutes for TSG, loading factor for TST 275% and 136% for TSG, circulation time for TST 213.28 minute and 120.3 minute for TSG, and the differentiation of cost. For TST’s route especially for those who got off on the end of route. By having the changing quality services above, hence the quality of economic on both lines above can be improved so that the drivers’ income would become Rp. 99.900,- for TST and Rp. 87.000,- for TSG.

Item Type: Thesis (Magister)
Identification Number: -
Uncontrolled Keywords: Armada, Faktor Muat, Kelayakan
Divisions: S2/S3 > Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik
Depositing User: Unnamed user with username nova
Date Deposited: 18 Jul 2024 08:26
Last Modified: 18 Jul 2024 08:26
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/223915
[thumbnail of AGOES MOELIADI.pdf] Text
AGOES MOELIADI.pdf

Download (16MB)

Actions (login required)

View Item View Item