Arimbawa, Putu and Prof. Dr. Ir. Kliwon Hidayat, M.S. and Ir. Edi Dwi Cahyono, M.Agr.Sc., M.S., Ph.D and Prof. Dr. Ir. Yayuk Yuliat, M.S. (2024) Peran Komunikasi dalam Kelembagaan Petani pada Peningkatan Kapasitas Petani dalam Pengembangan Kakao di Kabupaten Kolaka Timur. Magister thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Pengembangan kakao menjadi isu utama dalam pembangunan perkebunan kakao di Indonesia dengan berbagai permasalahan mulai dari masalah budidaya, panen, pasca panen, produksi, mutu dan pemasaran. Diantara permasalahan tersebut masalah produksi kakao menjadi fokus kegiatan dimana terus mengalami penurunan sehingga mengancam keberlangsungan kehidupan petani. Peran petani sebagai pengelola usahatani menjadi sangat penting dalam kemampuannya mengatasi rendahnya produksi kakao. Oleh karena itu, peningkatan kapasitas petani dinyakini menjadi poin utama dalam menunjang pengembangan kakao. Untuk meningkatkan kapasitas petani, kelembagaan petani sebagai wadah petani berkumpul dalam melakukan kegiatan usahatani dapat berperan sebagai media komunikasi antar petani melalui proses belajar bersama. Rendahnya produksi kakao yang mengancam keberlanjutan kakao dinyakini dipengaruh oleh peran komunikasi antar aktor dalam suatu kelembagaan petani yang belum berjalan dengan baik. Untuk itu, diperlukan suatu upaya pendekatan pembangunan yang dapat melibatkan semua pihak baik petani, kelembagaan petani, pemerintah, penyuluh dan pihak swasta untuk mau berbagi informasi/pengetahuan (knowledge sharing) dalam menunjang pengembangan kakao. Peran komunikasi dalam kelembagaan petani dapat menjadi sentral kegiatan pengembangan kakao menuju peningkatan kapasitas petani. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mendeskripsikan peran komunikasi dalam kelembagaan petani dan tingkat kapasitas petani dalam pengembangan kakao; (2) menganalisis faktor-faktor yang dominan mempengaruhi peran komunikasi dalam kelembagaan petani, dan tingkat kapasitas petani kakao; (3) menganalisis pengaruh peran komunikasi dalam kelembagaan petani terhadap tingkat kapasitas petani kakao; dan (4) merumuskan model komunikasi kelembagaan petani yang efektif untuk peningkatan kapasitas petani dalam pengembangan kakao. Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Kolaka Timur sejak bulan April sampai dengan Nopember 2019. Pendekatan yang digunakan dalam menyelesaikan permasalahan adalah pendekatan kuantitatif dengan metode survai dan didukung data kualitatif. Populasi penelitian adalah petani kakao yang menjadi anggota Lembaga Ekonomi Masyarakat Sejahtera (LEMS) di empat kecamatan pengembangan kakao secara sengaja. Jumlah anggota populasi sebanyak 807 orang petani kakao. Jumlah sampel penelitian sebanyak 267 petani kakao anggota LEMS ditentukan secara acak proporsional (proportional random sampling) dari setiap LEMS, dengan ketentuan setiap pengurus inti LEMS semua diambil (sensus) sebagai sampel. Teknik pengumpulan data dengan wawancara kepada petani sampel menggunakan kuesioner terstruktur, diskusi terfokus terhadap masing-masing pengurus LEMS, dan pengamatan partisipatif untuk pengambilan data primer, sedangkan data skunder dikumpulkan dengan melihat dokumentasi dari masing-masing LEMS sampel dan pemerintah Kabupaten Kolaka Timur, melalui Dinas Perkebunan, kantor kepala desa, dan kantor penyuluh pertanian. Data dianalisis secara deskriptif, dan analisis structural equation modeling (SEM) dengan generalized structures component analysis (GSCA) (SEM-GSCA). bagaan petani dan tingkat kapasitas petani kakao masing-masing kategori sedang. Peran komunikasi yang sudah cukup baik adalah: (1) efektivitas komunikasi informasi (61,52%), (2) metode komunikasi informasi (61,57%) dan (3) insentif informasi (60,52%), sedangkan peran komunikasi yang masih kurang adalah (1) peran dalam akses informasi (58,67%) dan (2) peran dalam mediasi informasi (59,47%). Komunikasi berperan dalam pengolahan informasi oleh petani dalam suatu kelembagaan petani pada pengembangan kakao melalui tahap discover, develop dan dissiminate. Efektivitas kegiatan pengembangan kakao oleh petani dalam suatu kelembagaan petani dengan memadukan komunikasi yang berorientasi inovasi/informasi dengan komunikasi relasional untuk terjadinya proses interaksi dan dialog antar petani dan stakeholder pelaku pengembangan kakao. Tingkat kapasitas petani yang sudah cukup baik adalah: (1) kemampuan petani dalam mengelola sumberdaya usahatani (66,62%), (2) kemampuan dalam adaptasi inovasi (66,93%), dan (3) kemampuan dalam mengevaluasi inovasi (67,68%), sedangkan kemampuan yang masih perlu ditingkatkan adalah kemampuan petani dalam mengorganisir usahatani kakao (61,96%). Kedua, peran komunikasi dalam kelembagaan petani kategori sedang, dipengaruhi oleh: (1) penggunaan media komunikasi, (2) karakteristik petani, (3) karakteristik lembaga dan (4) dukungan faktor penunjang. Faktor penggunaan media komunikasi sebagai faktor yang paling dominan mempengaruhi peran komunikasi dalam kelembagaan petani. Tingkat kapasitas petani kakao kategori sedang dipengaruhi oleh: (1) peran komunikasi dalam kelembagaan petani, dan (2) ketersediaan inovasi. Peran komunikasi dalam kelembagan petani sebagai faktor yang paling dominan mempengaruhi tingkat kapasitas petani kakao. Penggunaan media komunikasi, karakteristik petani, dan karakteristik lembaga dan dukungan faktor penunjang berpengaruh secara tidak langsung terhadap tingkat kapasitas petani. Variabel ketersediaan inovasi mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap peran komunikasi dalam kelembagaan petani, tetapi mempunyai pengaruh secara langsung dan signifikan dengan tingkat kapasitas petani. Ketiga, peran komunikasi dalam kelembagaan petani berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat kapasitas petani. Peran komunikasi dalam kelembagaan petani yang paling dominan perlu diperhatikan untuk meningkatkan kapasitas petani adalah peran sebagai mediasi informasi. Keempat, berdasarkan enam strategi peningkatan kapasitas petani kakao, maka dapat dirumuskan model komunikasi kelembagaan yang efektif dalam peningkatan kapasitas petani dalam pengembangan kakao menjadi suatu model yang memuat faktor masukan, proses, dan luaran. Agar model komunikasi dalam kelembagaan petani dapat berjalan efektif perlu perbaikan pada: (1) faktor masukan (input), yaitu (a) peningkatan penggunaan media komunikasi oleh petani maupun lembaga tani seperti penggunaan media eletronik dan media internet, serta ditunjang oleh penggunaan media cetak dan media interpersonal; (b) pengetahuan dan pengembangan karakteristik petani seperti meningkatkan keaktifan petani dalam kegiatan kelompok/lembaga, peningkatan luas lahan kakao, peningkatan pendidikan nonformal melalui pelatihan kepada petani, peningkatan motivasi petani, peningkatan kekosmopolitan petani, perhatian terhadap umur petani dan pendidikan formal petani; (c) perbaikan karakteristik lembaga dengan memperjelas tugas pokok dan fungsi (tupoksi) peran masing-masing anggota kelompok/lembaga, kejelasan aturan lembaga, peningkatan peran pemimpin lembaga dalam kepemimpinan lembaga, peningkatan kerjasama dalam lembaga, peningkatan kesamaan motif bersama anggota lembaga, dan peningkatan kohesivitas kelompok/lembaga; (d) peningkatan dukungan faktor penunjang utamanya peningkatan peran penyuluh pertanian dalam mendampingi petani pada pengembangan kakao melalui kegiatan kelompok/lembaga misalnya penyediaan informasi bagi petani, penyuluhan dan pelatihan, meningkatkan keterlibatan LSM/NGO dalam mendampingi petani, peran lembaga pasar dan peningkatan dukungan pemerintah dalam pembuatan program yang mendukung pengembangan kakao rakyat; dan (e) peningkatan ketersediaan inovasi bagi petani baik inovasi teknologi peningkatan mutu, pengolahan hasil, pemasaran dan teknologi budidaya kakao; dan (2) perbaikan proses (process), yaitu: perbaikan peran komunikasi kelembagaan petani, terutama yang perlu ditingkatkan adalah peran sebagai media komunikasi informasi petani dan sebagai mediasi informasi bagi petani maupun kelembagaan terkait dalam mendukung pengembangan kakao. Peran mediasi informasi terhadap informasi/ inovasi baru, penguatan informasi penyebaran informasi, maupun pada pelaksanaan inovasi/informasi. Selanjutnya, peran dalam akses informasi, insentif informasi, efektivitas komunikasi informasi dan peran dalam penggunaan metode komunikasi informasi; dan (3) luaran (output), yaitu kapasitas petani terus dikembangkan sebagai modal dasar dalam pengembangan kakao secara berkelanjutan. kemampuan dalam mengorganisir petani menjadi penting khususnya mengajak generasi muda untuk terlibat dalam pengembangan kakao, serta (4) peningkatan peran pendamping sebagai fasilitasi informasi, mediasi informasi dan pertukaran informasi berlangsungnya proses belajar bersama petani dalam suatu kelembagaan petani dalam menunjang pengembangan kakao di Kabupaten Kolaka Timur.
English Abstract
Cocoa development has become a major issue in the development of cocoa plantations in Indonesia with various problems ranging from cultivation, harvesting, post-harvest, production, quality and marketing issues. Among these problems, the problem of cocoa production becomes the focus of activities where it continues to decline thereby threatening the survival of farmers. The role of farmers as farming managers becomes very important in their ability to cope with low cocoa production. Therefore, increasing the capacity of farmers is believed to be the main point in supporting the cocoa development. To increase the farmer's capacity, farmer institutions as a forum for farmers to gather in conducting farming activities can act as a medium of communication between farmers through a shared learning process. The low production of cocoa that threatens the sustainability of cocoa is believed to be influenced by the role of communication between actors in an institutional farmer that has not been going well. For this reason, a development approach is needed that could involve all parties, including farmers, farmer institutions, the government, extension and private parties, to be willing to share information/knowledge (knowledge sharing) in supporting cocoa development. The role of communication in farmer institutions can be the center of cocoa development activities towards the farmer capacity enhancement. This study aims to: (1) describe the role of communication in farmer institutions and farmer capacity levels in cocoa development; (2) analyze the dominant factors affecting the role of communication in farmer institutions, and the level of capacity of cocoa farmers; (3) analyze the effect of the role of communication in farmer institutions on the capacity level of cocoa farmers; and (4) formulate an effective model of farmer institutional communication to increase the capacity of farmers in cocoa development. The study was conducted in East Kolaka Regency from April to November 2019. The approach used in solving problems is a quantitative approach with survey methods and supported by qualitative data. The study population is cocoa farmers who are members of the Institute for Prosperous Community Economy/Lembaga Ekonomi Masyarakat Sejahtera (LEMS) in four Sub districts of cocoa development purposively. The total of population member amounted to 807 cocoa farmers. The numbers of research samples equal to 267 cocoa farmers of LEMS member determined by proportional random sampling from each LEMS, with the provision that all LEMS core management are all taken (census) as samples. Data collection techniques through interviews with sample farmers using a structured questionnaire, focused discussion on each LEMS board, and participatory observation for primary data collection, while the secondary data was collected by looking at the documentation of each LEMS sample and the East Kolaka Regency government, through the Office of Plantations, village head office, and agricultural extension office. Data were analyzed descriptively, and structural equation modeling (SEM) analysis with generalized structures component analysis (GSCA) (SEM-GSCA). tions and the capacity level of cocoa farmers each in the moderate category. The role of communication that already fairly good are: (1) effectiveness of information communication (61,52%), (2) information communication methods (61,57%) and (3) information incentives (60,52%), while the role of communication that still lacking is (1) the role in access to information (58,67%) and (2) the role in information mediation (59,47%). Communication plays a role in the processing of information by farmers in a farmer's institution in the development of cocoa through the discover, develop and disseminate stages. The effectiveness of cocoa development activities by farmers in a farmer institution, conducted by combining innovation / information-oriented communication with relational communication for the occurrence of interaction and dialogue process between farmers and cocoa development stakeholders. The level of capacity of farmers that already fairly good are: (1) the ability of farmers to manage farming resources (66,62%), (2) the ability to innovation adaptation (66.93%), and (3) the ability to evaluate innovations (67, 68%), while the ability that still needs to be improved is the ability of farmers to organize cocoa farming (61,96%). Second, the role of communication in farmer institutions of the medium category, influenced by: (1) the use of communication media, (2) the characteristics of farmers, (3) the characteristics of institutions and (4) support of the supporting factors. Factor of the communication media use as the most dominant factor influences the role of communication in farmer institutions. The capacity level of the cocoa farmer of medium category influenced by: (1) the role of communication in farmer institutions, and (2) the availability of innovation. The role of communication in farmer institutions as the most dominant factor influences the capacity level of cocoa farmers. The use of communication media, the characteristics of farmers, and the characteristics of institutions and the support of supporting factors indirectly affect the level of farmer's capacity. The variable of innovation availability has no significant effect on the role of communication in farmer institutions, but has a direct and significant influence on the level of farmer's capacity. Third, the role of communication in farmer institutions has a positive and significant effect on the level of farmer's capacity. The most dominant role of communication in farmer institutions to be considered to increase farmers' capacity is the role as information mediation. Fourth, based on six strategies to increase the capacity of cocoa farmers, then an effective institutional communication model for increasing the capacity of farmers in developing cocoa can be formulated into a model that includes input, processes, and output factors. In order for the communication model in farmer institutions to run effectively, need to be improvement in: (1) input factors, namely (a) the increase in the use of communication media by farmers and farmer institutions such as the use of electronic media and internet media, as well as supported by the use of print media and interpersonal media; (b) knowledge and development of farmers' characteristics such as increasing the activeness of farmers in group / institutional activities, increasing the area of cocoa, increasing non-formal education through training to farmers, increasing farmer motivation, increasing farmers' cosmopolitanism, attention to farmers' age and formal education of farmers; (c) improvement of institutional characteristics by clarifying the main tasks and functions of the roles of each member of group/institution, the clarity of institutional rules, the enhancement of the role of institutional leaders in institutional leadership, the enhancement of cooperation in institutions, the enhancement of common motives with members of the institution, and the enhancement of group/institution cohesiveness; (d) the increase in the support for supporting factors, especially the increase in the role of agricultural extension workers in assisting farmers in the cocoa development through group/institutional activities such as providing information to farmers, counseling and training, increasing the involvement of NGOs in assisting farmers, the role of market institutions and the enhancement of government support in making programs that support the community cocoa development; and (e) increasing the availability of innovations for farmers either technological innovation for quality improvement, yield processing, marketing and cocoa cultivation technology; and (2) process improvement, namely: improving the role of farmer institutional communication, especially what needs to be improved is the role as a farmer information communication medium and as information mediation for farmers and related institutions in supporting the cocoa development. The role of information mediation on new information/innovation, strengthening information and disseminating information, as well as on the implementation of innovation/ information. Furthermore, the role in information access, information incentives, the effectiveness of information communication and the role in the use of information communication methods; and (3) output, namely the capacity of farmers continue to be developed as the basic capital in the sustainable cocoa development. The ability to organize farmers becomes important, especially inviting young people to be involved in cocoa development, as well as (4) Increasing the role of assistance as an information facility, information mediation and information exchange of the ongoing learning process with farmers in a farmer institution to support the development of cocoa in East Kolaka Regency.
Item Type: | Thesis (Magister) |
---|---|
Identification Number: | 042404 |
Divisions: | Program Pascasarjana > Magister Studi Ketahanan Nasional, Program Pascasarjana |
Depositing User: | Unnamed user with username nova |
Date Deposited: | 18 Jul 2024 08:25 |
Last Modified: | 18 Jul 2024 08:25 |
URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/223853 |
Text (DALAM MASA EMBARGO)
Putu Arimbawa.pdf Restricted to Registered users only Download (4MB) |
Actions (login required)
View Item |