Perbandingan Komplikasi Bakteriuria, Hematuria, dan Nyeri Pasca Tindakan Biopsi Prostat Transperineal dan Transrektal Pada Pasien Dengan Kecurigaan Kanker Prostat.

Chaerul, dr. Harry Achsan and Dr. dr. Kurnia Penta Seputra, Sp.U(K) and Dr. dr. Besut Daryanto, Sp.B, Sp.U(K) and dr. Dewi Santosaningsih, Sp.MK., M.Kes., PhD Perbandingan Komplikasi Bakteriuria, Hematuria, dan Nyeri Pasca Tindakan Biopsi Prostat Transperineal dan Transrektal Pada Pasien Dengan Kecurigaan Kanker Prostat. Magister thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Pendahuluan: Kanker prostat merupakan kanker paling umum pada pria dengan tingkat kematian tertinggi kedua di Amerika Serikat. Di Indonesia, 1.102 pasien dengan rerata usia 67,18 tahun telah didiagnosis menderita kanker prostat dalam 8 tahun terakhir. Pendekatan diagnosis utama kanker prostat melibatkan dua metode biopsi, yaitu transrectal prostate biopsy (TRPB) dan transperineal prostate biopsy (TPPB). Penelitian ini bertujuan mengevaluasi komplikasi bakteriuria, hematuria, dan tingkat nyeri pasca prosedur antara TRPB dan TPPB. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain cohort-prospective. Sampel terdiri dari 32 pasien yang dicurigai kanker prostat dan akan menjalani biopsi prostat dengan perbandingan teknik 1:1 antara TPPB dan TRPB. Data dianalisis menggunakan perangkat lunak SPSS versi 28. Hasil: Hasil uji Friedman dan paired T-test menunjukkan perbedaan signifikan dalam pemeriksaan kultur urin dan urinalisis sebelum dan sesudah biopsi transrektal, tetapi tidak ada perbedaan signifikan dalam penilaian nyeri. Untuk biopsi transperineal, perbedaan signifikan hanya didapatkan dalam penilaian nyeri sebelum dan sesudah biopsi. Hasil uji Mann-Whitney menunjukkan perbedaan signifikan dalam kejadian bakteriuria dan hematuria dengan TPPB menunjukkan angka yang lebih rendah dan VAS yang lebih tinggi paa kelompok TPPB. Pembahasan: Penelitian ini menyoroti perbedaan komplikasi antara TRPB dan TPPB. TRPB memiliki tingkat bakteriuria yang lebih tinggi, disertai dengan pertumbuhan bakteri E. coli, sedangkan TPPB menunjukkan hasil steril. Hematuria juga lebih sering terjadi pada TRPB. Penelitian ini menunjukkan bahwa pemilihan antibiotik profilaksis dapat mempengaruhi hasil, dengan TRPB cenderung menggunakan ciprofloxacin, yang kurang efektif terhadap E. coli dibandingkan gentamicin. Pada tingkat nyeri, pasien yang menjalani TRPB mengalami rasa nyeri yang lebih rendah dibandingkan dengan TPPB. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh teknik jarum biopsi yang menghindari mukosa rektum pada TRPB. Kesimpulan: TPPB cenderung lebih baik dalam menghindari risiko komplikasi pendarahan dan infeksi, sementara TRPB lebih baik dalam menghindari rasa nyeri. Oleh karena itu, pemilihan metode biopsi prostat harus mempertimbangkan keuntungan dan risiko yang terkait dengan masing-masing pendekatan.

English Abstract

Introduction: Prostate cancer is the most common cancer in men with the secondhighest death rate in the United States. In Indonesia, 1,102 patients with an average age of 67.18 years have been diagnosed with prostate cancer in the last 8 years. The primary diagnostic approach involves two biopsy methods, transrectal prostate biopsy (TRPB) and transperineal prostate biopsy (TPPB). This study aims to evaluate complications of bacteriuria, hematuria, and post-procedure pain between TRPB and TPPB. Method: This is an analytical observational study with a cohort-prospective design. The sample consists of 32 patients suspected of prostate cancer undergoing prostate biopsy with a 1:1 technique comparison between TPPB and TRPB. Data were analyzed using SPSS version 28. Results: Friedman and paired T-test results showed a significant difference in urine culture and urinalysis before and after transrectal biopsy, but no significant difference in pain assessment. For transperineal biopsy, a significant difference was only found in pain assessment before and after the biopsy. Mann-Whitney test results showed a significant difference in the incidence of bacteriuria and hematuria, with lower figures for TPPB and higher VAS in the TPPB group. Discussion: This study highlights the differences in complications between TRPB and TPPB. TRPB has a higher rate of bacteriuria, accompanied by the growth of E. coli, while TPPB shows sterile results. Hematuria also occurs more frequently in TRPB. This study suggests that the choice of prophylactic antibiotics can influence results, with TRPB tending to use ciprofloxacin, which is less effective against E. coli than gentamicin. In terms of pain, patients undergoing TRPB experience lower pain levels compared to TPPB, likely due to the biopsy needle technique avoiding the rectal mucosa. Conclusion: TPPB tends to be better at avoiding the risk of bleeding and infection complications, while TRPB is better at avoiding pain. Therefore, the choice of prostate biopsy method should consider the advantages and risks associated with each approach.

Item Type: Thesis (Magister)
Identification Number: 042406
Divisions: Profesi Kedokteran > Spesialis Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, Fakultas Kedokteran
Depositing User: Unnamed user with username nova
Date Deposited: 01 Aug 2024 06:52
Last Modified: 01 Aug 2024 06:52
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/222293
[thumbnail of DALAM MASA EMBARGO] Text (DALAM MASA EMBARGO)
Harry achsan Chaerul.pdf
Restricted to Registered users only

Download (3MB)

Actions (login required)

View Item View Item