Adaptasi Perubahan Iklim dan Dampaknya Terhadap Ketahanan Pangan Petambak Udang

Fatahullah and Dr. Hery Toiba, S.P., M.P., Ph.D., and Dr. Sujarwo, S.P., M.P (2024) Adaptasi Perubahan Iklim dan Dampaknya Terhadap Ketahanan Pangan Petambak Udang. Magister thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Perubahan iklim merupakan ancaman serius bagi ketahanan pangan, termasuk bagi petambak udang. Perubahan iklim seperti naiknya permukaan laut, perubahan pola curah hujan, dan peningkatan intensitas cuaca ekstrem dapat mengganggu produksi udang dan membahayakan ketahanan pangan petambak. Peristiwa dampak perubahan iklim yang terjadi akan sangat rentan memberikan dampak negatif yang begitu parah pada sektor pertanian dan perikanan. Oleh karena itu, para petani dan petambak dipaksa untuk melakukan respon berupa adaptasi terhadap perubahan iklim. Adaptasi terhadap perubahan iklim sangat penting untuk keberlanjutan budidaya udang dan mitigasi dampak negatifnya terhadap pendapatan petani dan kerawanan pangan. Hal itu sangat jelas dirasakan bahwa dalam beberapa tahun terakhir, perubahan iklim telah menjadi isu mendesak yang menimbulkan tantangan besar bagi berbagai industri dan sektor, termasuk pertanian dan perikanan. Kaitannya dengan isu tersebut, petambak udang di Kecamatan Bangil, Kabupaten Pasuruan mengalami kerentanan terhadap berbagai peristiwa iklim ekstrem tersebut dan merupakan ancaman besar terhadap ketahanan pangan. Hal itu karena Sebagian besar penduduk di Kecamatan Bangil berporfesi sebagai petambak udang. Oleh karena itu, untuk menyikapi isu perubahan iklim, petambak udang dipaksa untuk merespon dan melakukan strategi adaptasi perubahan iklim untuk mempertahankan kulitas dan kuantitas hasil produksinya, serta mempertahankan ketahanan pangan mereka. Penelitin ini bertujuan untuk; (1) Mengidentifikasi dan mendeskripsikan bentuk adaptasi yang dilakukan oleh petambak udang dalam menghadapi perubahan iklim, (2) Menganalisis faktor�faktor yang mempengaruhi keputusan petani menerapkan strategi adaptasi perubahan iklim, (3) Menganalisis kondisi tingkat ketahanan pangan petambak udang, dan (4) Menganalisis dampak adaptasi perubahan iklim terhadap ketahanan pangan petambak udang. Untuk menjawab penelitian pertama digunakan analisis deskriptif untuk mengidentifikasi serta menginterpertasikan bentuk-bentuk strategi adaptasi perubahan iklim yang diterapkan petambak udang. Untuk menjawab penelitian kedua menggunakan analisis regresi logit untuk mengidentfiikasi dan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi Keputusan petambak menerapkan strategi adaptasi perubahan iklim. melalui analisis tersebut, variabel karakteristik sosiodemografi digunakan sebagai variabel penjelas. Selanjutnya untuk menjawab penelitian ketiga, peneliti melakukan analisis pengukuran kerawanan pangan petambak udang berdasarkan pengalaman akses pangan mereka menggunakan analisis pengukuran Food Insecurity Experience Scale (FIES). Untuk menjawab penelitian terakhir (keempat), peneliti menggunakan analisis Propencity score matching (PSM) untuk mengidentifikasi dampak strategi adaptasi perubahan iklim yang diterapkan terhadap tingkat katahanan pangan petambak udang. Berdasarkan hasil temuan, sebanyak 53,33% petambak melakukan strategi adaptasi untuk merespon isu perubahan iklim. Sebagian besar responden percaya bahwa perubahan iklim sedang maraknya terjadi. Sedangkan langkah-langkah adaptasi perubahan iklim yang diterapkan adalah membuang air pada tambak, merubah waktu penebaran benur dan panen, meningkatan sirkulasi air, dan mencampurkan dua jenis budidaya dalam. Diantara faktor-faktor yang xi menjelaskan luas lahan tambak udang, pengalaman petambak, lama Pendidikan, pekerjaan di luar tambak, dan aktif dalam kelompok tambak mempunyai peran penting dalam pilihan petambak untuk menerapkan strategi adaptasi. Berdasarkan perhitungan skor dari delapan item pertanyaan FIES, ditemukan bahwa petambak udang di lokasi penelitian berada pada masing-masing kategori sebesar 81,33% petambak udang tahan pangan, 14,67% cukup pangan, dan 4% hampir rawan pangan dari total responden yang diwawancara sebanyak 150 orang. Kebenaran status kerawanan pangan dalam penelitian ini juga diuji melalui metode analisis propencity score matching, hasil yang ditemukan bahwa tindakan petambak menerapkan strategi adaptasi seperti membuang air pada tambak, merubah waktu penebaran benur dan panen, meningkatan sirkulasi air, dan mencampurkan dua jenis budidaya dalam tambak. secara signifikan mengurangi kerawanan pangan petambak udang. Menyikapi dan menindaklanjuti hasil penelitian ini, peneliti memberikan beberapa saran; 1) sebagai upaya mempertahankan pendapatan agar tetap stabil, petambak udang di Kecamatan Bangil disarankan untuk mempertahankan pola usaha budidaya udang dan bandeng dalam satu tambak. Disisi lain pemerintah juga perlu melakukan pendidikan dan pelatihan yang bertujuan untuk memberikan teknik budidaya udang yang tahan cuaca ekstrem, pengelolaan tambak yang berkelanjutan, dan diversifikasi usaha; 2) petambak udang disarankan untuk tetap mempertahankan benur udang vaname sebagai bibit yang dapat dibudidayakan. Upaya tersebut sebagai langkah yang cukup efektif, mudah, dan tidak memerlukan biaya yang mahal saat diterapkan. Sehingga biaya pengeluaran dapat ditekan dan keuntungan lebih besar daripada pengeluaran. Selain itu, bibit udang vaname juga sangat cocok dengan kondisi iklim yang ada di Kecamatan Bangil dan sekaligus menjadi bibit yang mampu berkembang biak dalam kondisi air payau; 3) pemerintah perlu memaksimalkan peran penyuluhan dan pendampingan, memaksimalkan dan memastikan kelompok tambak untuk tetap akitf. Hal itu karena kelpmpok tambak menjadi forum komunikasi untuk saling berbagi informasi, pengalaman, dan solusi dalam menghadapi perubahan iklim; 4) mengingat penyesuaian praktik budidaya hanya terjadi di beberapa petambak udang, kelompok tambak udang memerlukan dukungan dan intervensi pemerintah agar mata pencaharian mereka tahan terhadap variabilitas dan perubahan iklim

English Abstract

Climate change poses a serious threat to Food Security, including to shrimp farmers. Climate change such as rising sea levels, changes in rainfall patterns, and increased intensity of extreme weather can disrupt shrimp production and jeopardize farmers' Food Security. Climate change impact events that occur will be very vulnerable to have a severe negative impact on the agricultural and fisheries sectors. Therefore, farmers and farmers are forced to respond in the form of adaptation to Climate change. Adaptation to Climate change is critical for the sustainability of shrimp farming and mitigation of its negative impacts on farmers' incomes and food insecurity. It was very clearly felt that in recent years, Climate change has become an urgent issue that poses major challenges to various industries and sectors, including agriculture and fisheries. In relation to this issue, shrimp farmers in Bangil District, Pasuruan Regency are vulnerable to these extreme climate events and pose a major threat to Food Security. This is because most of the population in Bangil District is porfesi as shrimp farmers. Therefore, to address the issue of Climate change, shrimp farmers are forced to respond and carry out Climate change adaptation strategies to maintain the quality and quantity of their production, and maintain their Food Security. This research aims to; (1) Identify and describe the form of adaptation carried out by shrimp farmers in facing Climate change, (2) Analyze factors that influence farmers' decisions to implement Climate change adaptation strategies, (3) Analyze the condition of the level of Food Security of shrimp farmers, and (4) Analyze the impact of Climate change adaptation on shrimp farmers' Food Security. To answer the first study, descriptive analysis was used to identify and interpret the forms of Climate change adaptation strategies applied by shrimp farmers. To answer the second study, using logit regression analysis to identify and determine the factors that influence farmers' decisions to implement Climate change adaptation strategies. Through this analysis, sociodemographic characteristic variables are used as explanatory variables. Furthermore, to answer the third study, researchers conducted an analysis of measuring food insecurity of shrimp farmers based on their food access experience using Food Insecurity Experience Scale (FIES) measurement analysis. To answer the latest (fourth) study, researchers used Propencity score matching (PSM) analysis to identify the impact of Climate change adaptation strategies applied on shrimp farmers' Food Security levels. Based on the findings, as many as 53.33% of farmers carry out adaptation strategies to respond to Climate change issues. Most respondents believe that Climate change is on the rise. Meanwhile, the Climate change adaptation measures applied are disposing of water in ponds, changing the time of fry stocking and harvesting, increasing water circulation, and mixing two types of deep cultivation. Among the factors that explain shrimp pond land area, farmer experience, length of education, work outside the farm, and being active in pond groups have an important role in the choice of farmers to implement adaptation strategies. xiii Based on the calculation of scores from eight FIES question items, it was found that shrimp farmers in the study location were in each category of 81.33% shrimp farmers were food secure, 14.67% food insecure, and 4% almost food insecure from the total respondents interviewed as many as 150 people. The correctness of food insecurity status in this study was also tested through the propencity score matching analysis method, the results of which found that the actions of farmers apply adaptation strategies such as disposing of water in ponds, changing the time of fry stocking and harvesting, increasing water circulation, and mixing two types of cultivation in ponds. Significantly reduce food insecurity of shrimp farmers. Responding to and following up on the results of this study, researchers provide several suggestions; 1) as an effort to maintain stable income, shrimp farmers in Bangil District are advised to maintain the pattern of shrimp and milkfish farming in one pond. On the other hand, the government also needs to conduct education and training aimed at providing shrimp farming techniques that withstand extreme weather, sustainable pond management, and business diversification; 2) Shrimp farmers are advised to maintain vaname shrimp fry as seeds that can be cultivated. This effort is a step that is quite effective, easy, and does not require expensive costs when applied. So that the cost of expenses can be reduced and the benefits are greater than expenses. In addition, vaname shrimp seedlings are also very suitable for the climatic conditions in Bangil District and at the same time become seedlings that are able to breed in brackish water conditions; 3) The government needs to maximize the role of counseling and mentoring, maximize and ensure pond groups to remain active. This is because the pond group is a communication forum to share information, experiences, and solutions in dealing with Climate change; 4) Since adjustments to aquaculture practices only occur in a few shrimp farmers, shrimp pond groups need government support and intervention to make their livelihoods resilient to climate variability and change.

Item Type: Thesis (Magister)
Identification Number: 0424040033
Uncontrolled Keywords: Adaptasi, Kerawanan Pangan, Logit, Perubahan Iklim, Propencity Score Matching-Adaptation, Climate change, Food Insecurity, Logit, Propencity Score Matching.
Divisions: S2/S3 > Magister Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian
Depositing User: Unnamed user with username nova
Date Deposited: 15 Jul 2024 04:59
Last Modified: 15 Jul 2024 04:59
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/221362
[thumbnail of DALAM MASA EMBARGO] Text (DALAM MASA EMBARGO)
Fatahullah.pdf
Restricted to Registered users only

Download (4MB)

Actions (login required)

View Item View Item