Mitigasi Risiko Rantai Pasok Nanas Pada Usaha Mikro Kecil Dan Menengah Pengolahan Sari Nanas (Studi Kasus Di Kabupaten Kediri)

Khusnaini, Hijriyatul and Prof. Dr. Ir. Budi Setiawan, MS and Dr. Fitria Dina Riana, SP., MP (2024) Mitigasi Risiko Rantai Pasok Nanas Pada Usaha Mikro Kecil Dan Menengah Pengolahan Sari Nanas (Studi Kasus Di Kabupaten Kediri). Magister thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Usaha mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) berperan penting bagi perkembangan ekonomi suatu negara. Khususnya pada negara berkembang, UMKM berperan dalam perspektif mencari kesempatan kerja dan sumber pendapatan bagi kelompok orang tertentu. Selain itu berperan dalam pemerataan distribusi pendapatan serta pengurangan kemiskinan suatu negara dan pembangunan ekonomi pedesaan. Usaha ini dimiliki oleh perorangan maupun badan usaha dengan memiliki kriteria-kriteria tertentu yang mencakup kepemilikan aset, omzet yang dihasilkan dan jumlah karyawan, dengan memanfaatkan sumberdaya alam yang potensial di suatu daerah secara komersial. Pengadaan bahan baku yang digunakan erat kaitannya dengan manajemen rantai pasokan. Secara umum faktor rantai pasok meliputi pemasok, pusat manufaktur, gudang, pusat distribusi, transportasi, retail outlet, dan konsumen akhir. Aspek terpenting untuk mengelola rantai pasok yaitu integrasi dan koordinasi dari seluruh aktivitas rantai pasokan. Nanas menjadi salah satu komoditas buah unggulan di Indonesia. Hal ini didukung oleh jumlah produksi yang tinggi urutan ketiga setelah pisang dan mangga (Suwandi et al., 2016). Tingkat produksi nanas di Indonesia mencapai 3.203.775 ton pada tahun 2022 (Badan Pusat Statistik, 2022). Jawa Timur merupakan produsen nanas tertinggi di Pulau Jawa dengan jumlah produksi mencapai 357.505 ton. Menurut data produksi nanas yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistika Jawa Timur (2023b), kota/kabupaten yang memiliki produksi nanas tertinggi tahun 2022 yaitu Kabupaten Kediri 357.492 ton. Budidaya tanaman nanas terbesar di Kabupaten Kediri berada di Kecamatan Ngancar produksinya mencapai 236.031,9 ton (Badan Pusat Statistik, 2023a). Selain di Kecamatan Ngancar, nanas dibudidayakan di kecamatan lain seperti Plosoklaten, Wates, Ringinrejo, Puncu, Kandat, dan Kras. Risiko merupakan suatu ketidakpastian yang pasti akan dihadapi oleh perusahaan. Risiko rantai pasok nanas di UMKM pengolahan nanas berkaitan dengan aliran produk, dana, dan informasi buah nanas yang melibatkan UMKM, pedagang besar, pengepul, dan petani. Kemarau yang terjadi sepanjang tahun 2023 menjadi tantangan yang dihadapi oleh pelaku rantai pasok nanas. Kemarau panjang ini menyebabkan berkurangnya pasokan dan kualitas buah nanas. Selain adanya kemarau panjang, serangan hama pada nanas juga menyebabkan berfluktuasinya ketersediaan nanas. Sehingga hal ini menyebabkan kenaikan harga nanas hingga sampai ke UMKM pengolahan sari nanas. Risiko yang mungkin dihadapi oleh rantai pasok nanas selain ketidakpastian pasokan nanas, yaitu berfluktuatifnya harga hingga kegagalan panen yang dialami petani karena berbagai faktor. Manajemen risiko yang efektif dapat membantu perusahaan untuk menghadapi dan menanggapi tantangan ini dengan cara yang lebih baik, sehingga memberikan keunggulan kompetitif. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran produksi olahan sari nanas yang dilakukan oleh UMKM, menganalisis risiko yang terjadi, dan merumuskan mitigasi risiko yang bisa dilakukan. Melalui penelitian ini diharapkan seluruh pelaku dalam rantai pasok pasok nanas yang terkait dengan produksi olahan sari nanas dapat meminimalisasi terjadinya suatu risiko dimasa yang akan datang. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja dengan didasarkan pada data yang menyatakan bahwa Kabupaten Kediri merupakan Kabupaten pengasil nanas terbesar di Jawa Timur dan terdapat UMKM potensial yang melakukan pengolahan sari nanas untuk memberikan nilai tambah pada komoditas unggulan yang dimiliki. Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2023-Januari 2024 dengan melibatkan 54 responden yang terdiri dari 4 pelaku UMKM, 1 pedagang besar, 4 pengepul, dan 45 petani. Penentuan responden UMKM dilakukan menggunakan metode convenience sampling sedangkan untuk responden pedagang besar dan pengepul ditentukan secara snowball sampling dengan integrasi jaringan secara backward lingkage, serta petani ditentukan dengan simple random sampling. Metode analisis yang digunakan yaitu House of Risk dengan bantuan software Microsoft excel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa UMKM di Kabupaten Kediri memanfaatkan buah nanas menjadi produk sari nanas. Sari nanas dibuat dengan mengekstrak jus dari buah nanas segar dengan kematangan yang sesuai. Proses pembuatannya ditambahkan bahan-bahan lain seperti air, gula, serta pengawet makanan (asam sitrat dan natrium benzoate). Nanas yang telah diolah kemudian dikemas dalam kemasan cup 120 ml. Harga jual sari nanas bermacam-macam mulai dari Rp.21.000/karton hingga Rp.24.000/karton isi 12 cup. Pemasarannya dilakukan secara online melalui sosial media seperti facebook, whatsapp, dan Instagram, serta secara offline dengan menerima pesanan dan menitipkan ke retail/toko oleh-oleh. Saat dilakukan penelitian, terjadi peningkatan harga nanas simpleks grade B menjadi Rp.5000/kg. Berdasarkan analisis terdapat 20 kejadian risiko dan 22 agen risiko di tingkat UMKM. Melalui konsep pareto 20% maka risiko yang dihadapi disebabkan oleh agen risiko potensial antara lain produk fermentasi (A17), pekerja kurnag mematuhi standar operasional produksi (A15), harga nanas mahal (A5), produk bocor (A19), dan kelalaian tenaga kerja (A18). Terdapat 5 kejadian risiko dan 5 agen risiko pada pedagang besar. Berdasarkan konsep pareto, 20% risiko yang terjadi disebabkan oleh agen pasokan yang terbatas (A30). Pada pengepul terdapat 2 kejadian risiko dan 3 agen risiko. Menurut konsep pareto, 20% kejadian risiko disebabkan oleh kuantitas panen menurun (A40) yang dialami oleh petani. Terdapat 4 kejadian risiko dan 5 agen risiko yang menyebabkannya di tingkat petani. Berdasarkan konsep pareto, 20% kejadian risiko disebabkan oleh agen curah hujan yang rendah (A44) dan nanas rusak karena serangan OPT (A38). Strategi mitigasi risiko yang dapat dilakukan oleh UMKM yaitu melakukan kontrol kebersihan dan kesterilan alat yang digunakan (PA24), mengevaluasi kinerja tenaga kerja, memberlakukan reward dan punishment kepada karyawan (PA30), menggunakan alat pelindung diri yang sesuai (PA25), bernegoisasi dan membeli nanas ke pemasok lain yang masih berada di Kecamatan Ngancar (PA20), melakukan pengemasan sari nanas pada suhu panas (700 -850C) (PA27), mengevaluasi kembali standar operasional produksi (PA22), memberikan pelatihan bagi tenaga kerja (PA29), membangun komunikasi yang baik pdengan pekerja (PA31), bernegoisasi dan membeli nanas ke pemasok lain di luar Kecamatan Ngancar (PA21), menggunakan bahan pengawet benzoate/citric acid (PA26) serta meningkatkan harga jual (PA28). Strategi mitigasi risiko yang dapat dilakukan pedagang besar yaitu bernegoisasi dan membeli nanas ke pemasok lain yang masih berada di Kecamatan Ngancar (PA20) dan bernegoisasi dan membeli nanas ke pemasok lain di luar Kecamatan Ngancar (PA21). Startegi mitigasi risiko yang dapat dilakukan oleh pengepul yaitu Mencari petani nanas di luar Kecamatan Ngancar (PA19). Strategi mitigasi risiko yang dapat dilakukan petani yaitu melakukan pemupukan dengan teknik kocor (PA2), membeli nanas dari pengepul lain yang masih berada di Kecamatan Ngancar (PA20), menggunakan perangkap tikus (PA11), menggunakan bibit yang bebas dari kutu putih dan virus PMW (Peanapple Mealybug Wilt) (PA14), menghindarkan tanaman dari tanaman inang hama seperti tebu, kopi, padi, pisang, kedelai, dan kacang tanah (PA15), menggunakan insektisida dengan bahan aktif imidakloprid (interprid) dan chlorpyrifos (thuk zhe pen) (PA17), menggunakan rodentisida antikoagulan (PA13), melakukan sanitasi lahan (PA8), melakukan koordinasi dengan pemerintah melalui penyuluh pertanian (PA1), dan mengumpulkan uret secara manual (PA10). Saran yang mampu penulis berikan yaitu diharapkan pelaku UMKM mampu menjaga kebersihan dan kesterilan alat yang digunakan, menggunakan alat pelindung diri yang sesuai, menggunakan bahan pengawet benzoate/citric acid, serta melakukan pengemasan sari nanas pada suhu panas (700 -850C). Upaya ini dapat menekan terjadinya kontaminasi silang dan fermentasi pada produk. Sehingga seluruh produk dapat terhindar dari kerusakan dan terjual. UMKM juga perlu mengevaluasi kinerja tenaga kerja, memberlakukan reward dan punishment kepada karyawan, mengevaluasi kembali standar operasional produksi, memberikan pelatihan bagi tenaga kerja dan membangun komunikasi yang baik dengan pekerja. Pada saat kesulitan memperoleh nanas dan harganya mahal, UMKM dapat melakukan negoisasi dan membeli nanas ke pemasok lain yang masih berada di Kecamatan ngancar maupun diluar. Startegi meningkatkan harga jual juga dapat dilakukan namun perlu adanya berbagai pertimbangan agar risiko lain seperti kehilangan pelanggan tidak terjadi. Pedagang besar dapat melakukan pembelian nanas dari pemasok lain baik yang masih berada di Kecamatan Ngancar maupun diluar. Pedagang besar disarankan untuk tidak bergantung pada satu pengepul nanas dalam memperoleh nanas. Pengepul dapat membeli nanas dari petani yang berada di luar Kecamatan Ngancar. Petani perlu melakukan pemupukan dengan teknik kocor, agar tanaman mendapatkan asupan air untuk pertumbuhannya. Untuk mencegah terjadinya serangan hama bisa dimulai dengan menggunakan bibit yang sehat terbebas dari kutuputih dan PMW (Peanapple Mealybug Wilt), menghindarkan tanaman dari tanaman inang hama seperti tebu, kopi, padi, pisang, kedelai, dan kacang tanah, menggunakan insektisida dengan bahan aktif imidakloprid (interprid) dan chlorpyrifos (thuk zhe pen), melakukan snaitasi lahan dan pengambilan uret secara manual. Hama tikus dapat dicegah dengan menggunakan rodentisida antikoagulan. Petani juga perlu melakukan koordinasi dengan penyuluh pertanian setempat.

English Abstract

Micro, Small and Medium Enterprises (MSMEs) play a role important for development economy a country. Especially in developing countries, MSMEs play a role in perspective look for chance work and resources income for certain groups of people. Besides that role in equality distribution income as well as subtraction poverty a country and development economy rural. this business owned by individuals and business entities with own criteria certain ones that include ownership assets, turnover generated and amount employees, with utilise resource natural potential in a area in a way commercial. Procurement material standard used tightly connection with management chain supply. By general factor chain supply covers supplier, center manufacturing, warehouse, center distribution, transportation, retail outlets, and consumers. Aspect most important For manage chain supply that is integration and coordination from all over activity chain supply. Pineapples are one of the leading fruit commodities in Indonesia. This is supported by high production numbers, third after bananas and mangoes (Suwandi et al., 2016) . Pineapple production levels in Indonesia will reach 3,203,775 tons in 2022 (Central Statistics Agency, 2022). East Java is the highest pineapple producer on the island of Java with total production reaching 357,505 tons. According to pineapple production data released by the East Java Central Statistics Agency (2023b) , the city/district that has the highest pineapple production in 2022 is Kediri Regency with 357,492 tons. Cultivation The largest pineapple plant in Kediri Regency is in the sub-district Ngancar the production reached 236,031.9 tons (Central Statistics Agency, 2023a) . Apart from the District Ngancar , pineapples are cultivated in other districts such as Plosoklaten , Wates, Ringinrejo , Puncu , Kandat , and Kras . Risk is something definite uncertainty will faced by the company. Risk chain supply of pineapples to related pineapple processing MSMEs with Genre products, funds, and information pineapple fruit involving MSMEs, traders wholesalers, collectors and farmers. The drought occurred throughout in 2023 to be challenges faced by perpetrators chain supply pineapple. Drought long This cause reduced supply and quality pineapple. Apart from that drought long, attack pests on pineapple also cause it fluctuates availability of pineapples. So that matter This cause increase pineapple prices up to until to MSMEs processing pineapple juice. Possible risks faced by the chain supply pineapple besides uncertainty pineapple supply, that is fluctuating price until failure harvest experienced farmer Because various factor. Management effective risk can help company For confront and respond challenge This with way more OK, so give superiority competitive. This studi aim for give description production pineapple juice processing carried out by MSMEs, analyzed risks that occur, and formulate mitigation possible risks done. Through study This expected all over perpetrator in chain supply supply related pineapples with production processed pineapple juice can minimize happen something risk in the future come. Determination location study done in a way on purpose with based on stated data that Kediri Regency is Regency The largest pineapple producer in East Java and there are potential MSMEs who do it processing pineapple juice for give mark add to commodities superiority that it has. This studi carried out in November 2023-January 2024 with involving 54 respondents consisting of of the 4 MSME players, 1 is a trader large, 4 collectors, and 45 farmers. Determination MSME respondents were carried out in convenience sampling whereas for respondents trader big and bulky determined in a way snowball sampling with integration network in a way backward lingkage, as well farmer determined with simple random sampling. The analytical method used namely House of Risk using Microsoft Excel software. The results showed that MSMEs in Kediri district utilize pineapple fruit into pineapple juice products. Pineapple juice is made by extracting juice from fresh pineapple fruit with appropriate maturity. In the process, other ingredients such as water, sugar, and food preservatives (citric acid and sodium benzoate) are added. The processed pineapple is then packaged in 120 ml cups. The selling price of pineapple juice varies from Rp.21,000/carton to Rp.24,000/carton of 12 cups. Marketing is done online through social media such as Facebook, WhatsApp, and Instagram, as well as offline by taking orders and entrusting to retail/souvenir shops. During the research, there was an increase in the price of grade B pineapple simplex to Rp.5000/kg. Based on the analysis, there were 20 risk events and 22 risk agents at the MSME level. Through the 20% pareto concept, the risks faced are caused by potential risk agents including fermented products (A17), workers failing to comply with production operational standards (A15), expensive pineapple prices (A5), leaking products (A19), and labor negligence (A18). There are 5 risk events and 5 risk agents in wholesalers. Based on the Pareto concept, 20% of the risks that occur are caused by the agent of limited supply (A30). At collectors, there are 2 risk events and 3 risk agents. According to the Pareto concept, 20% of the risk events are caused by decreased harvest quantity (A40) experienced by farmers. There are 4 risk events and 5 risk agents that cause it at the farm level. According to the pareto concept, 20% of risk events are caused by the agents of low rainfall (A44) and pineapple damaged by pest attacks (A38). Risk mitigation strategies that can be carried out by MSMEs are controlling the cleanliness and sterilization of the tools used (PA24), evaluating the performance of the workforce, applying rewards and punishments to employees (PA30), using appropriate personal protective equipment (PA25), negotiating and buying pineapples from other suppliers who are still in Ngancar District (PA20), packaging pineapple juice at hot temperatures (700-850C) (PA27), re-evaluating production operational standards (PA22), providing training for workers (PA29), building good communication with workers (PA31), negotiating and buying pineapple from other suppliers outside Ngancar Sub-district (PA21), using benzoate/citric acid preservatives (PA26) and increasing selling prices (PA28). Risk mitigation strategies that can be done by wholesalers are negotiating and buying pineapples from other suppliers still in Ngancar Sub-district (PA20) and negotiating and buying pineapples from other suppliers outside Ngancar Sub-district (PA21). Risk mitigation strategies that can be done by collectors are looking for pineapple farmers outside of Ngancar Sub-district (PA19). Risk mitigation strategies that can be done by farmers are fertilizing with the kocor technique (PA2), buying pineapples from other collectors who are still in Ngancar Sub-district (PA20), using rat traps (PA11), using seeds that are free from mealybugs and PMW (Peanapple Mealybug Wilt) virus (PA14), avoiding plants from pest host plants such as sugar cane, coffee, rice, banana, soybean, and peanut (PA15), using insecticides with the active ingredients imidacloprid (interprid) and chlorpyrifos (thuk zhe pen) (PA17), using anticoagulant rodenticides (PA13), conducting land sanitation (PA8), coordinating with the government through agricultural extension workers (PA1), and collecting uret manually (PA10). Suggestions that the author can provide are that MSME actors are expected to be able to maintain the cleanliness and sterilization of the tools used, use appropriate personal protective equipment, use benzoate / citric acid preservatives, and package pineapple juice at hot temperatures (700 -850C). These efforts can reduce the occurrence of cross-contamination and fermentation in the product. So that all products can be avoided from damage and sold. MSMEs also need to evaluate labor performance, apply rewards and punishments to employees, re-evaluate production operational standards, provide training for labor and build good communication with workers. When it is difficult to obtain pineapples and the price is expensive, MSMEs can negotiate and buy pineapples from other suppliers who are still in ngancar sub-district or outside. The strategy of increasing the selling price can also be carried out, but various considerations are needed so that other risks such as losing customers do not occur. Wholesalers can purchase pineapples from other suppliers both in Ngancar Sub-district and outside. Wholesalers are advised not to rely on a single pineapple collector in obtaining pineapples. Collectors can purchase pineapples from farmers outside Ngancar sub-district. Farmers need to fertilize using the kocor technique, so that the plants get water intake for growth. To prevent pest attacks, farmers can start by using healthy seedlings free from white cover and PMW (Peanapple Mealybug Wilt), avoiding pest host plants such as sugarcane, coffee, rice, bananas, soybeans, and peanuts, using insecticides with active ingredients imidakloprid (interprid) and chlorpyrifos (thuk zhe pen), snaitasi land and manual uret removal. Rat pests can be prevented by using anticoagulant rodenticides. Farmers also need to coordinate with local agricultural extension officers.

Item Type: Thesis (Magister)
Identification Number: 0424040028
Divisions: S2/S3 > Magister Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian
Depositing User: Unnamed user with username nova
Date Deposited: 03 Jun 2024 07:06
Last Modified: 03 Jun 2024 07:06
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/219586
[thumbnail of DALAM MASA EMBARGO] Text (DALAM MASA EMBARGO)
HIJRIYATUL KHUSNAINI.pdf
Restricted to Registered users only

Download (6MB)

Actions (login required)

View Item View Item