Analisis Ketahanan Pangan Rumah Tangga Pada Perkumpulan Pembudidaya Lele Banyakan (P2LB) di Kecamatan Banyakan, Kabupaten Kediri, Jawa Timur

Fajar, Ahmad and Prof. Dr. Ir. Pudji Purwanti, MP. and Dwi Sofiati, S.Pi., M.Si. (2024) Analisis Ketahanan Pangan Rumah Tangga Pada Perkumpulan Pembudidaya Lele Banyakan (P2LB) di Kecamatan Banyakan, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Potensi perikanan di Jawa Timur dinilai cukup besar terutama pada kegiatan budidaya. Kabupaten Kediri merupakan salah satu kabupaten dengan potensi ikan lele terbesar di Jawa Timur. Perkumpulan Pembudidaya Lele Banyakan atau dapat disingkat P2LB merupakan kelompok yang beranggotakan masyarakat sekitaran Kecamatan Banyakan, Kabupaten Kediri. Kelompok ini didirikan untuk mewadahi pembudidaya di sekitaran Kecamatan Banyakan untuk membangun dan mengembangkan usaha budidaya ikan lele mereka. Hal tersebut tentunya akan berdampak pada kegiatan budidaya yang dilakukan tidak maksimal. Pembudidaya ikan lele di P2LB tentu akan mengalami kondisi dimana adanya peningkatan pendapatan yang diperoleh dari usaha budidaya. Penambahan pendapatan tersebut akan mempengaruhi jumlah pengeluaran rumah tangga baik untuk konsumsi pangan dan non pangan. Sehingga pada penelitian ini diperlukan untuk menganalisis ketahanan pangan rumah tangga yang dilihat dari kualitas pangan yang dikonsumsi serta proporsi pengeluaran pangan terhadap pengeluaran rumah tangganya. Penelitian dilaksanakan pada bulan 1 November hingga 10 Desember 2023 di Perkumpulan Pembudidaya Lele Banyakan, Kecamatan Banyakan dengan jenis penelitian deskriptif pendekatan kuantitatif. Teknik pengambilan sampel meggunakan metode sensus dengan sampel berjumlah 13 rumah tangga pembudidaya. Data yang diambil berupa data primer dan sekunder dengan cara observasi, wawancara, angket, dan dokumentasi. Metode analisis data secara kualitatif untuk mengetahui profil rumah tangga pembudidaya dan dengan analisis kuantitatif untuk mengetahui pendapatan dan pengeluaran rumah tangga, kualitas konsumsi pangan, dan ketahanan pangan rumah tangga. Hasil dari penelitian ini diperoleh profil rumah tangga pembudidaya sebanyak 13 rumah tangga pembudidaya telah dianalisis berdasarkan usia, tingkat pendidikan, jumlah anggota keluarga, pengalaman budidaya, jenis kolam, dan luas lahan budidaya. Rata-rata usia pembudidaya budidaya ikan lele di P2LB sekitar 15-64 tahun dengan tingkat pendidikan SMA/K Sederajat. Sebagian besar pembudidaya memiliki tanggungan keluarga sebanyak 3-4 jiwa yaitu istri dan dua atau 3 anak. Sebagian besar pembudidaya sudah melakukan budidaya selama 5-10 tahun. Sebagian besar jenis kolam yang digunakan pembudidaya yaitu kolam beton. Sebagian besar Luas lahan yang digunakan pembudidaya sekitar 100 – 150 M2. Mayoritas pendapatan usaha budidaya termasuk kategori sedang (Rp. 50.000.000 – Rp 100.000.000) sebanyak 7 rumah tangga pembudidaya. Mayoritas pendapatan non budidaya termasuk kategori rendah (<Rp 50.000.000) sebanyak 10 rumah tangga pembudidaya. Maka, pendapatan total rumah tangga pembudidaya termasuk kategori tinggi (> Rp 100.000.000) sebanyak 6 rumah tangga pembudidaya. Mayoritas pengeluaran pangan rumah tangga termasuk kategori rendah (< 50% dari total pengeluaran rumah tangga) sebanyak 6 rumah tangga pembudidaya. Mayoritas pengeluaran non pangan rumah tangga termasuk kategori rendah (< 50% dari total pengeluaran rumah tangga) sebanyak 7 rumah tangga pembudidaya. Total pengeluaran rumah tangga termasuk kategori tinggi (> Rp 36.000.000) sebanyak 9 rumah tangga pembudidaya. Mayoritas tingkat kecukupan energi rata-rata termasuk kategori kurang (60%– 80% angka kecukupan energi) sebanyak 7 rumah tangga pembudidaya. Mayoritas tingkat kecukupan protein rata-rata termasuk kategori kurang (50% - 75% angka kecukupan protein) sebanyak 8 rumah tangga pembudidaya. Kondisi ketahanan pangan rumah tangga dengan pendekatan angka kecukupan energi termasuk kategori kurang (≤ 80% kecukupan energi) sebanyak 11 rumah tangga pembudidaya. Mayoritas kondisi ketahanan pangan rumah tangga dengan pendekatan proporsi pengeluaran pangan termasuk kategori tinggi sebanyak 7 (proporsi pengeluaran pangan > 60%) rumah tangga pembudidaya. Mayoritas kondisi ketahanan pangan rumah tangga menggunakan kombinasi kedua pendekatan tersebut termasuk kurang pangan (proporsi pengeluaran pangan ≤ 60% dan konsumsi energi kurang ≤ 80% AKE) sebanyak 7 rumah tangga pembudidaya. Adanya penelitian ini diharapkan pembudidaya lebih mengurangi pengeluaran rumah tangga mereka terutama pada pengeluaran pangan yang tidak memberi banyak manfaat bagi pembudidaya seperti pengeluaran untuk rokok dan jajan yang kurang sehat. Pemerintah dapat membantu memberikan sosialiasi terkait konsumsi makanan bergizi dan menstabilkan harga bahan pokok bergizi. Diharapkan bagi peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian serupa agar dapat mengetahui ketahanan pangan rumah tangga pembudidaya di suatu daerah, sehingga membantu pemerintah untuk meningkatkan taraf hidup rumah tangga pembudidaya dengan memberikan informasi berdasarkan kondisi yang dialami oleh rumah tangga tersebut.

English Abstract

The potential of fisheries in East Java is considered quite large, especially in aquaculture activities. Kediri District is one of the districts with the largest catfish potential in East Java. Perkumpulan Pembudidaya Lele Banyakan or P2LB for short is a group of community members around Banyakan District, Kediri Regency. This group was established to accommodate farmers around Banyakan District to build and develop their catfish farming business. This will certainly have an impact on the cultivation activities carried out not optimally. Catfish farmers in P2LB will certainly experience conditions where there is an increase in income obtained from the cultivation business. The additional income will affect the amount of household expenditure for both food and non-food consumption. So that in this study it is necessary to analyse household food security as seen from the quality of food consumed and the proportion of food expenditure to household expenditure. The research was conducted from 1 November to 10 December 2023 at the Banyakan Catfish Farmers Association, Banyakan District with a descriptive quantitative approach. The sampling technique used the census method with a sample of 13 cultivator households. Data taken in the form of primary and secondary data by means of observation, interviews, questionnaires, and documentation. The method of data analysis is qualitative to determine the profile of cultivator households and with quantitative analysis to determine household income and expenditure, food consumption quality, and household food security. The results of this study obtained a cultivator household profile of 13 cultivator households have been analysed based on age, education level, number of family members, cultivation experience, type of pond, and cultivation land area. The average age of catfish farmers in P2LB is around 15-64 years old with a high school education level. Most farmers have family dependents of 3-4 people, namely wife and two or 3 children. Most farmers have been cultivating for 5-10 years. Most of the types of ponds used by farmers are concrete ponds. Most of the land area used by farmers is around 100 - 150 m2. The majority of aquaculture income is in the medium category (IDR 50,000,000 - IDR 100,000,000) with 7 farming households. The majority of non-cultivation income is in the low category (<Rp 50,000,000) with 10 farming households. Therefore, the total income of cultivator households was in the high category (>Rp 100,000,000) with 6 cultivator households. The majority of household food expenditure is in the low category (<50% of total household expenditure) with 6 cultivator households. The majority of household non-food expenditure is in the low category (<50% of total household expenditure) with 7 cultivator households. Total household expenditure was categorised as high (> Rp 36,000,000) with 9 farming households. The majority of the average energy adequacy level was in the insufficient category (60% - 80% energy adequacy) with 7 farming households. The majority of the average protein sufficiency level was categorised as insufficient (50% - 75% protein sufficiency) with 8 cultivator households. The condition of household food security using the energy sufficiency rate approach was categorised as insufficient (≤ 80% energy sufficiency) by 11 farming households. The majority of household food security conditions using the proportion of food expenditure approach are in the high category with 7 (proportion of food expenditure > 60%) cultivator households. The majority of household food security conditions using a combination of the two approaches are underfed (proportion of food expenditure ≤ 60% and energy consumption less than ≤ 80% AKE) as many as 7 cultivator households. With this research, it is hoped that farmers will reduce their household expenditure, especially on food expenditure that does not provide much benefit to farmers, such as expenditure on cigarettes and unhealthy snacks. The government can help provide socialisation related to the consumption of nutritious food and stabilise the price of nutritious staples. It is hoped that future researchers will conduct similar research in order to find out the food security of cultivator households in an area, thus helping the government to improve the living standards of cultivator households by providing information based on the conditions experienced by these households.

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: 0524080024
Divisions: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan > Sosial Ekonomi Agrobisnis Perikanan
Depositing User: soegeng Moelyono
Date Deposited: 16 May 2024 06:33
Last Modified: 16 May 2024 06:33
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/218909
[thumbnail of DALAM MASA EMBARGO] Text (DALAM MASA EMBARGO)
Ahmad Fajar.pdf
Restricted to Registered users only

Download (5MB)

Actions (login required)

View Item View Item