Komunikasi Pengembangan Kawasan Pengomposan Berbasis Reduce-Reuse-Recycle (Kasus di TPST dan TPS 3R Kota Kediri

Ningrum, Natasya Yustina Widya and Prof. Dr. Ir. Yayuk Yuliati, MS and Prof. Mangku Purnomo, SP., M.Si., Ph.D. (2024) Komunikasi Pengembangan Kawasan Pengomposan Berbasis Reduce-Reuse-Recycle (Kasus di TPST dan TPS 3R Kota Kediri. Magister thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Sampah menjadi sebuah permasalahan nasional dan menjadi isu penting dalam masalah lingkungan. Peningkatan jumlah penduduk, kebiasaan masyarakat, sosial ekonomi dan budaya, serta kemajuan teknologi menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi jumlah sampah (Sumantri, 2015). Kota Kediri merupakan salah satu kota kategori sedang yang memiliki luas 6.719,95 ha dengan jumlah penduduk 287.962 jiwa per tahun 2021 (BPS, 2022). Jumlah penduduk pendatang di Kota Kediri mencapai 4.010 jiwa. Peningkatan jumlah penduduk harus diiringi dengan solusi permasalahan sampah yang akan dihasilkan. Permasalahan sampah di Kota Kediri menjadi bertambah dengan adanya pembangunan jalan tol yang memotong TPA (Tempat Pembuangan Sampah) Klotok. Sedangkan jumlah sampah yang di tampung menuju TPA Klotok sudah mencapai 140 ton per hari. Pemerintah Kota Kediri menetapkan PERDA No 3 Tahun 2015 tentang pengelolaan sampah. Salah satu implementasi dari peraturan tersebut yakni mendukung optimalisasi tempat pembuangan sampah dengan prinsip 3R (reduce, reuse, recycle) yang disebut TPS 3R dan TPST. Kegiatan yang berlangsung di TPS 3R dan TPST meliputi pengumpulan, pemilahan, dan pengomposan. Faktanya, kegiatan pengomposan di TPS 3R belum berjalan optimal sehingga diperlukan kajian untuk melihat model komunikasi yang berlangsung dalam pengembangan kawasan pengomposan di TPST dan TPS 3R. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan komunikasi antar aktor pengelola pengembangan kawasan pengomposan di TPST dan TPS 3R Kota Kediri, (2) mendeskripsikan faktor pendukung dan penghambat dalam pengembangan kawasan pengomposan di di TPST dan TPS 3R Kota Kediri, (3) menganalisis model komunikasi yang sedang dilakukan antar aktor terkait pengembangan kawasan pengomposan di TPST dan TPS 3R Kota Kediri melalui teori Lasswell, (4) merumuskan rekomendasi model komunikasi dalam menunjang keberlanjutan pengembangan kawasan pengomposan berbasis 3R melalui teori komunikasi konvergensi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Teknik penentuan informan menggunakan purposive sampling. Metode pengumpulan data menggunakan indepth interview, observasi, dan dokumentasi. Metode analisis data kualitatif menggunakan Miles Huberman dan Sadana (2014). Hasil Penelitian menunjukkan bahwa Komunikasi antar aktor dilakukan oleh DLHKP, Koordinator TPST, Ketua KSM, dan satgas guna menunjang keberhasilkan program pengelolaan sampah khususnya pengolahan kompos. Metode komunikasi yang digunakan berupa komunikasi kelompok dan komunikasi interpersonal. Kemudian faktor pendukung pengembangan kawasan pengomposan meliputi a) adanya Kerjasama antara Pemerintah Daerah melalui keterlibatan Dinas Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Pertamanan (DLHKP), koordinator TPST, Kelompok Swadaya Masyarakat, dan Satgas, b) adanya Sarana Prasarana Pendukung Kegiatan Pengomposan di TPST dan TPS 3R, c) adanya SDM Pengelola TPST dan TPS 3R. Sedangkan faktor penghambat pengembangan kawasan pengomposan meliputi: a) kurangnya anggaran untuk melakukan pengembangan dalam pelaksanaan kegiatan operasional, b) kerusakan fasilitas pengolahan kompos, c) rendahnya minat Sumber Daya Manusia (SDM). Komunikasi terkait informasi program pengelolaan sampah berbasis 3R dilakukan secara linier oleh DLHKP kepada aktor lain seperti koordinator TPST, ketua KSM, dan satgas. Hal tersebut memenuhi unsur-unsur komunikasi yang terkandung dalam model komunikasi Lasswell sebagai berikut : 1) Komunikator ; Pengawas DLHKP, 2) Pesan : Sosialisasi program TPS 3R, informasi teknis, dan target/capaian, 3) Media : Media cetak, tatap muka, dan media sosial whatsapp, 4) komunikan : Koordinator TPST dan Ketua KSM. 5) Efek : Kognitif, Afektif, dan Konatif. Adapun dalam penyampaian informasi secara linier tersebut masih menimbulkan hambatan komunikasi yang dialami para komunikan yakni : 1) perbedaan pendapat, 2) prasangka negatif, dan 3) kurangnya penggunaan media komunikasi. Oleh karena itu, model komunikasi menggunakan Teori konvergen simbolik dipilih peneliti sebagai rekomendasi model yang bertujuan untuk mewujudkan efektivitas keberlanjutan lingkungan melalui program pengelolaan sampah berbasis 3R. Model komunikasi konvergen simbolik disini dipisah menjadi dua yakni internal dan eksternal. Secara internal penggunaan model komunikasi konvergen simbolik diharapkan mampu menyatukan pemahaman antar pengawas DLHKP yang bertugas untuk menjalankan program pengelolaan sampah berbasis 3R. Kemudian secara eksternal, model komunikasi konvergen simbolik melibatkan beberapa stakeholder untuk bersamasama menyatukan pemahaman agar kegiatan pengelolaan sampah dan kompos dapat berjalan sesuai kondisi di lapang.

English Abstract

Waste has become a national problem and an important issue in environmental matters. The increase in population, community habits, social economy and culture, as well as technological advances are one of the factors that influence the amount of waste (Sumantri, 2015). Kediri City is a medium category city which has an area of 6,719.95 ha with a population of 287,962 people as of 2021 (BPS, 2022). The number of migrant residents in Kediri City reached 4,010 people. The increase in population must be accompanied by a solution to the waste problem that will be produced. The waste problem in Kediri City has increased with the construction of a toll road that cuts through the Klotok TPA (Trash Disposal Site). Meanwhile, the amount of waste collected at the Klotok landfill has reached 140 tons per day. The Kediri City Government has stipulated PERDA No. 3 of 2015 concerning waste management. One implementation of this regulation is supporting the optimization of waste disposal sites using the 3R principle (reduce, reuse, recycle) which is called TPST and TPS 3R. Activities that take place at TPS 3R and TPST include collecting, sorting and composting. In fact, composting activities at TPS 3R have not been running optimally, so a study is needed to see the communication model that takes place in the development of composting areas at TPST and TPS 3R. The aim of this research is (1) to describe communication between actors managing the development of composting areas at TPST and TPS 3R in Kediri City. (2) describe the supporting and inhibiting factors in developing composting areas in the TPST and TPS 3R of Kediri City. (3) Analyze the communication model currently being carried out between actors regarding the development of composting areas in TPST and 3R TPS in Kediri City through Lasswell theory, (4) Formulate recommendations for communication models to support the sustainability of 3R-based composting area development through convergence communication theory. The method used in this research is descriptive qualitative. The technique for determining informants uses purposive sampling. Data collection methods use in-depth interviews, observation and documentation. The qualitative data analysis method uses Miles Huberman and Sadana (2014). The research results show that communication between actors is carried out by DLHKP, TPST Coordinator, KSM Chair, and the task force to support the success of the waste management program, especially compost processing. Then the supporting factors for the development of composting areas include a) Collaboration between the Regional Government through the involvement of the Environment, Hygiene and Parks Service (DLHKP), TPST coordinators, Community Self-Help Groups and Task Forces, b) The existence of supporting infrastructure for composting activities at TPST and TPS 3R , c) The existence of human resources to manage TPST and TPS 3R. Meanwhile, factors inhibiting the development of composting areas include: a) lack of budget to carry out development in implementing operational activities, b) damage to compost processing facilities, c) low interest from Human Resources (HR). Communication regarding information on the 3R-based waste management program is carried out in a linear manner by DLHKP to other actors such as TPST coordinators, KSM heads, and task forces. This fulfills the communication elements contained in Lasswell's communication model as follows: 1) Communicator; DLHKP Supervisor, 2) Message: socialization of the TPS 3R program, technical information, and targets/achievements, 3) Media: print media, face to face, and WhatsApp social media, 4) communicant: TPST Coordinator and KSM Chair. 5) Effects: Cognitive, Affective and Conative. Meanwhile, conveying information in a linear manner still creates communication barriers experienced by communicants, namely: 1) differences of opinion, 2) negative prejudice, and 3) lack of use of communication media. Therefore, the researcher chose a communication model using convergent theory as a recommended model which aims to realize the effectiveness of environmental sustainability through a 3R-based waste management program. The convergent communication model here is divided into two, namely internal and external. Internally, the use of the convergent communication model is expected to be able to unite understanding between DLHKP supervisors who are tasked with implementing the 3R-based waste management program. Then externally, the convergent communication model involves several stakeholders to jointly unify understanding so that waste and compost management activities can run according to conditions in the field.

Item Type:	Thesis (Magister)
Identification Number:	0424040029
Divisions:	S2/S3 > Magister Sosiologi, Fakultas Pertanian
Depositing User:	Unnamed user with username nova
Date Deposited:	06 May 2024 08:59
Last Modified:	06 May 2024 08:59
URI:	http://repository.ub.ac.id/id/eprint/218892

Text (DALAM MASA EMBARGO) Artika Dowi Karunia.pdf Restricted to Registered users only Download (8MB)

Actions (login required)

View Item