Tison SS, - and Dr. Ns. Kumboyono, S.Kep., M.Kep., Sp.Kom and Prof. Dr. dr. Yuyun Yueniwati P. W, M.Kes., Sp.Rad (K) (2023) Studi Fenomenologi Pengalaman perawat melakukan resusitasi jantung paru pada pasien covid-19 di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau. Magister thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Henti jantung merupakan kondisi dimana jantung secara tiba – tiba berhenti memompa darah. Akibatnya, darah berhenti mensuplai ke otak dan organ – organ vital lainnya. Henti jantung dapat bersifat reversible dengan intervensi yang tepat, tapi sebaliknya juga bersifar fatal sampai dengan kematian. Henti jantung yang sering terjadi di luar fasilitas kesehatan diperlukan tindakan segera untuk menyelamatkan nyawa pasien. Penanganan cardiac arrest merupakan kemampuan untuk dapat mendeteksi dan bereaksi secara cepat dan benar untuk sesegera mungkin dapat mengembalikan denyut jantung ke kondisi normal untuk mencegah terjadinya kematian otak dan kematian permanen. Kesiapan perawat dalam menangani cardiac arrest dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti pengetahuan yang cukup dari perawat mengenai penanganan pada situasi kegawatan, pengalaman yang memadai, peraturan atau protokol yang jelas tentang sarana dan suplai yang cukup, serta pelatihan atau training tentang penanganan pada situasi kegawatan. Pada saat COVID-19 atau Coronavirus Disease-19, pasien dapat mengalami henti jantung dimana pasien tidak mampu bernafas secara normal disertai dengan kegagalan jantung untuk melakukan fungsinya sehingga berdampak pada kematian. Tindakan yang wajib dilakukan oleh petugas medis saat pasien mengalami henti jantung adalah resustitasi jantung paru (RJP). Pada saat melakukan RJP penularan COVID-19 melalui droplet yang mengandung virus ataupun aliran udara (aerosol) menjadi jalur utama yang menyebabkan virus menyebar dan memiliki daya penularan tinggi. Sebagai tenaga kesehatan yang berperan untuk pemberi pelayanan di rumah sakit mempunyai kewajiban menyehatkan para tenaga kerjanya termasuk dalam meningkatkan frekuensi penggunaan alat pelindung diri (APD). Menggunakan APD akan lebih efektif jika pengendalian teknis dan administratif sudah dilaksanakan dengan optimal. Tetapi kondisi saat itu adalah keterbatasan APD yang memaksa tenaga kesehatan untuk menghemat penggunaan APD, seperti melakukan pelayanan kesehatan dengan tanpa melepas APD dengan durasi lama atau menggunakan APD seadanya. Termasuk saat melakukan RJP pada pasien dengan henti jantung saat pandemic COVID-19 dengan berbagai resiko yang akan dihadapi oleh perawat. Penelitian ini mengeksplorasi tentang perspektif perawat dalam melakukan resusitasi jantung paru pada pasien COVID-19 untuk memberikan pertolongan dan intervensi saat kegawatdaruratan saat pandemi COVID-19 menggunakan pendekatan denomenologi dengan analisis metode Colliazi. Partisipan dalam penelitian terdiri dari 6 orang yang dipilih dengan metode purpossive sampling. Tekhnik pengambilan data dengan melakukan indeept interview atau wawancara mendalam. Berdasarkan analisis data pada enam partisipan menggunakan analisis metode Colliazi ditemukan 10 (sepuluh) tema sebagai berikut: (1) segera melakukan RJP, (2) Perasaan ragu dan bingung memulai RJP, (3) Memperhatikan keselamatan perawat, (4) Mempersiapkan obat dan peralatan RJP, (5) Kesulitan memonitor kondisi pasien (6) Keterbatasan gerak dan mudah lelah saat RJP (7) perlunya kerjasama tim dalam tindakan RJP pasien covid-19, (8) Reality shock perawat dalam melakukan RJP pasien covid, (9) Cemas tertular covid 19, (10) Memberikan pelayanan yang profesional.Pandangan perawat secara umum pada pasien yang mengalami henti jantung yaitu harus segera dilakukan resusitasi jantung paru. Respon cepat dan tepat harus diambil perawat yang melihat dan menangani pasien henti jantung sehingga perawat harus segera melakukan tindakan resusitasi jantung paru. Perasaan perawat saat melakukan Tindakan RJP pada pasien dengan COVID-19 adalah Perasaan ragu dan bingung memulai RJP di awal pandemi dideskripsikan sebagai keraguan yang terjadi pada perawat yang menangani pasien COvid-19 henti jantung. Perasaan khawatir akan penularan dan bahaya virus yang bisa menyebabkan kematian menjadi ancaman terbesar perawat dalam melakukan pertolongan RJP. Selain itu, kurangnya kepercayaan diri akan semakin memicu keraguan perawat dalam melakukan RJP. Karena Tindakan RJP dapat meningkatkan risiko penularan Covid-19 ke tenaga medis. Sehingga keselamatan perawat juga harus diperhatikan. Penggunaan APD yang lebih lengkap dari biasanya merupakan salah satu tindakan yang harus dipersiapkan oleh perawat.selain itu, jumlah tenaga penolong juga harus dibatasi sesuai dengan kebutuhan. Selain itu perasaan cemas dan reality shock. Reality shock dalam penelitian ini diartikan sebagai perasaan perasaan syok terhadap suatu fenomena baru yang belum pernah dirasakan sebelumnya. Perasaan yang tidak menentu terkadang dirasakan oleh para perawat yang bertugas di ruang isolasi ataupun IGD. Kecemasan yang dirasakan dipengaruhi karena belum adanya pengalaman, tingginya angka penularan virus Covid-19, dan juga penggunaan alat pelindung diri yang dirasa sangat mempengaruhi mental dari perawat khususnya perawat yang melakukan RJP. Dalam pelaksanaannya diperlukan kerjasama tim dalam tindakan RJP dipersepsikan sebagai suatu tindakan yang harus dilakukan secara bersama-sama dan tidak dapat dilakukan secara mandiri. Meskipun didalam ruang isolasi Covid-19 jumlah perawat tidak sebanyak ruang perawatan pada umumnya, tetapi tetap harus mengutamakan kerjasama tim antara sesama perawat maupun tenaga dokter emergency. Selain itu Penggunaan obat-obatan high alert diperlukan sebagai penunjang pertolongan pasien henti jantung serta peralatan defibrillator atau alat kejut jantung juga perlu disiapkan. Tetapi, pada pasien Covid-19 penggunaan alat penunjang dan APD harus sangat diperhatikan. Hambatan yang dialami saat melakukan RJP adalah penggunaan baju khusus akan membuat perawat mudah merasakan kepanasan karena sirkulasi dan pertukaran udara tidak dapat terjadi saat menggunakan hazmat. Penggunaan masker berlapis atau penggunaan masker N95 akan membuat perawat akan kesulitan bernapas. Kondisi ini menyebabkan perawat kekurangan oksigen dan menyebabkan perawat akan mudah mengalami kelelahan. Harapannya setiap perawat dapat memberikan pelayanan yang professional merupakan impian terakhir dari setiap penyedia layanan khususnya dalam hal ini yaitu pelayanan keperawatan. Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi terkait Covid-19 maka pelayanan kesehatan harus semakin tinggi pula.
English Abstract
Cardiac arrest is a condition in which the heart suddenly stops pumping blood. As a result, blood stops supplying to the brain and other vital organs. Cardiac arrest can be reversible with appropriate intervention, but conversely also zero fatal to death. Cardiac arrest that often occurs outside health facilities requires immediate action to save a patient's life. Treatment of cardiac arrest is the ability to be able to detect and react quickly and correctly to immediately restore the heart rate to normal conditions to prevent brain death and permanent death. The nurse's readiness to handle cardiac arrest is influenced by several factors, such as sufficient knowledge from the nurse about handling emergencies, and experience with adequate, clear regulations or protocols on adequate facilities and supplies, as well as training or training on handling emergencies. During COVID-19 or Coronavirus Disease-19, patients can experience cardiac arrest where the patient is unable to breathe normally accompanied by heart failure to perform its functions resulting in death. The action that must be taken by medical personnel when the patient has cardiac arrest is cardiopulmonary resuscitation (CPR). When conducting CPR, transmission of COVID-19 through droplets containing the virus or airflow (aerosol) is the main route that causes the virus to spread and has a high transmission power. As health workers who play a role in providing services in hospitals, they must nourish their workforce, including increasing the frequency of using personal protective equipment (PPE). Using PPE will be more effective if technical and administrative controls have been implemented optimally. But the condition at that time was the limitation of PPE which forced health workers to save on the use of PPE, such as carrying out health services without removing PPE for a long duration or using makeshift PPE. Including when performing CPR on patients with cardiac arrest during the COVID-19 pandemic with various risks that will be faced by nurses. This study explores the perspective of nurses in performing cardiopulmonary resuscitation on COVID-19 patients to provide assistance and intervention during emergencies during the COVID-19 pandemic using a phenomenological approach with Colliazi method analysis. Participants in the study consisted of 6 people selected by purposive sampling method. Data collection techniques by conducting in-depth interviews or in-depth interviews. Based on data analysis on six participants using Colliazi method analysis, 1 0 (ten) themes were found as follows: (1) immediately perform CPR, (2) (Feelings of doubt and confusion starting CPR, (3) Pay attention to nurse safety, (4 ) Preparing CPR drugs and equipment, (5) Difficulty monitoring the patient's condition (6) Limited movement and easy fatigue during CPR (7) The need for teamwork in CPR actions for covid-19 patients, (8) Reality shock nurses in doing CPR for covid patients, (9) Anxiety about contracting covid 19, (10) Providing professional service. The nurse's general view of patients who experience cardiac arrest is that cardiopulmonary resuscitation should be done immediately. A quick and appropriate response must be taken by nurses who see and handle cardiac arrest patients so that nurses can immediately perform cardiopulmonary resuscitation measures. The feeling of nurses when performing CPR on patients with COVID-19 is a feeling of doubt and confusion starting CPR at the beginning of the pandemic is described as a doubt that occurs in nurses who treat patients with COVID-19 cardiac arrest. Feelings of fear of transmission and the danger of viruses that can cause death are the biggest threats to nurses in carrying out CPR assistance. In addition, a lack of confidence will further trigger nurses' doubts about doing CPR. Because CPR can increase the risk of Covid-19 transmission to medical personnel. So the safety of nurses must also be considered. The use of PPE that is more complete than usual is one of the actions that must be prepared by nurses. In addition, the number of helpers must also be limited according to needs. In addition, feelings of anxiety and reality shock. Reality shock in this study is defined as a feeling of shock towards a new phenomenon that has never been felt before. Uncertain feelings are sometimes felt by nurses on duty in isolation rooms or emergency rooms. The anxiety felt is influenced by the absence of experience, the high rate of transmission of the COVID-19 virus, and the use of personal protective equipment which is felt to greatly affect the mentality of nurses, especially nurses who perform CPR. In its implementation, teamwork is needed in CPR actions perceived as an action that must be done together and cannot be done independently. Although in the COVID-19 isolation room, the number of nurses is not as many as the treatment room in general, but still must prioritize teamwork between fellow nurses and emergency doctors. In addition, the use of high-alert drugs is needed to support the help of cardiac arrest patients and defibrillator equipment or cardiac shock devices also need to be prepared. However, in COVID-19 patients, the use of supporting equipment and PPE must be considered. The obstacle experienced when doing CPR is that the use of special clothes will make the nurse easily feel hot because circulation and air exchange cannot occur when using hazmat. The use of layered masks or the use of N95 masks will make it difficult for nurses to breathe. This condition causes nurses to lack oxygen and causes nurses to experience fatigue easily. The hope that every nurse can provide professional service is the last dream of every service provider, especially in this case, nursing services. With the development of science and technology related to COVID-19, health services must be higher as we
Item Type: | Thesis (Magister) |
---|---|
Identification Number: | 0423160065 |
Divisions: | S2/S3 > Magister Keperawatan, Fakultas Kedokteran |
Depositing User: | soegeng sugeng |
Date Deposited: | 05 Apr 2024 01:25 |
Last Modified: | 05 Apr 2024 01:25 |
URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/218067 |
Text (DALAM MAS EMBARGO)
Tison SS.pdf Restricted to Registered users only Download (4MB) |
Actions (login required)
View Item |