Peran Perempuan dan Modal Sosial dalam Pengelolaan Ekowisata Taman Wisata Alam Mangrove Angke Kapuk

Santoso, Dinda Zahra Ramadhina and Dr. Ir. Edi Susilo, MS (2023) Peran Perempuan dan Modal Sosial dalam Pengelolaan Ekowisata Taman Wisata Alam Mangrove Angke Kapuk. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Setiap daerah di Indonesia memiliki potensi pengembangan daerahnya untuk menyejahterakan masyarakatnya, salah satunya adalah melalui ekowisata. Indonesia memiliki bentangan hutan mangrove seluas 95.000 km2 sepanjang garis pantai. Hutan mangrove merupakan potensi yang besar untuk mengembangkan ekowisata berbasis konservasi. Taman Wisata Alam (TWA) Mangrove Angke Kapuk merupakan salah satu kawasan konservasi mangrove yang memiliki potensi besar di Jakarta. Pasalnya, sebagian besar hutan mangrove TWA Mangrove Angke Kapuk berada dalam kategori rusak disebabkan kawasan terus mengalami tekanan akibat aktivitas di sekitarnya. Kurangnya kesadaran masyarakat akan pengelolaan sumber daya alam dengan baik akan menyebabkan kerugian ekologis serta berakibat kepada kondisi sosial dan ekonomi masyarakat setempat. Perempuan menjadi salah satu pihak yang berperan penting dalam pengelolaan sumber daya di masyarakat. Kenyataannya, jumlah perempuan yang terlibat dalam kegiatan konservasi masih lebih sedikit dibandingkan laki-laki. Tenaga kerja perempuan seringkali tidak dinilai secara objektif dan masih banyak nilai sosial budaya masyarakat yang dinilai sebagai penghambat partisipasi perempuan secara aktif pada konservasi. Peran modal sosial dalam pembangunan dapat dipergunakan sebagai alat penilaian, terutama untuk mengetahui apakah partisipasi dan kepercayaan dalam komunitas besar atau kecil. Modal sosial dapat menjadi sebuah dorongan bagi masyarakat untuk ikut andil dalam pengembangan kearifan lokal masyarakat. Penelitian ini dilakukan di TWA Mangrove Angke Kapuk, Jakarta Utara pada bulan Juni 2023. Tujuannya adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisis 1) peran perempuan, 2) modal sosial, dan 3) keterkaitan peran perempuan dengan modal sosial dalam pengelolaan ekowisata TWA Mangrove Angke Kapuk. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Metode penentuan informan yang digunakan adalah purposive sampling dan didapatkan delapan informan selaku pengelola dan pemangku kepentingan di TWA Mangrove Angke Kapuk. Metode pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Miles dan Huberman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) Peran perempuan dalam aktivitas produktif biasanya mendapatkan tugas yang lebih ringan akibat adanya stereotip dan subordinasi dimana perempuan dianggap lemah dan hanya mampu melakukan pekerjaan ringan di dalam ruangan. Aktivitas sosial lebih dominan dilakukan oleh laki-laki. Perempuan termarginalisasi akibat jumlah tenaga kerjanya yang lebih sedikit sehingga laki-laki lebih sering mendapatkan akses dalam aktiitas sosial. Perbedaan peran tersebut disebabkan dan dibentuk oleh budaya masyarakat dimana laki-laki dirasa lebih pantas untuk melakukan pekerjaan yang lebih berat. 2) Kepercayaan yang terjalin antar anggota baik perempuan maupun laki-laki sudah baik, namun kepercayaan terhadap perempuan untuk melakukan beberapa kegiatan masih kurang. Jaringan sosial pada TWA Mangrove Angke Kapuk meliputi jaringan internal dan eksternal. Jaringan sosial dalam pengelolaan TWA Mangrove Angke Kapuk sudah dapat diakses bagi perempuan dan laki-laki. Norma yang terdapat di TWA Mangrove Angke Kapuk adalah norma agama dan norma sosial. Perempuan dan laki-laki wajib mematuhi norma dan nilai yang berlaku. Modal sosial dalam kelompok dapat dikatakan sudah termasuk kuat, namun perlu ditingkatkan agar tujuan kelompok dapat tercapai secara maksimal 3) Modal sosial merupakan landasan TWA Mangrove Angke Kapuk untuk melakukan perannya dalam pariwisata dan konservasi. Peran perempuan dan modal sosial dalam pengelolaan TWA Mangrove Angke Kapuk sangat berkesinambungan. Semakin terpenuhinya modal sosial secara maksimal akan mempengaruhi peran dan keterlibatan perempuan, begitu pun sebaliknya. Modal sosial yang ada di TWA Mangrove Angke Kapuk sudah termasuk baik, namun perlu ditingkatkan agar perempuan dapat melakukan perannya dengan lebih baik. Terdapat beberapa proposisi yang dihasilkan dari penelitian ini adalah: 1) Perempuan dalam pengelolaan ekowisata konservasi lebih mampu melakukan pekerjaan di dalam ruangan, dibandingkan dengan pekerjaan lapang, 2) Peran perempuan mempengaruhi kualitas modal di dalam kelompok. Saran yang dihasilkan dari penelitian ini adalah: 1) Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai peran perempuan dan modal sosial dalam pengelolaan ekowisata, 2) Pemerintah diharapkan memberikan dukungan berupa bantuan maupun kebijakan bagi masyarakat, terutama perempuan dalam kegiatan konservasi 3) PT. Murindra Karya Lestari perlu mengadakan kebijakan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat khususnya perempuan dalam kegiatan konservasi mangrove.

English Abstract

Every region in Indonesia has the potential to develop its area for the prosperity of its people, one of which is through ecotourism. Indonesia boasts a vast expanse of mangrove forests covering 95,000 km2 along its coastline. Mangrove forests represent a significant potential for developing conservation-based ecotourism. Mangrove Nature Park (TWA) Angke Kapuk is one of the mangrove conservation areas with great potential in Jakarta. However, much of the mangrove forest in TWA Angke Kapuk is categorized as damaged due to continuous pressure from surrounding activities. The lack of awareness among the community about proper natural resource management can lead to ecological losses and affect the social and economic conditions of the local people. Women play a crucial role in the management of resources in the community. However, the reality is that the number of women involved in conservation activities is often fewer than men. Women's labor is frequently undervalued, and there are still many societal and cultural values that hinder active female participation in conservation. The role of social capital in development can be used as an assessment tool, especially to determine whether participation and trust exist within large or small communities. Social capital can be a driving force for communities to contribute to the development of local wisdom. This research was conducted at TWA Mangrove Angke Kapuk, North Jakarta in June 2023. The objectives were to describe and analyze 1) the role of women, 2) social capital, and 3) the connection between the role of women and social capital in the management of ecotourism at TWA Mangrove Angke Kapuk. This study employed a qualitative descriptive research design. The informant selection method used purposive sampling, resulting in eight informants who are managers and stakeholders at TWA Mangrove Angke Kapuk. Data collection methods included observation, interviews, and documentation. The analytical tool used in this study was Miles and Huberman's theory. The results of the study indicate that 1) Women's roles in productive activities usually involve lighter tasks due to stereotypes and subordination, where women are considered weak and only capable of light indoor work. Social activities are more dominantly carried out by men. Women are marginalized due to their smaller workforce, resulting in men having more access to social activities. These role differences are shaped by cultural norms where men are deemed more suitable for heavier work. 2) Trust among members, both women and men, is good, but trust in women to perform certain activities is still lacking. The social network at TWA Mangrove Angke Kapuk includes internal and external networks. Social networks in the management of TWA Mangrove Angke Kapuk are accessible to both women and men. Norms in TWA Mangrove Angke Kapuk include religious and social norms, and both women and men are required to adhere to these norms and values. Social capital within the group is considered strong but needs improvement for the group's goals to be achieved maximally. 3) Social capital forms the foundation for TWA Mangrove Angke Kapuk to fulfill its role in tourism and conservation. The roles of women and social capital in the management of TWA Mangrove Angke Kapuk are highly interrelated. The more social capital is fulfilled maximally, the more it will affect the roles and involvement of women, and vice versa. The social capital in TWA Mangrove Angke Kapuk is considered good but needs enhancement for women to fulfill their roles more effectively. Several propositions resulted from this research: 1) Women in the management of conservation ecotourism are more capable of indoor work compared to fieldwork, 2) The role of women influences the quality of capital within the group. The recommendations from this research are: 1) Further research can be conducted on the roles of women and social capital in the management of ecotourism, 2) The government is expected to provide support in the form of assistance or policies for the community, especially women, in conservation activities, 3) PT. Murindra Karya Lestari needs to implement policies to increase community participation, especially women, in mangrove conservation activities.

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: 0523080819
Divisions: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan > Agrobisnis Perikanan
Depositing User: soegeng sugeng
Date Deposited: 28 Mar 2024 00:24
Last Modified: 28 Mar 2024 00:24
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/217696
[thumbnail of DALAM MASA EMBARGO] Text (DALAM MASA EMBARGO)
Dinda Zahra Ramadhina Santoso.pdf
Restricted to Registered users only

Download (2MB)

Actions (login required)

View Item View Item