Fungsi Permintaan Pangan Protein Hewani pada Rumahtangga Perkotaan dan Pedesaan di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Ali, Roihan Muhammad and Hery Toiba,, SP., MP., Ph.D and Dr. Tri Wahyu Nugroho,, SP., MSI (2024) Fungsi Permintaan Pangan Protein Hewani pada Rumahtangga Perkotaan dan Pedesaan di Daerah Istimewa Yogyakarta. Magister thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Konsumsi pangan protein hewani di Indonesia akan diproyeksikan terus meningkat. Namun, permasalahan saat ini tentang pangan protein hewani yaitu rendahnya rata-rata tingkat konsumsi dan pangsa pengeluaran serta relatif tingginya harga beberapa pangan protein hewani. Rendahnya taraf perekonomian menyebabkan kurangnya akses terhadap protein berkualitas karena harga sumber protein hewani yang berkualitas relative lebih mahal dibandingkan dibandingkan dengan sumber protein nabati oleh karena itu tujuan dari penelitian ini yaitu: 1. Mengetahui elastisitas permintaan pangan protein hewani rumahtangga di Daerah Istimewa Yogyakarta. 2. Mengetahui factor-faktor yang mempebgaruhi pola konsumsi pangan protein hewani di Daerah Istimewa Yogyakarta. Penelitian tentang permintaan masih terus diminati baik dari segi teori maupun bentuk empirisnya. Beberapa model ekonometrik yang telah dikembangkan selama beberapa dekade terakhir, yaitu: Almost Ideal Demand System/AIDS (Deaton & Muellbauer, 1980) dan The Quadratic Almost Ideal Demand System (Banks et al., 1974) model ini banyak digunakan dalam analisis permintaan pangan, terutama di negatra berkembang. Beberapa studi tentang permintaan pangan di Indonesia sudah tersedia. Namun sebagian besar penelitian memiliki spesialiasasi dalam satu kategori, seperti daging sapi, beras, jagung, susu, dan ayam. Untuk saat ini, perkiraan elastisitas secara menyeluruh untuk beberapa komoditas pangan secara keseluruhan belum banyak dilakukan. Disamping itu, sebagian besar penelitian telah menggunakan data lama. Penentuan lokasi penelitian ini dilakukan dengan sengaja (purposive) yaitu di Daerah Istimewa Yogyakarta. Data yang digunakan adalah data survey sosial ekonomi nasional (susesanas) bulan maret tahun 2020. Data susenas yang digunakan berupa data modul konsumsi dan data kor hasil survey rumahtangga di Daerah Istimewa Yogyakarta. Data rumahtangga sebanyak 3.529. Analisis ini untuk mengestimasi fungsi permintaan rumahtangga terhadap komoditas pangan protein hewani yang dilakukan menggunakan pendekatan model Quadratic Almost Ideal Demand System (QUAIDS). Model permintaan QUAIDS dipilih karena model permintaan ini dapat dapat menangkap informasi mengenai data demografis seperti perbedaan wilayah, sehingga menjaga variasi struktur preferensi dan keheterogenan antar rumahtangga. Elastisitas permintaan digunakan untuk mengukur perubahan permintaan pangan protein hewani. Perubahan elastisitas permintaan disebabkan oleh perubahan harga suatu komoditi pangan hewani (elastisitas harga sendiri), perubahan pendapatan atau pengeluaran rumahtangga (elastisitas pengeluaran) dan perubahan harga komoditas pangan hewani lainnya.Hasil estimasi parameter QUAIDS menyatakan semua veriabel secara signifikan pada taraf kepercayaan 99% yang berarti saling dipengaruhi oleh pendapatan rumahtangga, harga sendiri dan harga komoditas lain serta sosial demografi (jumlah anggota rumahtangga, usia kepala rumahtangga, tingkat pendidikan kepala rumahtangga dan wilayah) terhadap pangan protein hewani di Daerah Istimewa Yogyakarta. Permintaan share telur di Daerah Istimewa Yogyakarta dipengaruhi oleh pengeluaran, harga ikan, harga susu, jumlah anggota rumahtangga, usia kepala rumahtangga, tingkat pendidikan kepala rumahtangga dan wilayah dengan pengaruh yang beragam baik positif atau negatif. Pengaruh variabel pengeluaran dan harga (sendiri ataupun silang) terhadap share pengeluaran kelompok pangan hewani dapat diartikan melalui nilai elastisitas permintaan pangan dimana berkaitan dengan seberapa sensitive rumahtangga dalam merespon perubahan harga dan total pengeluaran. Nilai elastisitas pengeluaran komoditas susu di Daerah Istimewa Yogyakarta menunjukan dalam kategori barang inferior dan untuk ikan, daging dan telur termasuk dalam kategori barang mewah. Nilai elastisitas harga sendiri Marshallian (uncompensanted) dan Hicksian (compensanted). Untuk seluruh komoditas di Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki tanda negatif yang berarti permintaan pangan protein hewani tersebut sesuai dengan hukum permintaan. Nilai elastisitas harga komoditas lain Marshallian (uncompensanted) dan Hicksian (compensanted) menunjukan hasil yang bervariasi positif dan negatif. Untuk hasil yang positif menandakan antar komoditas tersebut saling menggantikan atau substitusi sedangkan hasil yang negatif menandakan antar komoditas tersebut saling melengkapi atau komplementer. Nilai elastisitas pengeluaran menurut wilayah perkotaan dan pedesaan di Daerah Istimewa Yogyakarta menunjukan bahwasanya semua komoditas pangan protein hewani termasuk barang mewah kecuali susu yaitu termasuk barang inferior seperti komoditas ikan di perkotaan dimana nilai elastisitasnya sebesar 1,825 sedangkan komoditas ikan di pedesaan nilai elastisitasnya sebesar 1,582. Nilai elastisitas harga menurut wilayah perkotaan dan pedesaan di Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki kecenderungan bersifat elastis serta memiliki tanda negatif yang berarti sesuai dengan kriteria dimana efek dari harga terhadap konsumsi adalah negatif. Elastisitas harga silang dengan pendekatan uncompensanted di perkotaan menunjukan bahwa komoditas daging bersifat komplementer terhadap telur sedangkan di pedesaan komoditas daging menjadi subsitusi bagi telur. Elastisitas harga silang dengan pendekatan compensanted di perkotaan menunjukan bahwa komoditas ikan bersifat komplementer terhadap susu sedangkan di pedesaan komoditas ikan bersifat substitusi terhadap susu. Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka disarankan 1. Elastisitas pendapatan lebih besar dari nilai elastisitas harga, artinya cara yang paling efektif untuk mengarahkan pola konsumsi pangan di Daerah Istimewa Yogyakarta adalah melalaui peningkatan pendapatan masyarakat. 2. Prioritas kebijakan pemerintah terkait pangan dan gizi diprioritaskan untuk kelompok masyarakat yang tinggal di daerah berpenghasilan rendah. Permintaan atau konsumsi daging relatif rendah. Oleh karena itu, pemerintah harus mendorong swasembada protein hewani agar berbagai lapisan masyarakat dapat merasakan manfaatnya sebab diversifikasi pangan merupakan tugas berat pemerintah provinsi. (3) Upaya diversifikasi pangan meliputi kampanye atau sosialisasi tentang konsumsi yang beragam, pangan yang bergizi dan aman bagi masyarakat. Karena juga menyangkut aspek perilaku masyarakat, maka kebijakan pembangunan konsumsi pangan harus dibuat menjadi gerakan massa yang tidak hanya melibatkan pemerintah tetapi mencakup seluruh elemen masyarakat.

Item Type: Thesis (Magister)
Identification Number: 0424040021
Divisions: S2/S3 > Magister Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian
Depositing User: Unnamed user with username nova
Date Deposited: 25 Mar 2024 03:55
Last Modified: 25 Mar 2024 03:55
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/217541
[thumbnail of DALAM MASA EMBARGO] Text (DALAM MASA EMBARGO)
Roihan Muhammad Ali.pdf
Restricted to Registered users only

Download (3MB)

Actions (login required)

View Item View Item