Berlian, Gladys Oryz and Prof. Dr. Ir. Budi Setiawan,, MS. and Dr. Ir. Agustina Shinta HW,, MP (2024) Strategi Mitigasi Risiko Pada Komoditas Padi (Oryza Sativa L.) (Studi Kasus di Kelurahan Pagentan Kecamatan Singosari Kabupaten Malang). Magister thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Peningkatan konsumsi masyarakat terhadap komoditas padi menyebabkan petani harus memenuhi kebutuhan dari masyarakat. Dalam memenuhi kebutuhan masyarakat di Indonesia, tetunya terdapat kendala yang dihadapi oleh pelaku pertanian. Kelurahan Pagenan, Kecamatan Singoasari merupakan salah satu daerah dengan kendala yang cukup memberikan dampak negatif bagi petani. Penurunan produksi adalah kendala yang dihadapi oleh petani di Kelurahan Pagentan. Permasalahan pada penurunan produksi komoditas padi di Kelurahan Pagentan tidak hanya disebabkan oleh faktor – faktor produksi yang ada pada petani, tetapi juga dapat di pengaruhi oleh kendala yang dihadapi oleh pelaku pertanian lainya, seperti supplier input, kelompok tani, dan penyuluh. Penelitian ini memiliki untuk mengetahui faktor produksi apa saja yang mempengaruhi tingkat produksi, mengetahui tingkat kekritisan risiko yang dihadapi oleh pelaku pertanian, dan merumuskan strategi berdasarkan prioritas risiko dan tingkat kekritisan risiko. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif. Untuk menentukan sampel dilakukan dengan menggunakan snowball sampling dengan informan kunci yaitu koordinator penyuluh di Kelurahan Pagentan. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner, wawancara, dan studi literatur, serta dilengkapi dengan observasi lapangan. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan analisis regresi linear berganda untuk menjawab tujuan pertama yaitu mengetahui pengaruh faktor produksi terhadap tingkat produksi, Failure Mode Effect Analysis (FMEA) digunakan untuk menjawab tujuan penelitian kedua yaitu mengetahui tingkat risiko yang dihadapi oleh masing – masing pelaku pertanian, dan Fuzzy Analytic Hierarchy Process (F-AHP) digunakan untuk menjawab tujuan ketiga yaitu untuk menentukan prioritas risiko dan merumuskan strategi. Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa faktor produksi yang dapat mempengaruhi penurunan tingkat produksi adalah luas serangan hama. Berdasarkan analisis yang dilakukan, diketahui bahwa apabila luas serangan hama semakin meningkat, maka akan semakin menurunkan tingkat produksi di Kelurahan Pagentan. Selain itu, terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan produksi, yaitu luas lahan, bibit, dan fragmentasi lahan. Ketiga variabel tersebut memiliki hubungan positif terhadap tingkat produksi. Artinya apabila terdapat peningkatan pada ketiga faktor produksi tersebut, maka akan memberikan efek positif pada tingkat produksi yaitu dengan meningkatnya hasil produksi. Tingkat kekritisan risiko yang dihadapi oleh masing – masing pelaku pertanian dilihat dari tingkat keparahan, Pada tingkat supplier, risiko dengan tingkat kekiritas tertinggi adalah pada risiko persediaan. Hal tersebut dikarenakan supplier memiliki permasalahan dalam menghadapi keterlambatan persediaan dari pemasok utama. Tingkat kekritisan risiko tertinggi pada petani adalah risiko produksi. Risiko produksi memiliki tingkat kekritisan tertinggi karena terdapat kendala yang dihadapi pada proses produksi sehingga dapat mempengaruhi hasil produksi. Kelompok tani sebagai wadah kerjasama petani juga memiliki risiko yang dihadapi yang dapat mempengaruhi hasil produksi petani. Tingkat kekritisan tertinggi pada kelompok tani adalah risiko sosial. Dimana sikap antar petani mempengaruhi hasil produksi, dengan timbulnya sifat apatis yang tinggi antar petani dapat mempengaruhi ketidak tercapainya tujuan dari kelompok tani. Penyuluh pertanian memiliki peran untuk memberikan pendampingan pada petani terhadap penyuluhan ataupun informasi untuk petani. Risiko dengan tingkat kekritisan tertinggi pada penyuluh adalah risiko kelembagaan. Risiko kelembagaan terkait dengan ketersediaan sumber daya penyuluh yang kurang. Kurangnya sumber daya penyuluh memberikan pengaruh terhadap kinerja penyuluh di Kelurahan Pagentan. Strategi yang direkomendasikan dalam penelitian ini berdasarkan dengan tingkat kekritisan dan prioritas risiko adalah (1) pembelian persediaan pada supplier input lebih baik dilakukan lebih awal dibandingkan dengan sebelumnya. Hal tersebut akan mempengaruhi lead time sehingga persediaan pada supplier dapat segera terpenuhi oleh pemasok utama. Perlunya komunikasi dengan pemasok utama juga diperlukan dalam hal ini. (2) penerapan teknologi pengendalian serangan hama dengan menggunakan metode Trap Barrier System (TBS), yang dapat dengan efektif mengurangi serangan hama tikus. Strategi tersebut disesuaikan dengan keadaan lapang, dimana petani tidak ingin melakukan upaya yang memakan waktu yang lama untuk hasil dari strategi yang dilakukan. Sehingga TBS direkomendasikan karena dampak dari penggunaan TBS dapat langsung dinilai oleh petani sendiri. (3) peningkatan kerjasama dalam Kelompok Tani di perlukan untuk meningkatkan hubungan antar petani. Peningkatan kerjasama dapat dilakukan dengan melibatkan petani dalam diskusi, dan pelaksanaan produksi komoditas padi. Strategi yang terakhir adalah (4) dengan melakukan revitalisasi penyuluhan pertanian. Revitalisasi tentunya tidak lepas dari intervensi pemerintahan, sehingga diharapkan pemerintah dapat memberikan solusi dalam penambahan sumber daya penyuluh di setiap daerah yang memiliki permasalahan yang sama terjadi di Kelurahan Pagentan.
English Abstract
The increase in public consumption of rice commodities causes farmers to meet the needs of the community. In meeting the needs of the people in Indonesia, there are obstacles faced by agricultural actors. Pagentan Village, Singoasari Subdistrict is one of the areas with constraints that have a negative impact on farmers. Declining production is a constraint faced by farmers in Pagentan Village. Problems in the decline of rice commodity production in Pagentan Village are not only caused by production factors that exist in farmers, but can also be influenced by constraints faced by other agricultural actors, such as input suppliers, farmer groups, and extension workers. The purpose of this study aims to find out which production factors affect the level of production, to find out the level of risk criticality faced by agricultural actors, and formulate strategies based on risk priorities and risk criticality levels. The research method is quantitative research method. Sampling was conducted using snowball sampling with the key informant being the extension coordinator in Pagentan Village. Data collection were conducted using questionnaires and interviews, and supplemented with field observations. Data analysis used in this research is to use (1) multiple linear regression analysis to answer the first objective, namely to determine the effect of production factors on production levels, (2) Failure Mode Effect Analysis (FMEA) is used to answer the second research objective, namely to determine the level of risk faced by each agricultural actor, and (3) Fuzzy Analytic Hierarchy Process (F-AHP) is used to answer the third objective, namely to determine risk priorities and formulate strategies. The results of the research conducted show that the production factor that can affect the decline in production levels is the extent of pest attacks. Based on the analysis conducted, it is known that if the extent of pest infestation increases, it will further reduce the level of production in Pagentan Village. In addition, there are several factors that can increase production, namely land area, seeds, and land fragmentation. These three variables have a positive relationship with production levels. This means that if there is an increase in the three production factors, it will have a positive effect on the production level, namely by increasing production yields. The level of criticality of the risks faced by each agricultural actor is seen from the level of severity, at the supplier level, the risk with the highest level of criticality is the risk of inventory. This is because suppliers have problems in dealing with delays in supplies from the main supplier. The highest level of risk criticality in farmers is production risk. Production risk has the highest level of criticality because there are obstacles faced in the production process that can affect production results. Farmer groups as a forum for farmer cooperation also have risks that can affect farmer production. The highest level of criticality in farmer groups is social risk. Where the attitude between farmers affects production results, with the emergence of high apathy between farmers can affect the non-achievement of the goals of the farmer group. Agricultural extension officers have a role to provide assistance to farmers on counseling or information for farmers. The risk with the highest level of criticality in extension workers is institutional risk. Institutional risk is related to the availability of insufficient extension resources. The lack of extension resources affects the performance of extension workers in Pagentan Village. The recommended strategies in this study based on the level of criticality and risk prioritization are (1) purchasing inventory at input suppliers is better done earlier than before. This will affect the lead time so that the inventory at the supplier can be immediately fulfilled by the main supplier. Communication with the main supplier is also needed in this case. (2) application of pest control technology using the Trap Barrier System (TBS) method, which can effectively reduce rat infestation. The strategy is adapted to the field situation, where farmers do not want to make time-consuming efforts for the results of the strategy carried out. Thus, TBS is recommended because the impact of using TBS can be directly assessed by the farmers themselves. (3) Increased cooperation within the Farmer Group is needed to improve the relationship between farmers. Increased cooperation can be done by involving farmers in discussions, and the implementation of rice commodity production. The last strategy is (4) by revitalizing agricultural extension. Revitalization certainly cannot be separated from government intervention, so it is hoped that the government can provide solutions in the addition of extension resources in each region that has the same problems that occur in Pagentan Village.
Item Type: | Thesis (Magister) |
---|---|
Identification Number: | 0424040016 |
Divisions: | S2/S3 > Magister Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian |
Depositing User: | Unnamed user with username nova |
Date Deposited: | 26 Mar 2024 04:23 |
Last Modified: | 26 Mar 2024 04:23 |
URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/217477 |
![]() |
Text (DALAM MASA EMBARGO)
Gladys Oryz Berlian.pdf Restricted to Registered users only Download (4MB) |
Actions (login required)
![]() |
View Item |