Identifikasi Lahan Kritis Skala 1:25.000 Berbasis Citra Sentinel 2 dan DEMNAS Resolusi 8 Meter (Studi Kasus Sub DAS Cikapundung Jawa Barat).

Zachrani, Annindya Ovieta and Prof. Dr. Ir. Mochtar Lutfi Rayes,, M.Sc, and Dr. Yiyi Sulaeman,, SP., M.Sc, (2024) Identifikasi Lahan Kritis Skala 1:25.000 Berbasis Citra Sentinel 2 dan DEMNAS Resolusi 8 Meter (Studi Kasus Sub DAS Cikapundung Jawa Barat). Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Kegiatan alih fungsi lahan yang terjadi terus menerus dapat berakibat pada terjadinya degradasi lahan yang pada akhirnya membuat lahan menjadi kritis. Salah satu kawasan yang berpotensi mengalami permasalahan lahan kritis yaitu di kawasan Sub DAS Cikapundung. Saat ini telah terdapat berbagai permasalahan seperti erosi, banjir, dan longsor yang terjadi di Sub DAS Cikapundung yang apabila dibiarkan tanpa adanya upaya konservasi dapat mendorong terjadinya lahan kritis di kawasan Sub DAS Cikapundung. Keberadaan lahan kritis dapat diidentifikasi secara spasial dengan memanfaatkan Sistem Informasi Geografis (SIG) yang diintegrasikan dengan citra satelit dan DEMNAS. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi keberadaan lahan kritis di kawasan Sub DAS Cikapundung dengan mengintegrasikan SIG, Citra Sentinel-2, dan DEMNAS serta memetakan luas persebaran tingkat kekritisan lahan di Sub DAS Cikapundung pada skala detail (1:25.000). Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk membandingkan hasil identifikasi lahan kritis di kawasan Sub DAS Cikapundung menggunakan indeks NDVI dan NDWI. Kegiatan penelitian dilaksanakan di Sub DAS Cikapundung, Provinsi Jawa Barat pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2023. Penelitian ini dilaksanakan menggunakan metode analisis spasial yang terdiri atas metode Overlay dan Skoring. Penelitian diawali dengan penyusunan data spasial dari setiap parameter lahan kritis yang terdiri atas penutup lahan, erosi, dan kelerengan. Selanjutnya peta tematik dari setiap parameter lahan kritis tersebut ditumpangsusunkan (overlay) dan dianalisis dengan metode skoring untuk mengklasifikasikan tingkat kekritisan lahan dan pembuatan peta sebaran lahan kritis di kawasan Sub DAS Cikapundung. Hasil peta lahan kritis yang telah dibuat dilakukan uji validasi dengan metode accurasion assessment. Hasil identifikasi lahan kritis menggunakan metode skoring kemudian dibandingkan dengan hasil identifikasi lahan kritis menggunakan indeks NDVI dan NDWI. Hasil identifikasi lahan kritis di kawasan Sub DAS Cikapundung dengan mengintegrasikan SIG, Citra Sentinel, dan DEMNAS menghasilkan lima kelas kekritisan lahan, yaitu tingkat kekritisan tidak kritis, potensial kritis, agak kritis, kritis, dan sangat kritis. Hasil identifikasi menunjukan bahwa terdapat 4.210,94 Ha (13,83%) lahan yang teridentifikasi sebagai lahan kritis yang tersebar di dalam kawasan hutan seluas 423,50 Ha (8,69%) dan di luar kawasan hutan seluas 3.787,44 Ha (14,80%) dari total keseluruhan area diluar kawasan hutan. Hasil pemetaan tingkat kekritisan lahan di Sub DAS Cikapundung juga menunjukan bahwa pada wilayah Sub DAS Cikapundung yang termasuk ke dalam kawasan hutan didominasi oleh kelas kekritisan lahan agak kritis, sedangkan untuk wilayah Sub DAS Cikapundung yang berada di luar kawasan hutan didominasi oleh kelas kekritisan lahan tidak kritis. Selain itu, hasil penelitian juga menunjukan bahwa indeks NDVI dan NDWI kurang cocok digunakan untuk mengidentifikasi tingkat kekritisan lahan di kawasan Sub DAS Cikapundung.

English Abstract

Land conversion activities that occur continuously can result in land degradation which in turn makes the land critical. One area that has the potential to experience critical land problems is the Cikapundung Sub-watershed area. Currently there are various problems such as erosion, floods and landslides that occur in the Cikapundung Sub-Watershed which, if left without conservation efforts, could lead to the occurrence of critical land in the Cikapundung Sub-watershed area. The existence of critical land can be identified spatially by utilizing the Geographic Information System (GIS) which is integrated with satellite imagery and DEMNAS. Therefore, this research aims to identify the existence of critical land in the Cikapundung Sub-watershed area by integrating GIS, Sentinel-2 Imagery, and DEMNAS as well as mapping the distribution of land criticality levels in the Cikapundung Sub-watershed at a detailed scale (1:25,000). Apart from that, this research also aims to compare the results of critical land identification in the Cikapundung Sub-watershed area using the NDVI and NDWI index. This research was carried out using spatial analysis methods consisting of Overlay and Scoring methods. The research began with compiling spatial data for each critical land parameter consisting of land cover, erosion and slope. Next, the thematic maps of each critical land parameter are overlaid and analyzed using the scoring method to classify the level of land criticality and create a critical land distribution map in the Cikapundung Sub-watershed area. After that, a map of the distribution of critical land in the Cikapundung Sub-watershed area was created. The results of the critical land map that has been created are validated using the accuracy assessment method. The results of identifying critical land using the scoring method are then compared with the results of identifying critical land using the NDVI and NDWI index. The results of identifying critical land in the Cikapundung Sub-watershed area by integrating GIS, Citra Sentinel, and DEMNAS produced five classes of land criticality, namely uncritical, potentially critical, rather critical, critical, and very critical. The identification results show that there are 4.210.94 Ha of land identified as critical land, or 13.83% of the total area of the Cikapundung Sub-watershed area. The critical land is spread within the forest area covering 423.50 Ha (8.69%) and outside the forest area covering 3.787.44 Ha (14.80%) of the total area outside the forest area. The results of mapping the level of land criticality in the Cikapundung Sub-watershed also show that the Cikapundung Sub-watershed area which is included in the forest area is dominated by the moderately critical land criticality class, while the Cikapundung Sub-watershed area which is outside the forest area is dominated by the uncritical land criticality class. Apart from that, the research results also show that the NDVI and NDWI index are not suitable for identifying the level of criticality of land in the Cikapundung Sub-watershed area.

Item Type:	Thesis (Sarjana)
Identification Number:	0524040140
Divisions:	Fakultas Pertanian > Ilmu Tanah
Depositing User:	Unnamed user with username nova
Date Deposited:	27 Mar 2024 06:09
Last Modified:	27 Mar 2024 06:09
URI:	http://repository.ub.ac.id/id/eprint/217422

Text (DALAM MASA EMBARGO) Annindya Ovieta Zachrani.pdf Restricted to Registered users only Download (8MB)

Actions (login required)

View Item