Efek Antiinsomnia Ekstrak Etanol Pegagan (Centella asiatica) terhadap Larva Ikan Zebra (Danio rerio) Model Insomnia melalui Penghambatan Orexin, ERK, p38, dan Akt.

Afif, Zamroni and Prof. Dr. dr. Nurdiana, M.Kes and Dr. Husnul Khotimah, S.Si, M.Kes and Dr. dr. Shahdevi Nandar K, Sp.S(K) (2023) Efek Antiinsomnia Ekstrak Etanol Pegagan (Centella asiatica) terhadap Larva Ikan Zebra (Danio rerio) Model Insomnia melalui Penghambatan Orexin, ERK, p38, dan Akt. Doktor thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Insomnia adalah gangguan tidur yang meliputi kesulitan untuk memulai atau menjaga tidur paling sedikit 3 malam dalam seminggu atau lebih dan berlangsung paling sedikit selama 3 bulan. Insomnia merupakan gangguan tidur yang paling banyak ditemui dan tingkat komorbiditas yang cukup tinggi. Konsep terbaru tentang insomnia menunjukkan disintegrasi dari molekul yang berperan dalam pergantian ritme bangun dan tidur di otak. Molekul yang berperan pada ritme sirkadian bangun adalah katekolamin, orexin, dan histamin, sedangkan yang berperan untuk tidur, seperti γ–aminobutiric acid (GABA), adenosin, serotonin, melatonin, dan prostaglandin D2 (PGD2). Orexin (hypocretin) merupakan neurotransmitter yang berperan untuk merangsang bangun dengan memiliki dua neuropeptide yaitu Hypocretin 1 atau Orexin-A dan Hypocretin 2 atau Orexin- B. Histamin sendiri dipercaya sebagai neuromodulator yang memicu bangun. Melatonin diproduksi oleh glandula pineal dan dilepaskan saat malam hari. Fungsi melatonin bekerja melalui reseptor MT1 dan MT2. Jalur sinyal ERK, p38, dan Akt, berperan dalam aktivitas neurotransmitter yang terkait bangun, seperti orexin dan histamin. Cognitive Behavioral Therapy for Insomnia (CBT-I) pada saat ini menjadi terapi pilihan untuk insomnia. Terapi ini terdiri dari kombinasi beberapa metode, meliputi terapi stimulus kontrol, terapi pembatasan tidur, latihan relaksasi, terapi kognitif, dan edukasi sleep hygiene. Masih ada gap yang besar antara bukti penelitian dengan praktik klinik, hanya sedikit klinisi yang menggunakan pendekatan terapi CBT-I. Terapi farmakologi yang diberikan pada insomnia saat ini memiliki beberapa target terapi. Benzodiazepine receptor agonis, secara umum efektif untuk terapi insomnia, merangsang tidur melalui peningkatan aktivitas GABA. Perhatian saat ini terkait dengan peningkatan efek samping dari obat- obatan ini mulai dari risiko munculnya demensia sampai risiko kematian. Obat- obatan antidepresan trisiklik memiliki efek sedatif dengan target histaminergic arousal system. Golongan obat yang lebih baru adalah suvorexant, dengan target pada orexin yang merangsang pusat bangun di batang otak atau hipotalamus. Meskipun penelitian klinis mendukung manfaat jangka pendek dan jangka panjang, pemahaman terhadap peran suvorexant pada praktik klinik masih diperlukan pengalaman klinis lebih jauh. Saat ini telah banyak dikembangkan hewan model tidur untuk penelitian gangguan tidur, diantaranya ikan zebra. Keuntungan utama ikan zebra sebagai hewan model tidur adalah penemuan gen yang terlibat dalam kontrol tidur, sistem neuropeptida, dan struktur anatomi otak yang transparan, kemungkinan untuk dibuat model penyakit neuropsikiatri seperti halnya kemungkinan untuk penapisan genetik dan farmakologi. Aktifitas ikan zebra ketika tidur akan berhenti berenang paling sedikit 6 detik pada ikan zebra dewasa dan selama 1 menit larva, tidak bergerak di dasar atau di permukaan dan menjadi lebih sedikit sensitif terhadap rangsangan luar. Ikan zebra diketahui memiliki pola tidur diurnal yang sama dengan mamalia dan manusia. Beberapa metode fisik telah digunakan untuk membuat kondisi kurang tidur pada ikan zebra. Teknik yang telah dicoba

English Abstract

Insomnia is a sleep disorder that includes difficulty starting or maintaining sleep for at least 3 nights a week or more and lasting for at least 3 months. Insomnia is the most common sleep disorder with a high level of comorbidity. The latest concept of insomnia explains the disintegration of molecules that play a role in changing the rhythm of waking and sleeping in the brain. Molecules that play a role in the wake circadian rhythm are catecholamines, orexin, and histamine, while those responsible for sleep, such as γ-aminobutiric acid (GABA), adenosine, serotonin, melatonin, and prostaglandin D2 (PGD2). Orexin (hypocretin) is a neurotransmitter whose role is to stimulate waking by having two neuropeptides namely Hypocretin 1 or Orexin-A and Hypocretin 2 or Orexin-B. Histamine itself is approved as the neuromodulators that make arousal. Melatonin is released by pineal glands at night. The function of melatonin works through MT1 and MT2 receptors. The ERK, p38, and Akt signaling pathways play a role in the activity of wake-related neurotransmitters, such as orexin and histamine. Cognitive Behavioral Therapy for Insomnia (CBT-I) is currently the treatment of choice for insomnia. This therapy consists of a combination of several methods, supplemented by stimulus control therapy, sleep therapy, relaxation exercises, cognitive therapy, and sleep hygiene education. There is still a large gap between research evidence and clinical practice, only a few clinicians use CBT-I therapy. Pharmacological therapy given in insomnia currently has several targeted therapies. Benzodiazepine agonists, generally effective for insomnia therapy, improve sleep through increased GABA activity. Current attention is related to the increased side effects of these drugs ranging from the risk of dementia to the risk of death. Tricyclic antidepressant drugs have a sedative effect to target the histaminergic arousal system. The newer class of drug is suvorexant, targeting the orexin which can make arousal on the brain stem or hypothalamus. Although clinical research supports short-term and long-term benefits, understanding the role of suvorexant in clinical practice still requires further clinical experience. Nowadays has been developed a lot of animal sleep models for research on sleep disorders, especially zebrafish. The main advantage of zebrafish as a sleep animal model is the discovery of genes involved in sleep control, neuropeptide systems, and transparent brain anatomical structures, the possibility of neuropsychiatric disease modeling as well as the possibility of genetic screening and pharmacology. Zebrafish during sleep will stop swimming for at least 6 seconds on adult zebrafish and for 1 minute on larvae, do not move at the bottom or on the surface and become less sensitive to external stimuli. Zebrafish are known to have similar diurnal sleep patterns with mammals and humans. Several physical methods have been used to create sleep deprivation in Zebrafish.

Item Type:	Thesis (Doktor)
Identification Number:	0623060003
Uncontrolled Keywords:	Pegagan, ikan zebra, insomnia, orexin
Divisions:	S2/S3 > Doktor Ilmu Kedokteran, Fakultas Kedokteran
Depositing User:	Endang Susworini
Date Deposited:	15 Mar 2024 06:28
Last Modified:	15 Mar 2024 06:28
URI:	http://repository.ub.ac.id/id/eprint/216868

Text (DALAM MASA EMBARGO) ZAMRONI AFIF.pdf Restricted to Registered users only Download (10MB)

Actions (login required)

View Item