Viraswati., Nur’aini Nambella and Prof. Dr. Ir. Bambang Tri Rahardjo., S.U. (2024) Pengaruh Kondisi Habitat dan Manajemen Lahan Terhadap Keanekaragaman Semut Tanah (Epigeik dan Hipogeik) Pada Perkebunan Kopi Kabupaten Malang Jawa Timur. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Tanaman kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang berperan penting dalam sektor perekonomian negara, termasuk Indonesia. Kegemaran masyarakat dalam mengkonsumsi kopi sehari-hari, menjadikan Indonesia berada pada urutan ke-5 negara dengan konsumsi kopi terbesar di dunia dalam periode tahun 2020-2021. Faktanya, produksi kopi di Indonesia kurang berkembang yang disebabkan adanya fluktuasi akibat dari adanya perubahan dan gangguan habitat pada areal budidaya tanaman kopi. Peningkatan produksi kopi dapat dilakukan dengan melakukan kajian terkait keseimbangan dan kestabilan pada suatu ekosistem. Salah satu makhluk hidup yang ikut berperan dalam menunjang kestabilan ekosistem yaitu semut. Keberadaan semut dalam suatu ekosistem selain sebagai predator, detritivor juga dapat digunakan sebagai indikator hayati terhadap kesehatan atau perubahan kualitas pada suatu lingkungan. Maka dari itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui keanekaragaman, kelimpahan, dan komposisi semut tanah pada berbagai lokasi perkebunan kopi di Kabupaten Malang Jawa Timur dan juga untuk mengetahui pengaruh kondisi habitat dan manajemen terhadap keanekaragaman, kelimpahan, dan komposisi semut tanah. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan bulan Desember 2023. Kegiatan penelitian dilaksanakan pada 4 lokasi yaitu perkebunan kopi UB Forest, Dampit, Bangelan, dan Ngantang dan setiap lokasi terdapat 3 plot lahan penelitian dengan keseluruhan total 12 plot lahan perkebunan kopi di Malang Jawa Timur. Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel yaitu pantrap atas (PA), pantrap tengah (PT), pantrap bawah (PB), pitfall (PF), dan koleksi tanah (CB). Pengamatan kondisi habitat meliputi pengamatan suhu, kelembapan (RH), kanopi, keragaman gulma (Sp.g), dan kelimpahan gulma (Ab.g). Sementara manajemen lahan yang diamati yaitu penggunaan jenis pupuk dan ada tidaknya pengaplikasian pestisida. Hasil trap kemudian disortir dan identifikasi hingga tingkat subfamili. Data yang diperoleh kemudian ditabulasikan dalam bentuk database dengan menggunakan Google Spreadsheet dan Microsoft Excel 2019 yang kemudian dianalisis menggunakan perangkat lunak R Studio. Perbedaan keanekaragaman dan kelimpahan semut tanah dari setiap lokasi dan hubungan manajemen lahan dianalisis dengan menggunakan analisis ragam. Sedangkan, pada hubungan kondisi habitat dan keragaman serta kelimpahan gulma terhadap keanekaragaman dan kelimpahan semut tanah dianalisis menggunakan analisis Generalized Linear Models (GLM). Sementara itu, perbedaan komposisi dari keanekaragaman dan kelimpahan semut akan dilakukan dengan analisis ANOSIM. Hasil penelitian diperoleh 985 individu semut tanah dari 44 morfospesies yang tergolong dalam 6 subfamili. Individu terbanyak ditemukan dari subfamili Myrmicinae, Formicinae, dan Ponerinae. Lokasi dengan keanekaragaman tertinggi yaitu Ngantang dan lokasi dengan kelimpahan tertinggi yaitu Bangelan. Hasil analisis menunjukkan tidak semua faktor kondisi habitat menunjukkan adanya perbedaan terhadap keanekaragaman dan kelimpahan semut tanah. Faktor habitat yang tidak menunjukkan perbedaan terhadap keanekaragaman semut tanah yaitu suhu, kelembapan, dan tutupan kanopi. Namun hanya kelembapan yang tidak menunjukkan perbedaan terhadap kelimpahan semut tanah, sedangkan suhu dan tutupan kanopi menunjukkan perbedaan terhadap kelimpahan semut tanah. Hal tersebut disebabkan karena semut merupakan serangga sosial dan terdapat banyak jenis semut yang mampu hidup pada beragam kondisi habitat namun tidak semua jenis semut mampu bereproduksi pada beragam kondisi dengan kondisi habitat tersebut. Sedangkan diketahui bahwa suhu menunjukkan perbedaan terhadap kelimpahan semut tanah, dimana semakin tinggi suhu maka kelimpahan akan semakin tinggi. Hal tersebut sejalan dengan hasil pengamatan semut yang diperoleh dengan individu terbanyak yaitu Anoplolepis sp dan Odontoponera sp yang memiliki kemampuan khusus dalam bertahan hidup dan berkoloni pada beragam kondisi habitat bahkan habitat yang terganggu. Begitupun dengan tutupan kanopi yang diketahui berkorelasi negatif dengan kelimpahan semut tanah, dimana semakin rapat tutupan kanopi maka kelimpahan semut akan semakin rendah. Hal tersebut berkaitan juga dengan sifat dan respon spesifik yang dimiliki oleh semut dalam bertahan dan bereproduksi di suatu habitat. Manajemen yang diterapkan pada setiap lokasi lahan penelitian juga tidak seluruhnya menunjukkan perbedaan terhadap keanekaragaman, kelimpahan, dan komposisi semut tanah. Jenis pupuk yang diaplikasikan tidak menunjukkan perbedaan terhadap keanekaragaman dan kelimpahan semut tanah. Hal tersebut diduga dapat disebabkan karena lahan yang digunakan saat ini, sebelumnya telah digunakan untuk penglolaan yang lain dan tidak diketahui bagaimana pengelolaannya berikutnya, serta jenis pupuk yang diaplikasikan diduga belum terurai dengan sempurna. Begitupun dengan ada tidaknya pengaplikasian pestisida tidak menunjukkan perbedaan terhadap keanekaragaman, kelimpahan, dan komposisi semut tanah yang disebabkan karena pengaplikasian pestisida yang dilakukan oleh lahan pada lokasi Bangelan yaitu berupa agens hayati Beauveria bassiana dan pengaplikasiannya belum dilakukan secara optimal sehingga menyebabkan ada tidaknya pengaplikasian pestisida tidak menunjukkan adanya perbedaan terhadap keanekaragaman, kelimpahan, dan komposisi semut tanah.
English Abstract
Coffee plants are a vital plantation commodity contributing significantly to the national economy, including Indonesia. The population's fondness for daily coffee consumption places Indonesia as the 5th largest consumer of coffee globally during the period of 2020 to 2021. However, the production of coffee in Indonesia faces challenges due to fluctuations resulting from changes and disturbances in the habitat of coffee plantations. Enhancing coffee production involves studying the balance and stability of an ecosystem. Ants, as living organisms, play a role in supporting ecosystem stability. Besides being predators and detritivores, ants can serve as vital indicators of the health or quality changes in an environment. Therefore, this research aims to determine the diversity, abundance, and composition of ground ants in various coffee plantation locations in Malang Regency, East Java. Additionally, it seeks to understand the influence of habitat conditions, management used on the diversity, abundance, and composition of ground ants. This research was conducted from August to December 2023. The research activities took place at four locations: UB Forest coffee plantation, Dampit, Bangelan, and Ngantang. Each location had three research plots, totaling 12 coffee plantation plots in Malang, East Java. Sampling methods included upper pan traps (PA), middle pan traps (PT), lower pan traps (PB), pitfall traps (PF), and soil collection (CB). Habitat conditions were observed, covering temperature, humidity (RH), canopy, weed diversity (Sp.g), and weed abundance (Ab.g). Land management aspects included fertilizer types and pesticide application. The trap results were sorted and identified to the subfamily level. The collected data were tabulated into a database using Google Spreadsheet and Microsoft Excel 2019, and analysis was performed using R Studio software. Differences in the diversity and abundance of ground ants from each location, as well as the relationship between land management were analyzed using analysis of variance. Meanwhile, the relationship between habitat conditions, weed diversity, weed abundance, and ground ant diversity and abundance was analyzed using Generalized Linear Models (GLM). Additionally, compositional differences in ground ant diversity and abundance were analyzed using Analysis of Similarities (ANOSIM). The research yielded 985 individual ground ants representing 44 morphospecies classified into 6 subfamilies. The majority of individuals were found in the Myrmicinae, Formicinae, and Ponerinae subfamilies. The location with the highest diversity was Ngantang, while Bangelan had the highest abundance. The analysis results indicated that not all habitat condition factors showed differences in the diversity and abundance of ground ants. Habitat factors such as temperature,humidity, and canopy coverage did not show differences in ground ant diversity. However, only humidity did not show differences in ground ant abundance, while temperature and canopy coverage showed differences. This is because ants are social insects, and various ant species can thrive in different habitat conditions, but not all species can reproduce in diverse habitat conditions. It is known that temperature correlates positively with ground ant abundance, meaning higher temperatures lead to higher abundance. This aligns with observations of ants, particularly Anoplolepis sp. and Odontoponera sp., which exhibit special abilities to survive and colonize in diverse and even disturbed habitat conditions. Canopy coverage, on the other hand, correlates negatively with ground ant abundance, indicating that denser canopy coverage leads to lower ant abundance. This relates to the specific traits and responses of ants in surviving and reproducing in a habitat. The applied management at each research plot did not entirely show differences in the diversity, abundance, and composition of ground ants. The type of fertilizer applied did not show differences in ground ant diversity and abundance. This is suspected to be due to the current land use, which was previously utilized for other management purposes, and the subsequent management practices are unknown. Additionally, the type of fertilizer applied is believed to have not fully decomposed. Similarly, the presence or absence of pesticide application does not show differences in the diversity, abundance, and composition of ground ants. This is attributed to the pesticide application in the Bangelan location, specifically the use of the biological agent Beauveria bassiana, which has not been optimally implemented, causing the absence or presence of pesticide application to not exhibit differences in the diversity, abundance, and composition of ground ants.
Item Type: | Thesis (Sarjana) |
---|---|
Identification Number: | 0524040114 |
Divisions: | Fakultas Pertanian > Hama dan Penyakit Tanaman |
Depositing User: | Unnamed user with username nova |
Date Deposited: | 21 Feb 2024 04:20 |
Last Modified: | 21 Feb 2024 04:20 |
URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/216262 |
![]() |
Text (DALAM MASA EMBARGO)
NUR'AINI NAMBELLA VIRASWATI.pdf Restricted to Registered users only Download (1MB) |
Actions (login required)
![]() |
View Item |