Ningtyas, Denina Setya and Dr. dr. Hani Susianti, Sp. PK, Subsp. N.R.(K) and Prof. Dr. dr. Edi Widjajanto,, MS, Sp. PK, Subsp.I.K.(K) (2023) Hubungan Kadar Cystatin-C dan Beta-2 Mikroglobulin dengan Mortalitas pada Pasien COVID-19. Magister thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Akhir tahun 2019 merupakan awal dari terjadinya pandemi COVID-19 yang disebabkan virus SARS CoV-2. Glomerulus bisa menjadi salah satu organ target untuk virus corona pada pasien COVID-19 yang berat dan kemungkinan terkait dengan ekspresi tinggi ACE-2 dalam sel glomerulus. Pada COVID-19 yang berat didapatkan peningkatan kadar Cystatin-C dan B2M yang merupakan penanda fungsi ginjal. B2M merupakan komponen MHC kelas I, sehingga bila didapatkan peningkatan kadar B2M menunjukan peningkatan aktivitas sistem imun dalam melawan virus. Adanya peningkatan kadar Cystatin-C dan B2M diharapkan dapat menjadi salah satu sarana prediktor luaran pasien. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan desain kohort retrospektif. Diagnosis COVID-19 ditegakkan dengan RT-PCR SARS-CoV2 dengan menggunakan sampel usap nasofaring atau orofaring. Pada hari pertama perawatan, serum pasien COVID-19 dikumpulkan, kemudian dilakukan pemilahan berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi terhadap serum pasien berdasarkan rekam medis. Jenis kelamin, usia, lama rawat, tingkat keparahan, dan luaran pasien dicatat. Kemudian dilakukan pemeriksaan serologis Cystatin-C dan B2M. Pemeriksaan Cystatin-C dilakukan dengan metode turbidimetri menggunakan alat Hipro Biotechnology dan pemeriksaan Beta-2 Mikroglobulin dilakukan dengan menggunakan autoanalyzer kimia. Data yang terkumpul dianalisis dengan uji normalitas distribusi, uji beda, analisis kurva ROC untuk penentuan cut-off, uji korelasi, penentuan RR dan OR Penelitian ini melibatkan 60 pasien COVID-19 yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Sebanyak 51,7% berjenis kelamin laki-laki dan 48,3% berjenis kelamin perempuan. Rerata usia subyek adalah 50,92 tahun. Pasien yang bertahan hidup berjumlah 38 orang (63,3%) dan pasien yang meninggal berjumlah 22 orang (36,7%) dengan rerata lama perawatan 9,72 hari. Terdapat perbedaan yang bermakna pada tingkat keparahan antara pasien yang bertahan hidup dan meninggal. Namun, tidak ada perbedaan yang bermakna pada usia, jenis kelamin maupun lama perawatan pada pasien yang bertahan hidup dan meninggal. Dari hasil analisis perbedaan Cystatin-C dan B2M antara pasien yang bertahan hidup dan meninggal keduanya didapatkan hubungan yang bermakna. Median Kadar B2M dan Cystatin-C pasien meninggal lebih tinggi dibandingkan pasien yang hidup dan didapatkan perbedaan yang signifikan. Median kadar B2M meninggal dibandingkan dengan bertahan hidup adalah 2,79 vs 1,88 dengan p= 0,003 dan median kadar Cystatin-C pada pasien meninggal dibandingkan dengan yang bertahan hidup adalah 2,13 vs 0,45 dengan p=0,000). Hasil uji diagnostik B2M menunjukkan nilai AUC sebesar 73% yang tergolong cukup baik (>70-80%)
English Abstract
The end of 2019 is beginning of the COVID-19 pandemic caused by the SARS CoV-2 virus. The glomerulus can be one of the target organs for the coronavirus in severe COVID-19 patients, possibly related to the high expression of ACE-2 in glomerular cells. Severe COVID-19 cases have shown an increase in the levels of Cystatin-C and B2M, which are indicators of kidney function. B2M is a component of MHC class I, so an elevation in B2M levels indicates increased immune system activity against the virus. The elevated levels of Cystatin-C and B2M are expected to serve as predictors of patient outcomes. This study employed a descriptive method with a retrospective cohort design. COVID-19 diagnosis was confirmed using RT-PCR for SARS-CoV-2 with nasopharyngeal or oropharyngeal swab samples. On the first day of treatment, serum from COVID-19 patients was collected, sorted based on inclusion and exclusion criteria from medical records, and recorded for gender, age, duration of treatment, severity level, and patient outcomes. Serological examinations of Cystatin-C and B2M were conducted using turbidimetry and a chemical autoanalyzer, respectively. The collected data were analyzed using normality distribution tests, difference tests, ROC curve analysis for cutoff determination, correlation tests, and determination of RR and OR. The study involved 60 COVID-19 patients meeting the inclusion and exclusion criteria. 51.7% were male, and 48.3% were female, with an average age of 50.92 years. There were 38 survivors (63.3%) and 22 fatalities (36.7%), with an average treatment duration of 9.72 days. Significant differences were found in the severity level between survivors and fatalities, but no significant differences were observed in age, gender, or treatment duration. The analysis of differences in Cystatin-C and B2M levels between survivors and fatalities revealed significant relationships. The median levels of B2M and Cystatin-C in fatalities were higher than those in survivors, with significant differences. Diagnostic tests for B2M showed an AUC of 73%, considered moderately good, and statistically significant (p = 0.003). Cystatin-C diagnostic tests showed an AUC of 86.7%, considered good, and statistically significant (p = 0.000). B2M with a cutoff of 2.18 increased the risk of mortality with a sensitivity of 63.6% and specificity of 68.4%, while Cystatin-C with a cutoff of 0.84 increased the risk of mortality with a sensitivity of 77.3% and specificity
Item Type: | Thesis (Magister) |
---|---|
Identification Number: | 042306 |
Divisions: | Profesi Kedokteran > Spesialis Patologi Klinik, Fakultas Kedokteran |
Depositing User: | Endang Susworini |
Date Deposited: | 15 Feb 2024 03:34 |
Last Modified: | 15 Feb 2024 03:34 |
URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/216073 |
![]() |
Text (DALAM MASA EMBARGO)
Dr. Denina Setya Ningtyas.pdf Restricted to Registered users only Download (4MB) |
Actions (login required)
![]() |
View Item |