Endiaverni, Wa Ode and Prof. Iwan Triyuwono, Ph.D., Ak. and Prof. Dr. Lilik Purwanti, M.Si., Ak., CSRS., CSRA., CA. (2023) Formulasi Prinsip Dasar Etika Akuntan Berdasarkan Bhinci-Bhinciki Kuli. Magister thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Penelitian ini bertujuan untuk memformulasi prinsip-prinsip dasar etika akuntan berdasarkan bhinci-bhinciki kuli yang menjadi falsafah cara hidup Orang Buton. Pendekatan metodologis yang digunakan adalah berbasis bhinci-bhinciki kuli yang diwujudkan dalam sara pataanguna terdiri atas (1) pomae-maeaka artinya saling malu; (2) pomaa-maasiaka artinya saling menyayangi; (3) popia-piara artinya saling memelihara; dan (4) poangka-angkataka artinya saling mengangkat derajat, yang menyatu dalam tradisi kangkilo (kesucian), baik kesucian awal maupun kesucian akhir, sebagai sumber peletak karakter Orang Buton. Kesucian merupakan substansi dari bhinci-bhinciki kuli yang meliputi tiga dimensi yaitu rasa, pikiran, dan fisik. Tiga dimensi kesucian menjadi dasar peneliti memformulasikan prinsip dasar etika akuntan yang sejalan dengan pandangan Islam yaitu iman-ilmu-amal serta dengan perspektif kebudayaan yaitu nilai-gagasan-tindakan. Analisis data penelitian dengan rasa-pikiran-fisik dapat ditangkap oleh hati, akal, dan panca indera. Ketiga dimensi tersebut melekat dan tidak dapat dipisahkan hingga menyatu dalam satu formulasi. Hasil penelitian menemukan bahwa bhinci-bhinciki kuli melahirkan empat prinsip rasa yang saling merasa, yaitu rasa malu, rasa kasih sayang, rasa pelihara, dan rasa adil. Rujukan yang digunakan pada (1) Rasa Malu merupakan refleksi pomae-maeaka yang berorientasi pada prinsip dasar etika akuntan dalam “menjaga” dirinya pada ke-malu-an, (2) Rasa Kasih Sayang merupakan refleksi pomaa-maasiaka yang berorientasi pada prinsip dasar etika akuntan dalam “menciptakan” kasih sayang, (3) Rasa Pelihara merupakan refleksi popia-piara yang berorientasi pada prinsip dasar etika akuntan dalam “memelihara” kehidupan, dan (4) Rasa Adil merupakan refleksi poangka-angkataka sebagai tujuan dari satu rasa (keseimbangan) yang berorientasi pada prinsip dasar etika akuntan menuju rasa yang satu. Keempat rasa tersebut kemudian hadir dalam tiga dimensi kesucian yaitu rasa, pikiran, dan fisik sehingga formulasi prinsip dasar etika akuntan yang ada merupakan representasi rasa Illahiyah yang dalam istilah Buton disebut namisi yitu kawuni-wunina Opu.
English Abstract
The purpose of this research is to formulate the basic principles for accountant’s ethics based on bhinci-bhinciki kuli, the philosophy of Buton people’s life. The methodological approach is rested on the said philosophy materialized into sara pataanguna, which consists of (1) pomae-maeaka, which means the feeling of shame to each other upon doing unethical conducts; (2) pomaa-maasiaka, which means loving each other; (3) popia-piara, which means caring for each other; and (4) poangka-angkataka, which means elevating each other’s honor. All of these components unite in the tradition of kangkilo, holiness in both the beginning and the end, the source of Buton people’s characteristics. Such holiness is the substance of bhinci-bhinciki kuli, which encompasses three dimensions: sense, thought, and physicality. These dimensions are the bases of this research in formulating the basic principles of accountant’s ethics that goes along with an Islamic view of faith-knowledge-doing and with a cultural perspective of value-idea-action. The analysis on the research data using sense-thought-physicality can be perceived by heart, logic, and the five senses. These three dimensions are attached and inseparable, uniting into a formulation. This study finds that bhinci-bhinciki kuli gives birth to four principles of sense that sense each other; they are shame, compassion, caring, and fairness. The sense of shame is the reflection of pomae-maeaka, which is oriented to the basic principle of accountant’s ethics of shielding ones’ self from disgrace. The sense of compassion is the reflection of pomaa-maasiaka, which is oriented to the basic principle of accountant’s ethics of creating love. The sense of compassion is the reflection of popia-piara, which is oriented to the basic principle of accountant’s ethics of nurturing life. The sense of fairness is the reflection of poangka-angkataka as the goal of being in one perception (in balance), which is oriented to the basic principle of accountant’s ethics of heading to the one feeling. These four senses are then present in the three dimensions of holiness: sense, thought, and physicality; by which the appearing accountant’s sense is the representation of divine perception, which in Butonese term is called as namisi yitu kawuni-wunina Opu.
Item Type: | Thesis (Magister) |
---|---|
Identification Number: | 0423020140 |
Uncontrolled Keywords: | prinsip dasar etika akuntan, bhinci-bhinciki kuli, ke-makara |
Divisions: | S2/S3 > Magister Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis |
Depositing User: | Unnamed user with username nova |
Date Deposited: | 31 Jan 2024 08:10 |
Last Modified: | 31 Jan 2024 08:10 |
URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/215164 |
Text (DALAM MASA EMBARGO)
Wa Ode Endiaverni.pdf Restricted to Registered users only Download (4MB) |
Actions (login required)
View Item |