Reproduksi Budaya Macapat di Polowijen: Studi Kasus Inisiasi Seni Tembang Macapat di Kampung Budaya Polowijen Malang.

Wulandari,, Vina Dwi Setyaningrum. (2023) Reproduksi Budaya Macapat di Polowijen: Studi Kasus Inisiasi Seni Tembang Macapat di Kampung Budaya Polowijen Malang. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Kota Malang juga dijuluki sebagai kota pariwisata dengan memiliki potensi kekayaan akan budaya untuk dijadikan tempat wisata. Terdapat banyak warisan budaya berupa bahasa, karya seni, dan budaya yang menjadi identitas dari masyarakat Malang. Dari sekian banyak tempat wisata di Kota Malang, terdapat kampung tematik yang memiliki tema tentang seni dan budaya yaitu Kampung Budaya Polowijen. Dalam pembentukannya tentu membutuhkan pemerhati dan pelaku seni sebagai inisiator dan sebagai pelestari budaya Malang tersebut. Konsep pembentukan yang diusung oleh Kampung Budaya Polowijen ini menggunakan konservasi nilai dan warisan budaya dengan terbukanya pola pikir masyarakat Polowijen untuk menjaga budaya, salah satunya tembang macapat. Kampung Budaya Polowijen rutin melaksanakan acara seni tembang macapat dengan nama STMJ (Sinau Tembang Macapat Jawa) sejak tahun 2018. Sinau tembang macapat ini sebagai upaya Ki Demang, Ki Suryono, dan masyarakat KBP yang terlibat mereproduksi macapat untuk dihadirkan di Kampung Budaya Polowijen Malang di masa kini. Penelitian ini dilaksanakan di Kampung Budaya Polowijen, Kelurahan Polowijen, Kota Malang. Metode penelitian yang digunakan adalah metode etnografi, dengan proses pencarian data berupa observasi partisipasi, wawancara yang terbagi atas wawancara terstruktur dan tidak terstruktur. Pemilihan informan mencakup tiga kategori yang berdasarkan masyarakat Kampung Budaya Polowijen, elit politik, dan non-masyarakat Kampung Budaya Polowijen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tembang macapat dianggap sebagai kebudayaan autentik oleh aktor pendatang. Tembang macapat direproduksi ke Polowijen, lebih tepatnya ke Kampung Budaya Polowijen sebab tembang macapat masuk ke Kampung Budaya Polowijen diinisiasi oleh aktor sosial yang mana adalah dalang, yaitu Ki Demang dan Ki Suryono merupakan orang-orang yang memiliki pemahaman mendalam tentang budaya Jawa Tengah yang bermigrasi ke Polowijen. Namun dalam prosesnya tidak dibawa mentah-mentah tetapi ditemukan kembali di Polowijen dengan cara bahasa yang disesuaikan.

English Abstract

The city of Malang is also nicknamed as a tourism city with the potential for rich culture to become a tourist attraction. There is a lot of cultural heritage in the form of language, works of art and culture that have become the identity of the Malang people. Of the many tourist attractions in Malang City, there are thematic villages which have themes about art and culture, namely Kampung Budaya Polowijen. In its formation it certainly requires art observers and practitioners as initiators and as preservers of Malang culture. The concept of formation promoted by the Kampung Budaya Polowijen using conservation of cultural values and heritage by opening the mindset of the Polowijen people to maintain culture, one of them tembang macapat. Kampung Budaya Polowijen regularly holds art events tembang macapat with the name STMJ (Sinau Tembang Macapat Jawa) since 2018. Sinau tembang macapat is an efoort by Ki Demang, Ki Suryono, and the KBP community who are involved in reproducing macapat to be presented at the Kampung Budaya Polowijen in the present. This research was carried out in the Kampung Budaya Polowijen, Polowijen Village, Malang City. The research method used is ethnographic metjod, with the data search process in the form of participatory observation, interviews divided into stuctured and unstructured interviews. The selection of informants included three categories based on the Kampung Budaya Polowijen community, political elite, and non-community communities of the Kampung Budaya Polowijen. The research results show that Tembang Macapat is considered as an authentic culture by immigrant actors. Tembang macapat was reproduced in Polowijen, more precisely in the Kampung Budaya Polowijen because tembang macapat entered the Kampung Budaya Polowijen, initiated by social actors, namely dalang, namely Ki Demang and Ki Suryono are people who have a deep understanding of Central Javanese culture who migrated to Polowijen. However, in the process it was not broyghy raw but was rediscovered in Polowijen by means of an adapted language.

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: 0523120075
Uncontrolled Keywords: Reproduksi, Tembang Macapat, Inisiasi, Polowijen
Divisions: Fakultas Ilmu Budaya > Antropologi Budaya
Depositing User: agung
Date Deposited: 30 Jan 2024 05:49
Last Modified: 30 Jan 2024 05:49
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/214791
[thumbnail of DALAM MASA EMBARGO] Text (DALAM MASA EMBARGO)
Vina Dwi Setyaningrum Wulandari.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (4MB)

Actions (login required)

View Item View Item