Penerapan Mubadalah terhadap Keluarga Perempuan Buruh Batik Rumahan di Kota Pekalongan untuk Mencegah Marital Rape

Latifah, Nurul and Dr. Dra. Alifiulahtin Utaminingsih, M.Si and Dr. Dra. Eti Setiawati, M.Pd. (2023) Penerapan Mubadalah terhadap Keluarga Perempuan Buruh Batik Rumahan di Kota Pekalongan untuk Mencegah Marital Rape. Magister thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Dalam hukum Islam, perkawinan memiliki makna sebagai perjanjian sangat erat (mitsaqan ghalidhan) untuk membentuk keluarga dalam menjalankan perintah Allah. Hadirnya kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) membuat tujuan perkawinan menjadi tidak tercapai sehingga negara menerapkan UU No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (UU PKDRT). Salah satu bentuk KDRT yang masih belum dikenal masyarakat adalah marital rape. Istilah ini menurut Komnas Perempuan adalah hubungan seksual suami istri dengan kekerasan, paksaan, ancaman atau dengan cara yang tidak dikehendaki pasangannya masing-masing. Secara sosiologis, marital rape masih dipandang tabu, sebab adanya dominasi patriarki yang membuat istri untuk tunduk dan patuh pada suami. Pemahaman parsial terhadap teks agama juga memunculkan pandangan bahwa perkawinan adalah akad kepemilikan perempuan untuk laki-laki. Superioritas laki-laki dalam seksualitas ini secara intrinsik terdapat dalam interpretasi UU Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam mengenai relasi suami istri. Penelitian ini bertujuan mengkonstruksi pemahaman konsep mubadalah dan menganalisis upaya penerapan mubadalah terhadap keluarga perempuan buruh batik rumahan di Kota Pekalongan untuk mencegah marital rape. Metode penelitian ini adalah kualitatif dengan studi kasus. Data primer diperoleh melalui wawancara, kuesioner dan observasi terhadap keluarga perempuan buruh batik rumahan, tokoh agama dan akademisi, serta data sekunder berasal dari dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mubadalah dipahami para informan sebagai relasi kesalingan dalam rumah tangga, namun keluarga perempuan buruh batik rumahan di Kota Pekalongan masih menilai KDRT hanya sebatas kekerasan fisik saja sehingga konsep marital rape sebagai kekerasan seksual belum dipahami dengan baik terutama di Pekalongan Selatan yang memiliki kultur agamis. Upaya penerapan mubadalah dalam keluarga perempuan buruh batik rumahan di Kota Pekalongan ditandai dengan pembagian tugas domestik, kepemimpinan keluarga, pengambilan keputusan, masalah kontribusi ekonomi serta upaya pencegahan KDRT. Sosialisasi upaya penerapan mubadalah serta bahan referensi kebijakan pemberdayaan pekerja informal diperlukan untuk mencegah marital rape.

English Abstract

In Islamic law, marriage has the meaning of a very close agreement (mitsaqan ghalidhan) to form a family in carrying out God's commands. The presence of domestic violence damages the purpose of marriage, so the state implemented Law No. 23 of 2004 concerning the Elimination of Domestic Violence (UU PKDRT). One form of domestic violence that is still unknown to the public is marital rape. According to the National Commission on Violence Against Women, this term is sexual relations between husband and wife using violence, coercion, threats, or in a way that neither partner desires. Sociologically, marital rape is still considered taboo, because of patriarchal domination which makes wives submit and obey their husbands in any conditions. A partial understanding of religious texts also gives rise to the view that marriage is a contract of ownership between a woman and a man. This male superiority in sexuality is also intrinsically found in the interpretation of the Marriage Law and the Compilation of Islamic Law regarding husband and wife relations. This research method is qualitative with case studies. Primary data was obtained through interviews, questionnaires and observations of the families of female home-based batik workers, religious figures and academics, as well as secondary data originating from documentation. The results show that mubadalah is understood by informants as a mutual relationship within the household, but the families of female home-based batik workers in Pekalongan City still consider domestic violence to be limited to physical violence so that the concept of marital rape as sexual violence is not well understood, especially in South Pekalongan which has religious culture. Efforts to implement mubadalah in the families of female home-based batik workers in Pekalongan City are characterized by the division of domestic tasks, family leadership, decision making, issues of economic contribution and efforts to prevent domestic violence. Socialization of efforts to implement mubadalah as well as reference materials for policies on empowering informal workers are needed to prevent marital rape.

Item Type: Thesis (Magister)
Identification Number: 023
Uncontrolled Keywords: mubadalah, perempuan buruh batik rumahan, marital rape-women batiks homeworkers, mubadalah, marital rape
Divisions: Program Pascasarjana > Magister Kajian Perempuan, Program Pascasarjana
Depositing User: soegeng sugeng
Date Deposited: 26 Jan 2024 07:20
Last Modified: 26 Jan 2024 07:20
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/214383
[thumbnail of DALAM MASA EMBARGO] Text (DALAM MASA EMBARGO)
Nurul Latifah.pdf
Restricted to Registered users only

Download (2MB)

Actions (login required)

View Item View Item