Arsy, Muh Agiel Dian (2023) Multivokalitas Tradisi Ojhung di Desa Bugeman Kecamatan Panarukan Kabupaten Situbondo,. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Tradisi ojhung merupakan ritual peminta hujan dan menghindari carok. Tradisi ini pertama kali dilaksanakan di pulau Madura dan menyebar ke berbagai daerah melaui migrasi masyarakat Madura ke berbagai daerah di Jawa Timur. Di Situbondo sendiri, tradisi ojhung merupakan tradisi yang masih di jalankan hingga saat ini dan masih menggunakan cara dari nenek moyang mereka. Dibalik Situbondo memiliki kepercayaan dan nilai islam yang kuat, tradisi ini beriringa masih dijalankan melalui proses akulturasi antara tradisi lokal dan nilai Islam. Peneliti melihat tradisi ojhung melalui pemaknaan multivokal dari masyarakatnya untuk keberlanjutan dari tradisi ojhung. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode etnografi. melalui pendekatan observasi-partisipasi, wawancara mendalam, dokumentasi dan kajian literatur. Penulis menggunakan teori akulturasi dari Koentjaraningrat dan teori multivokal dari Andrew Beatty sebagai dasar analisis penelitian ini. Penelitian ini menyoroti tradisi ohung pada masyarakat Desa Bugeman yang memadukan antara tradisi lokal Madura dan nilai Islam. Keadaan ini bertujuan agar tradisi ojhung tidak saling bersingungan dengan agama mayoritas yaitu, Islam. Masyarakat disana melihat tradisi ojhung secara multivokal, sehingga tradisi masih tetap berlanjut dan dilakukan hingga saat ini. Multivokal disini dapat melihat dan persepsi masyarakat terhadap tradisi yang sinkretis.
English Abstract
The ojhung tradition is a ritual of asking for rain and avoiding carok. This tradition was first implemented on the island of Madura and spread to various regions through the migration of Madurese people to various areas in East Java. In Situbondo itself, the ojhung tradition is a tradition that is still carried out today and still uses the methods of their ancestors. Behind Situbondo's strong Islamic beliefs and values, this tradition is still carried out through a process of acculturation between local traditions and Islamic values. Researchers look at the ojhung tradition through the multivocal meaning of the people for the continuity of the ojhung tradition. This research uses a qualitative approach with ethnographic methods. through a participant-observation approach, in-depth interviews, documentation and literature review. The author uses Koentjaraningrat's acculturation theory and Andrew Beatty's multivocal theory as the basis for the analysis of this research. This research highlights the ohung tradition of the Bugeman Village community which combines local Madurese traditions and Islamic values. This situation aims to ensure that the ojhung tradition does not come into conflict with the majority religion, namely Islam. The people there see the ojhung tradition as multivocal, so the tradition still continues and is carried out to this day. Multivocals here can see and perceive society towards syncretic traditions.
| Item Type: | Thesis (Sarjana) |
|---|---|
| Identification Number: | 0523120023 |
| Uncontrolled Keywords: | tradisi ojhung, akulturasi budaya, multivokalitas |
| Divisions: | Fakultas Ilmu Budaya > Antropologi Budaya |
| Depositing User: | agung |
| Date Deposited: | 26 Jan 2024 01:28 |
| Last Modified: | 29 Oct 2024 09:27 |
| URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/214161 |
![[thumbnail of DALAM MASA EMBARGO]](http://repository.ub.ac.id/style/images/fileicons/text.png) |
Text (DALAM MASA EMBARGO)
Muhammad Agiel Dian Arsy.pdf Restricted to Repository staff only Download (2MB) |
Actions (login required)
 |
View Item |