Kualitas dan Proporsi Spermatozoa X dan Y setelah Proses Sexing Menggunakan Metode Sedimentasi yang Berbeda 2 Gradien pada Sapi Friesian Holstein”.

Fatoni, Ahmad and Prof. Dr. Ir. Trinil Susilawati,, MS., IPU., ASEAN Eng. (2024) Kualitas dan Proporsi Spermatozoa X dan Y setelah Proses Sexing Menggunakan Metode Sedimentasi yang Berbeda 2 Gradien pada Sapi Friesian Holstein”. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Pemanfaatan teknologi sexing merupakan pilihan tepat untuk mendukung peran IB dalam rangka meningkatkan efisiensi usaha peternakan dengan pengaturan jenis kelamin sesuai yang diinginkan. Salah satu metode sexing yang banyak digunakan adalah metode sedimentasi albumin yang didasari oleh perbedaan motilitas spermatozoa Y yang lebih cepat bergerak ke bawah (endapan) dibandingkan dengan spermatozoa X yang berada di atas (supernatan). Proses sexing dibutuhkan medium sebagai pemisah dan pengencer untuk mempertahankan kualitas semen hasil sexing. Medium sexing dapat berupa bovine serum albumin dan putih telur. BSA efektif menghasilkan proporsi spermatozoa Y 85% dan X 15%, tetapi memiliki harga yang mahal. Oleh karena itu, perlu alternatif lain berupa putih telur yang dapat dijadikan sebagai medium pemisah. Putih telur mampu memisahkan spermatozoa Y pada lapisan bawah 75,8% dan lebih efisien karena lebih murah dibandingkan BSA. Akan tetapi, putih telur dapat menyebabkan membran spermatozoa mengalami kerusakan dan menurunkan kualitas spermatozoa hasil sexing. Sedangkan, pengencer dapat berupa biomed dan skim milk dengan tambahan kuning telur sebagai sumber nutrisi spermatozoa dan melindungi spermatozoa dari cold shock. Skim milk memiliki kasein yang dapat melindungi spermatozoa selama penyimpanan pada suhu rendah saat pembekuan. Penggunaan pengencer yang tepat turut berperan untuk menentukan kualitas semen beku yang dihasilkan karena pengencer dapat membantu memperpanjang hidup spermatozoa. Tujuan penelitian ini mengetahui kualitas dan proporsi spermatozoa X dan Y pada proses sexing menggunakan metode sedimentasi yang berbeda pada sapi Friesian Holstein. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Produksi Balai Inseminasi Buatan Lembang untuk proses dan uji kualitas semen sexing pada tanggal 10 Agustus hingga 24 September 2023. Sedangkan, uji proporsi semen beku sexing dilakukan di Laboratorium Reproduksi Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya pada tanggal 26 September hingga 19 Oktober 2023. Materi yang digunakan adalah semen segar sapi FH produksi BIB Lembang, yaitu 1) Flate, kode 314113, berat 950 Kg, umur 9 tahun. 2) Flanggo, kode 314115, berat 943 Kg, umur 9 tahun. 3) C. O. Superson, kode 316124, berat 995 Kg, umur 7 tahun. 4) C. O. Shooter, kode 316127, berat 1055 Kg, umur 7 tahun. Semen yang digunakan memiliki kriteria motilitas massa ≥2+, motilitas individu ≥70% dan penampungan dilakukan dua kali seminggu. Metode yang digunakan adalah eksperimental laboratorium dengan dua perlakuan dan 13 ulangan yaitu P0 : gradien sedimentasi bovine serum albumin 2 gradien dengan inkubasi selama 45 menit, suhu 37oC dan sentrifugasi 1800 rpm selama 10 menit,pengencer biomed sebagai kontrol dan P1 : gradien sedimentasi putih telur 2 gradien dengan inkubasi selama 20 menit, suhu 37oC dan sentrifugasi 1500 rpm selama 5 menit, pengencer skim milk. Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah kualitas spermatozoa setelah sexing, yaitu motilitas, viabilitas, abnormalitas, konsentrasi, total spermatozoa motil dan proporsi spermatozoa X dan Y. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis uji paired sample t test dengan bantuan program software SPSS for windows dan Microsoft Excel. Setelah diolah, data dianalisis secara deskriptif serta dibandingkan dengan parameter penelitian sebelumnya. Untuk penentuan proporsi spermatozoa X dan Y menggunakan analisis deskriptif membandingkan penelitian sebelumnya. Hasil analisis menggunakan uji paired sample t test menunjukkan bahwa perbedaan metode sedimentasi memberikan hasil yang berbeda nyata (P≤0,05) terhadap motilitas, viabilitas, konsentrasi dan TSM pada lapisan atas dan bawah. Sedangkan, pada abnormalitas memberikan hasil yang tidak berbeda nyata (P≥0,05) pada lapisan atas dan bawah. Hasil proporsi yang diperoleh menunujukkan semua perlakuan lebih rendah dari nilai harapan 80%. Kesimpulan dari penelitian ini adalah sexing menggunakan medium BSA dengan biomed memberikan kualitas terbaik dibandingkan putih telur dengan pengencer skim milk meliputi motilitas ((X 72,3%, Y, 70,8%), (X 68,0% dan 67,1%)), viabilitas ((X 83,58%, Y 81,54%), (X 80,19%, Y 75,96%)), abnormalitas ((X 1,35%, Y 1,31%), (X 1,46%, Y 1,58%)), konsentrasi ((X 207,50 juta/ml, Y 183,36 juta/ml), (X 155,77 juta/ml dan 146,08 juta/ml)), total spermatozoa motil ((X 150,34 juta/ml, Y 133,08 juta/ml), ((X 106,52 juta/ml, Y 98,45 juta/ml)) dan proporsi ((X 70,46%, Y 70,77%), (X 66,68%, Y 68,92%). Hasil kualitas dan proporsi spermatozoa X dan Y masing-masing metode sedimentasi yang digunakan telah memenuhi syarat untuk dilanjutkan proses pembekuan semen sexing. Saran penelitian, yaitu identifikasi spermatozoa X dan Y sebaiknya menggunakan metode lain yang lebih akurat (PCR, flowcytometri, atau FISH) sehingga diperoleh persentase hasil pemisahan yang akurat maksimal serta diperlukan keterampilan pipetting peneliti yang sangat menentukan keberhasilan proses pemisahan ditinjau dari hasil motilitas, konsentrasi dan proporsi yang seimbang antara lapisan atas dan bawah.

English Abstract

The study aims to analyze the quality and proportion of sexed spermatozoa using the different sedimentation methods with 2 gradient. The research material used was fresh semen from Friesian Holstein bull produced Lembang Artificial Insemination Center, aged seven to nine years, with a body ≥900 kg and fresh semen quality progressive motilty ≥70%. The research method used was laboratory experimental were divided into two treatments consist of T0: gradient sedimentation albumin + biomed and T1: gradient sedimentation egg white + skim milk. Research variable included motility, viability, abnormality, concentration, total motile spermatozoa and proportion of spermatozoa X and Y. The result showed that sexing sedimentation bsa + biomed and sedimentation egg white + skim milk resulted in motility ((X 72,3%, Y, 70,8%), (X 68,0% dan 67,1%)), viability ((X83,58%, Y 81,54%), (X 80,19%, Y 75,96%)), abnormality ((X 1,35%, Y 1,31%), (X 1,46%, Y 1,58%)), concentration ((X 207,50 million/ml, Y 183,36 million/ml), (X 155,77 million/ml dan 146,08 million/ml)), total motile spermatozoa ((X150,34 million/ml, Y 133,08 million/ml), ((X 106,52 million/ml, Y 98,45 million/ml)) and proportion ((X 70,46%, Y 70,77%), (X 66,68%, Y 68,92%)). The conclusion of the study is the sexing using sexing medium with BSA provides the best quality compared to egg white medium with skim milk diluent in terms of quality and proportion of X and Y spermatozoa.

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: 0524050004
Uncontrolled Keywords: Biomed, Sexed Sedimentation Method, Skim Milk, White Egg
Divisions: Fakultas Peternakan > Peternakan
Depositing User: Unnamed user with username nova
Date Deposited: 29 Jan 2024 08:32
Last Modified: 29 Jan 2024 08:32
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/213722
[thumbnail of Ahmad Fatoni.pdf] Text
Ahmad Fatoni.pdf

Download (3MB)
[thumbnail of DALAM MASA EMBARGO] Text (DALAM MASA EMBARGO)
Ahmad Fatoni.pdf
Restricted to Registered users only

Download (3MB)

Actions (login required)

View Item View Item