Reklamasi Modern Pantai Indah Kapuk dan Dampaknya Terhadap Masyarakat Pesisir Muara Angke di Teluk Jakarta

Arinahaten, Meywa Ajeng and Hatib Abdul Kadir, P.hD (2022) Reklamasi Modern Pantai Indah Kapuk dan Dampaknya Terhadap Masyarakat Pesisir Muara Angke di Teluk Jakarta. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Kawasan pesisir memang selalu menyimpan potensi yang sangat menguntungkan. Hal ini sebagaimana yang terjadi di Teluk Jakarta bahwa hegemoni pembangunan reklamasi sangat gencar dilakukan dari era pemerintahan Soeharto. Rencana itu juga bertujuan untuk menanggulangi masalah di Jakarta yang tidak pernah habis dari narasi banjir, kemacetan, ledakan populasi, hingga tenggelamnya pesisir Jakarta. Dari kehawatiran tersebut menghasilkan rencana 17 pulau hingga reklamasi Giant sea wall yang akan terbentang luas di Teluk Jakarta. Akan tetapi, kawasan pesisir bukanlah kawasan mati yang tak berpenghuni. Ratusan penduduk nelayan Muara Angke yang tinggal tidak jauh dari rencana reklamasi nyatanya juga bermukim dan hidup disana. Kehidupan sehari-harinya pun sangat bergantung dengan lautan. Proyek reklamasi yang sudah terbangun justu dijadikan kawasan real estate yang sangat eksklusif. Perbedaan kepentingan inilah yang menciptakan konflik laten antara warga dengan pemerintah. Meskipun reklamasi tidak dilanjutkan, hingga kini dampaknya sangat signifikan merusak perairan hingga menciptakan masalah ekonomi dan ketimpangan sosial. Dengan tulisan ini, saya akan membuktikan penelitian melalui teori Creative Destruction, sebuah fenomena sosial dimana upaya pembangunan (creative) justru menciptkan kerusakan (destruction) di belakangnya. Alih-alih melakukan reklamasi yang inklusif, kini pulau justru terbentuk menjadi kawasan eksklusif bagi segelitir elite saja. Disinilah fenomena sosial dipertaruhkan, dilema reklamasi antara “pembangunan atau pengembangan” menjadi representasi dari keberpihakan pemerintah di pesisir Teluk Jakarta.

English Abstract

Coastal areas always have very profitable potential. This is similar to what happened in Jakarta Bay where the hegemony of reclamation development has been intensively carried out since the Soeharto era. The plan also aims to tackle problems in Jakarta that never end, from narratives of floods, traffic jams, population explosions, to the sinking of Jakarta's coast. From these concerns resulted in plans for 17 islands to the reclamation of the Giant sea wall which will spread widely in Jakarta Bay. However, the coastal area is not an uninhabited dead area. Hundreds of fishermen from Muara Angke who live not far from the reclamation plan in fact also live and live there. Their daily life is very dependent on the ocean. The reclamation project that has been built has turned into a very exclusive real estate area. This difference in interests creates a latent conflict between citizens and the government. Although the reclamation is not continued, until now the impact is very significant in damaging the waters to create economic problems and social inequality. With this paper, I will prove my research through the theory of Creative Destruction, a social phenomenon in which developmental efforts (creative) actually create destruction (destruction) behind it. Instead of carrying out inclusive reclamation, now the island has become an exclusive area for only a few elites. This is where social phenomena are at stake, the reclamation dilemma between "development or development" is a representation of the government's alignment on the coast of Jakarta Bay.

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: 052212
Uncontrolled Keywords: Reklamasi, Pembangunan, Pengembangan, Kerusakan.
Divisions: Fakultas Ilmu Budaya > Antropologi Budaya
Depositing User: Endang Susworini
Date Deposited: 31 Jan 2024 02:24
Last Modified: 31 Jan 2024 02:24
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/213570
[thumbnail of DALAM MASA EMBARGO] Text (DALAM MASA EMBARGO)
Meywa Ajeng Arinahaten.pdf
Restricted to Registered users only

Download (2MB)

Actions (login required)

View Item View Item