Kajian Diversifikasi Tempe Nonkedelai

ROOSMA AURINI SAFIRA, MUJAHIDAH and Mochamad Nurcholis,, S.T.P., M.P., Ph.D. (2023) Kajian Diversifikasi Tempe Nonkedelai. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Dinamika harga kedelai yang naik-turun setiap tahunnya memunculkan pilihan berupa produksi tempe dari bahan nonkedelai. Penelitian tempe nonkedelai masih terbatas dan belum ada yang membahas tentang persebaran tempe nonkedelai di Indonesia, terutama di luar Pulau Jawa. Oleh karena itu, penelitian ini berfokus pada eksplorasi penelitian terdahulu tentang tempe nonkedelai dalam 10 tahun terakhir, yang ditunjang dengan survei kualitatif terkait diversifikasi tempe nonkedelai untuk mengetahui opini dan persepsi dari sebagian masyarakat. Perkiraan persebaran tempe nonkedelai yang dibahas dalam penelitian ini terdiri dari wilayah yang masih aktif dan wilayah yang sudah tidak ada penjualan tempe nonkedelai di lingkungan masyarakat. Metode penelitian yang digunakan antara lain metode studi kepustakaan dan survei kualitatif, yang dilakukan secara dalam jaringan. Studi kepustakaan dilakukan dengan membaca literatur dari buku, jurnal, skripsi, tesis, disertasi, dan internet, yang kemudian diseleksi. Survei kualitatif dilakukan dengan menggunakan kuesioner dengan aplikasi Google Forms sebagai metode pengumpulan data, dengan pelaksanaan survei menggunakan tipe survei probabilitas berupa simple random sampling. Penelitian ini menggunakan variabel bebas berupa identitas responden serta variabel terikat berupa pengetahuan tentang tempe secara umum, pengetahuan tentang tempe nonkedelai, serta opini dan persepsi tentang diversifikasi tempe nonkedelai. Hasil pelaksanaan menunjukkan kedua metode penelitian mengalami modifikasi prosedur. Modifikasi ini menyesuaikan tingkat relevansi dan saran dari tenaga ahli agar hasil yang diperoleh dapat dipertanggungjawabkan. Data hasil survei terdiri dari dua jenis, yaitu data hasil simulasi survei dan data hasil survei kualitatif. Data hasil survei digunakan untuk perbaikan draf kuesioner. Data hasil survei kualitatif dan studi kepustakaan menunjukkan bahwa jawaban responden pada survei kualitatif telah dilakukan penelitian ilmiah oleh beberapa penelitian terdahulu. Responden yang mengetahui tempe nonkedelai yaitu 51,3%. sedangkan responden yang mengetahui tempe secara umum yaitu 99,7%. Terdapat perbedaan pendapat terkait penting-tidaknya diversifikasi tempe nonkedelai (rasio penting dan tidak penting yaitu 72,0%:12,0%). Menurut responden, rasa tempe (60,0%) merupakan faktor paling dominan yang mempengaruhi konsumsi tempe. Saran dari responden antara lain meningkatkan sosialisasi tempe nonkedelai dan kemiripan faktor organoleptik tempe nonkedelai terhadap tempe kedelai. Perkiraan persebaran tempe nonkedelai didominasi oleh wilayah Pulau Jawa, yang persebarannya tidak merata untuk satu kota atau kabupaten. Tempe nonkedelai pernah dan sampai sekarang masih dijual di luar Pulau Jawa, seperti Provinsi Aceh, Bali, Kalimantan Timur, dan Sulawesi Selatan. Penelitian tempe nonkedelai selain yang telah disebutkan pada analisis survei kualitatif menunjukkan adanya perkembangan pesat dalam 10 tahun terakhir, terutama pada tempe nonkacang. Saran dari penelitian ini untuk penelitian yang akan datang adalah melakukan sosialisasi dan standardisasi tata cara uji validitas dan uji reliabilitas, baik dengan sistem skor maupun secara visual. Selain itu, diperlukan penelitian lanjutan terkait perkiraan persebaran tempe nonkedelai dengan kriteria responden yang lebih spesifik pada domisili responden.

English Abstract

The dynamic of soybean’s price that is fluctuating every year gives alternative, such as tempeh production from non-soybean. Research about nonsoybean tempeh is still limited and there is no prior research about distribution of non-soybean tempeh in Indonesia, particularly outside of Java Island. Therefore, this research focuses on exploration of prior research about non-soybean tempeh within last 10 years, which is supported by qualitative survey about diversification of non-soybean tempeh to discover opinions and perceptions from some community. The approximation of distribution of non-soybean tempeh in this research consist of region that is still active and region that is no longer active on selling non-soybean tempeh in the community. The research method used consists of literature review and qualitative survey, which are done online. Literature review is done by reading literature from books, journal articles, undergraduate theses, thesis, dissertations, and internet, which are selected. Qualitative survey is done by using questionnaire with Google Forms application as method of collecting data, which uses simple random sampling of probability survey. This research uses respondent’s identity as independent variable and knowledge of tempeh in general, knowledge of nonsoybean tempeh, and opinion and perception of diversification of non-soybean tempeh as dependent variables. The result of execution shows that there are modifications of procedures of both research methods. These modifications are adapted from relevancy and recommendations from experts so the results can be trusted. Survey data consists of pilot survey data and qualitative survey data. Pilot survey data is used for revision of questionnaire draft. Qualitative survey data and literature review show that there is prior research about respondents’ answers on qualitative survey. The number of respondents that know non-soybean tempeh is 51.3%, while respondents that know tempeh in general is 99.7%. There are different opinions on the importance of diversification of non-soybean tempeh (ratio of important and not important is 72.0%:12.0%). According to respondents, tempeh’s taste (60.0%) is the most dominant factor that influences tempeh consumption. Recommendations from respondents are increasing the socialization of nonsoybean tempeh and organoleptic factor similarities between non-soybean tempeh and soybean tempeh. The approximation of distribution of non-soybean tempeh is dominated by region in Java Island, with uneven distribution for the same city or regency. Non-soybean tempeh is sold in regions outside the Java Island, such as Aceh, Bali, East Kalimantan, and South Sulawesi. Research of non-soybean tempeh other than mentioned in analysis of qualitative survey show significant development within last 10 years, especially in non-legume tempeh. Recommendations from this research for the next generation of research is to socialize and standardize the procedures of validity and reliability test, both by score system and by visual. Continuous research of the approximation of distribution of non-soybean tempeh is necessary with more specific respondent criteria on respondent’s domicile.

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: 052310
Uncontrolled Keywords: diversifikasi, survei, tempe nonkedelai diversification, survey, non-soybean tempeh
Divisions: Fakultas Teknologi Pertanian > Teknologi Hasil Pertanian
Depositing User: Unnamed user with username verry
Date Deposited: 18 Jan 2024 03:24
Last Modified: 18 Jan 2024 03:24
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/211875
[thumbnail of Dalam Masa Embargo] Text (Dalam Masa Embargo)
ROOSMA AURINI SAFIRA MUJAHIDAH.pdf
Restricted to Registered users only until 31 December 2025.

Download (19MB)

Actions (login required)

View Item View Item