Pengaruh Indeks Kewirausahaan dan Risiko Produksi Terhadap Produksi dan Pendapatan Usaha Tani Tebu di Jawa Timur

MAHARANI, INTAN MEGA and Prof. Dr. Ir. Nuhfil Hanani AR, MS and Prof. Dr. Ir. Syafrial, MS (2023) Pengaruh Indeks Kewirausahaan dan Risiko Produksi Terhadap Produksi dan Pendapatan Usaha Tani Tebu di Jawa Timur. Magister thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Produksi tebu dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan baik internal maupun eksternal, sehingga rentan terhadap berbagai risiko yang dapat berdampak signifikan terhadap hasil, profitabilitas, dan keberlanjutan pertanian secara keseluruhan. Beberapa faktor dibahas disini terkait dengan faktor internal yang mempengaruhi produksi yaitu, kapasitas entrepreneurship, sedangkan terkait dengan faktor eksternal adalah perubahan iklim dan cuaca maupun serangan hama dan penyakit. Variabilitas iklim muncul sebagai faktor risiko kritis yang mempengaruhi pendapatan tebu. Perubahan suhu, pola curah hujan, dan peristiwa cuaca ekstrem dapat menyebabkan kehilangan hasil, penurunan kadar gula, dan peningkatan kerentanan terhadap hama dan penyakit, sehingga mengurangi potensi pendapatan secara keseluruhan. Hama dan penyakit diidentifikasi sebagai kontributor yang signifikan terhadap fluktuasi pendapatan dalam usahatani tebu. Wabah hama dan penyakit dapat menyebabkan kehilangan hasil dan meningkatkan biaya produksi sehingga menurunkan pendapatan petani. Selain itu, karakteristik petani Indonesia adalah, skala usaha tani yang kecil dan pengelolaan usaha tani dengan teknologi sederhana serta lebih mengandalkan pengalaman yang bersifat turun temurun. Hal-hal tersebut, menyebabkan kapasitas kewirausahaan petani cenderung tidak cukup signifikan untuk mengimbangi perubahan-perubahan dalam lingkungan usaha tani. Oleh karenanya penelitian ini menekankan pentingnya pendekatan pengelolaan usaha tani untuk meminimalkan risiko produksi dan melindungi pendapatan dengan memberikan ringkasan analisis empiris yang dilakukan untuk menilai dampak risiko produksi terhadap pendapatan tebu dan menyoroti pentingnya analisis risiko dalam pengambilan keputusan pertanian. Secara rinci, penelitian ini merumuskan beberapa tujuan, yaitu untuk (1) mengidentifikasi dan mendeskripsikan indeks kewirausahaan petani tebu, (2) menganalisis tingkat risiko produksi pada usaha tani tebu, (3) menganalisis pengaruh input (luas lahan, bibit, pupuk urea, pupuk ZA, pupuk phonska, pupukvii organik, pestisida, tenaga kerja, dan indeks kewirausahaan) terhadap risiko produksi usaha tani tebu, (4) menganalisis perilaku petani terhadap risiko produksi serta menganalisis perilaku petani tersebut terhadap pengalokasian input produksi (bibit, pupuk urea, ZA, phonska, dan organik, pestisida, dan tenaga kerja), (5) menganalisis faktor (usia, pendidikan, jumlah anggota keluarga, pekerjaan diluar pertanian, dan indeks kewirausahaan) yang berpengaruh terhadap perilaku petani dalam pengambilan risiko produksi, (6) menganalisis pengaruh antara indeks kewirausahaan dan perilaku petani dalam pengambilan risiko produksi terhadap pendapatan usaha tani tebu. Penentuan lokasi dilakukan secara purposive sampling di Jawa Timur dengan pertimbangan merupakan sentra tebu di Indonesia. Penelitian mengambil enam lokasi di tiga kabupaten sentra, meliputi Kecamatan Bululawang dan Gondanglegi di Kabupaten Malang, Kecamatan Bareng dan Ngoro di Kabupaten Jombang, serta Kecamatan Wates dan Kandat di Kediri dengan jumlah responden sebanyak 344. Selanjutnya, indeks kewirausahaan petani dianalisis dengan menggunakan metode MSI terlebih dahulu untuk mengubah data ordinal menjadi interval, yang kemudian ditransformasikan kedalam bentuk indeks. Sedangkan pengukuran besaran risiko produksi digunakan coefficient of variance serta menggunakan fungsi produksi yang dikembangkan oleh Just and Pope (1979) untuk menganalisi pengaruh input terhadap risiko produksi dan perilaku petani dalam pengambilan risiko produksi. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku petani dalam pengambilan risiko produksi dianalisis menggunakan model regresi tobit serta pengaruh perilaku petani dalam pengambilan risiko produksi dan indeks kewirausahaan petani terhadap pendapatan digunakan regresi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) indeks kewirausahaan petani tebu didominasi pada level sedang hingga tinggi, (2) tingkat risiko usaha tani tebu di Kecamatan Bululawang, Kandat, Wates, Bareng dan Ngoro menunjukkan kategori risiko rendah, yaitu COV< 0,5. Sedangkan tingkat risiko Kecamatan Gondanglegi > 0,5 yang menunjukkan tingkat risiko cukup tinggi. (3) Pengaruh input terhadap risiko produksi menunjukkan pola beragam pada masing-masing lokasi penelitian sehingga masing-masing input dapat berpengaruh meningkatkan maupun menurunkan risiko produksi. Akan tetapi input indeks kewirausahaan menunjukkanviii pola yang sama disetiap lokasi penelitian, yaitu berpengaruh menurunkan risiko produksi. (4) Perilaku petani dalam pengambilan risiko didominasi oleh risk seeker sebanyak 53,78 persen dan risk averse sebanyak 46,22 persen. Kemudian, perilaku petani terhadap pengalokasian input menunjukkan pola yang beragam, petani risk seeker cenderung mengalokasikan lebih banyak input bibit, pupuk ZA, dan tenaga kerja dibandingkan petani risk averse. (5) Faktor yang berpengaruh signifikan dalam mempengaruhi perilaku petani terhadap pengambilan risiko yaitu, pengalaman usaha tani yang berpengaruh negatif terhadap perilaku dalam pengambilan risiko, sedangkan indeks kewirausahaan berpengaruh positif terhadap perilaku petani dalam menghadapi risiko (6) Petani dengan tingkat kewirausahaan tinggi dan perilaku petani dalam pengambilan risiko produksi berpengaruh signifikan positif terhadap pendapatan usaha tani tebu. Sehingga semakin tinggi tingkat kewirausahaan maka pendapatan petani juga meningkat, demikian juga dengan petani yang bersikap risk seeker memiliki peluang pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan petani risk averse. Rekomendasi dari hasil penelitian ini adalah: (1) Perlu adanya evaluasi terhadap penggunaan input produksi dari segi kuantitas, kualitas, dan teknik pengaplikasikan sehingga didapatkan informasi yang akurat terkait dosis dan teknik aplikasi yang tepat. (2) Pentingnya peningkatan kualitas kewirausahaan petani diawali dengan dukungan finansial yang tidak hanya terfokus pada input produksi, tetapi juga dukungan modal dalam mengadopsi teknologi baru, (3) penyediaan layanan guna mendukung pengindentifikasian, persiapan, perancangan, dan penerapan usaha tani yang efisien serta fasilitas pelatihan untuk mendukung pelatihan secara spesifik komoditas tebu, (4) peningkatan pemahaman penyuluh akan kewirausahaan dalam pertanian, (5) penerapan program pelatihan seimbang dengan mempertimbangkan kapasitas belajar petani, waktu yang tersedia, keterbatasan sumber daya dan hasil pembelajaran yang diinginkan, (6) penyediaan fasilitas kemitraan antara petani dan peneliti untuk bekerja sama dalam mengindentifikasi, mengembangkan dan menguji teknologi dan praktik baru untuk meningkatkan produktivitas dan profitabilitas.

English Abstract

Sugarcane production is influenced by various internal and external environmental factors, making it vulnerable to multiple risks that can significantly impact the farm's yield, profitability, and overall sustainability. Some of the factors discussed here are related to internal factors that influence production, namely, entrepreneurship capacity. In contrast, those related to external factors are climate change, weather, and pest and disease attacks. Climate variability emerges as a critical risk factor affecting sugar cane yields. Changes in temperature, rainfall patterns, and extreme weather events can lead to yield loss, reduced sugar levels, and increased susceptibility to pests and diseases, reducing overall revenue potential. Pests and diseases were identified as significant contributors to income fluctuations in sugarcane farming. Pest and disease outbreaks can cause yield loss and increase production costs, reducing farmers' income. In addition, the characteristics of Indonesian farmers are small-scale farming and agriculture management using simple technology and relying more on hereditary experience. These things cause the entrepreneurial capacity of farmers to tend to be insignificant enough to offset changes in the farming environment. This research, therefore, emphasizes the importance of a farm management approach to minimize production risk and protect income by providing a summary of the empirical analysis conducted to assess the impact of production risk on sugarcane income and highlighting the importance of risk analysis in agricultural decision-making. In detail, this study formulates several objectives, that is (1) identify and describe the entrepreneurial index of sugarcane farmers, (2) analyze the level of production risk in sugarcane farming, (3) analyze the effect of inputs (land area, seeds, urea fertilizer, ZA fertilizer, phonska fertilizer, organic, pesticide, labor, and entrepreneurship index) on the production risk of sugarcane farming, (4) analyze the behavior of farmers towards production risk and analyze the behavior of these farmers towards the allocation of production inputs (seeds, urea fertilizer, ZA,x phonska, and organic, pesticides, and labor), (5) analyze the factors (age, education, number of family members, work outside the sugarcane farming business, and entrepreneurship index) that influence the behavior of farmers in taking production risks, (6) analyze the relationship between the entrepreneurship index and behavior farmers in taking risks on sugarcane farming income. Purposive sampling was used to determine the location in East Java, the fact that this region is Indonesia's center of sugarcane production. With a total of 344 respondents, the study was conducted in six locations in three central districts, including the Bululawang and Gondanglegi Districts in the Malang Regency, Bareng and Ngoro Districts in the Jombang Regency, and the Wates and Kandat Districts in Kediri. Additionally, the MSI approach was used to assess and create an index for the farmer entrepreneurship index. The production function created by Just and Pope (1979) is used to examine the impact of inputs on production risk and farmer’s behavior of taking production risk, while the measurement of the amount of production risk employs the coefficient of variance. Using the tobit model, the determinants affecting farmer behavior were examined. The results showed that: (1) the entrepreneurship index of sugarcane farmers was dominated at medium to high levels, (2) the risk level of sugarcane farming in Bululawang, Kandat, Wates, Bareng, and Ngoro sub-districts showed a low-risk category, namely COV <0.5. Meanwhile, the risk level for Gondanglegi District is > 0.5, indicating a relatively high risk level. (3) The effect of inputs on production risk shows different patterns in each research location so that each input can increase or decrease production risk. However, the input of the entrepreneurship index shows the same pattern in each research location, namely the effect of reducing production risk. (4) The behavior of farmers in taking risks is dominated by risk seekers, as much as 53.78 percent, and risk-averse, as much as 46.22 percent. Then, the behavior of farmers towards the allocation of inputs shows various patterns, and risk seeker farmers tend to allocate more inputs of seeds, ZA fertilizer, and labor compared to risk-averse farmers. (5) Factors that have a significant effect on farmer behavior towards risk-taking, namely, a farming experience which has a negative effect on risk-taking behavior, while the entrepreneurship index has a positive effect on farmer behavior in facing risk (6)xi Farmers with a high level of entrepreneurship and farmer behavior in taking production risk has a significant positive effect on sugarcane farming income. So that the higher the level of entrepreneurship, the income of farmers also increases, and farmers who are risk seekers have higher income opportunities than risk-averse farmers. The findings of this study suggest that: (1) It is necessary to evaluate the use of inputs in terms of quantity, quality, and application techniques so that accurate information regarding dosage and proper application techniques is obtained. (2) The importance of improving the quality of farmer entrepreneurship begins with financial support that is not only focused on production inputs, but also on capital support in adopting new technologies, (3) provision of services to support the identification, preparation, design and implementation of efficient farming as well as training facilities to support sugarcane specific training, (4) increasing the understanding of extension agents on entrepreneurship in agriculture, (5) implementation of a balanced training program taking into account farmer's learning capacity, available time, limited resources and desired learning outcomes, (6) provision of partnership facilities between farmers and researchers to work together in identifying, developing and testing new technologies and practices to increase productivity and profitability.

Item Type: Thesis (Magister)
Identification Number: 042304
Uncontrolled Keywords: indeks kewirausahaan, risiko produksi, perilaku petani dalam pengambilan risiko produksi, pendapatan
Divisions: S2/S3 > Magister Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian
Depositing User: Emy Sukartini
Date Deposited: 16 Jan 2024 05:03
Last Modified: 16 Jan 2024 05:03
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/210915
[thumbnail of DALAM MASA EMBARGO] Text (DALAM MASA EMBARGO)
Intan Mega Maharani.pdf
Restricted to Registered users only until 31 December 2025.

Download (7MB)

Actions (login required)

View Item View Item