Bulan Kapitu Tengger: Upaya Negosiasi Tradisi Adat dan Pariwisata di Desa Ngadiwono, Tengger, Pasuruan.

Erlangga, Rifki Diaz and Nindyo Budi Kumoro, M.A (2023) Bulan Kapitu Tengger: Upaya Negosiasi Tradisi Adat dan Pariwisata di Desa Ngadiwono, Tengger, Pasuruan. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Seiring meningkatnya pariwisata Bromo yang ditandai dengan adanya lonjakan wisatawan yang datang dan mampu memberikan ekonomi yang tinggi. Hal ini menjadi kabar yang baik bagi masyarakat Tengger di Ngadiwono, mengingat hari ini banyak orang Ngadiwono yang mengadu nasib pada sektor ini. Namun pada sisi yang lain peningkatan wisata ini harus berhadapan dengan upacara Tengger Ngadiwono yang perlu menutup kawasan Gunung Bromo dari orang luar, yakni dalam upacara bulan Kapitu. Tradisi adat bulan Kapitu merupakan pelaksanaan tradisi adat yang dilaksanakan setiap bulan ketujuh dalam sistem kalender Tengger. Bulan Kapitu memiliki makna sebagai bulan pemuliaan alam yakni, ‘ngeleremen buana alit dan buana agung’. Ngeleremen disini artinya untuk menetralkan buana alit/jiwa manusia dan buana agung/alam semesta setelah selama 11 bulan melakukan aktivitas. Penelitian ini berupaya untuk menggali lebih dalam proses negosiasi antara kepentingan tradisi adat Bulan Kapitu dan kepentingan ekonomi pariwisata masyarakat Ngadiwono. Penelitian ini akan dilakukan di Desa Ngadiwono, Kecamatan Tosari, Kabupaten Pasuruan. Metode dalam penelitian ini, yakni menggunkan metode kualitatif dengan pendekatan etnografi. Desain penelitian ini, yaitu dilakukan dengan cara turun langsung ke lapangan dan melakukan wawancara dengan informan yang dipilih sesuai dengan kriteria penelitian. Data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan teori pengetahuan ekologis tradisional, integrasi sosial, pariwisata budaya dan negosiasi kultural. Hasil dari penelitian ini, menunjukan bahwa adanya proses negosiasi diantara pemangku adat dan masyarakat Ngadiwono terkait penutupan aktivitas pariwisata Gunung Bromo. Mengingat hari ini banyak masyarakat Ngadiwono yang berpartisipasi dalam aktivitas wisata, penutupan hanya dilakukan saat pembukaan dan penutupan bulan Kapitu saja. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa antara tradisi adat dan pariwisata di Tengger mampu berjalan secara berdampingan.

English Abstract

Along with the increase in Bromo tourism, which is marked by a surge in tourists who come and are able to provide a high economy. This is good news for the Tengger people in Ngadiwono, considering that today many Ngadiwono people are trying their luck in this sector. But on the other hand, this increase in tourism must deal with the Tengger Ngadiwono ceremony which needs to close the Mount Bromo area from outsiders, namely in the Kapitu bulan ceremony. The traditional tradition of Kapitu bulan is the implementation of traditional traditions carried out every seventh bulan in the Tengger calendar system. Kapitu bulan has a meaning as a bulan of natural breeding, namely, 'ngeleremen buana alit and buana agung'. Ngeleremen here means to neutralize buana alit / human soul and buana agung / universe after 11 bulans of activity. This research seeks to explore the negotiation process between the interests of the traditional tradition of Bulan Kapitu and the economic interests of tourism in the Ngadiwono community. This research will be conducted in Ngadiwono Village, Tosari District, Pasuruan Regency. The method in this research is to use a qualitative method with an ethnographic approach. This research design is carried out by going directly to the field and conducting interviews with informants selected according to the research criteria. The data obtained were then analyzed using the theory of traditional ecological knowledge, social integration, cultural tourism and cultural negotiation. The results of this study show that there is a negotiation process between customary stakeholders and the Ngadiwono community regarding the closure of Mount Bromo tourism activities. Considering that today many Ngadiwono people participate in tourism activities, the closure is only carried out during the opening and closing of the Kapitu bulan. Thus, it can be concluded that between customary traditions and tourism in Tengger are able to run side by side.

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: 052312
Uncontrolled Keywords: Traditional Traditions Of The Bulan Kapitu, Mount Bromo Tourism, Society Participation, Cultural Negotiations
Divisions: Fakultas Ilmu Budaya > Antropologi Budaya
Depositing User: maria
Date Deposited: 16 Jan 2024 03:35
Last Modified: 16 Jan 2024 03:35
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/210790
[thumbnail of DALAM MASA EMBARGO] Text (DALAM MASA EMBARGO)
Rifki Diaz Erlangga.pdf
Restricted to Registered users only until 31 December 2025.

Download (2MB)

Actions (login required)

View Item View Item