Peran Kelompok Tani dalam Program Keproknisasi Terhadap Pendapatan Anggotanya pada Usaha Tani Jeruk diDesa Kucur (Studi kasus di Dusun Ketohan, Desa Kucur, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang)

Lawrence, Kelvin and Dr. Setyo Yuli Handono, S.P., M.P., MBA and Medea Rahmadhani Utomo, S.P., M.Si (2023) Peran Kelompok Tani dalam Program Keproknisasi Terhadap Pendapatan Anggotanya pada Usaha Tani Jeruk diDesa Kucur (Studi kasus di Dusun Ketohan, Desa Kucur, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang). Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Dusun Ketohan termasuk salah satu dusun di Desa Kucur yang menjalankan program Keproknisasi dari pemerintah dalam rangka mensubsitusi jeruk impor sekaligus menjadi pendapatan potensial bagi petani. Namun dibandingkan dengan dusun lain, Dusun Ketohan memiliki partisipasi petani paling rendah pada tahun 2012 sejak program Keproknisasi pertama dimulai dibandingkan dengan Dusun lain di Desa Kucur. Petani di Dusun Ketohan baru berani mengikuti program Keproknisasi pada tahun 2017 setelah melihat petani sebelumnya yang terbukti berhasil dengan usaha tani jeruknya sehingga mulai tergiur dengan pendapatannya. Keberhasilan program ini tentu saja ada campur tangan dari kelompok tani, sehingga tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peran kelompok tani sebagai kelas belajar, wahana kerjasama dan unit produksi dalam program Keproknisasi terhadap pendapatan anggotanya. Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan berlokasi di Dusun Ketohan. Kriteria informan yang harus dimiliki meliputi, petani yang merupakan anggota kelompok tani Gemah Ripah II di Dusun Ketohan Kabupaten Malang dan baru mulai menjalankan program Keproknisasi pada tahun 2017. Sumber data primer dalam penelitian ini didapat melalui wawancara dengan ketua kelompok tani, sekretaris, bendahara, dan 3 anggota kelompok tani yang memulai usaha tani jeruknya pada tahun 2017. Data dikumpulkan menggunakan instrumen berupa daftar pertanyaan (kuesioner), melalui wawancara semi terstruktur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok tani telah menjalankan perannya sebagai kelas belajar, wahana kerjasama, dan unit produksi. Hal ini dapat dilihat dari peran kelompok tani sebagai kelas belajar yang berhasil memotivasi petani lain dengan keberhasilan usaha tani jeruk sehingga petani-petani yang sebelumnya ragu menjadi percaya. Perubahan ini membuat pendapatan petani juga ikut berubah, dari yang awal pendapatan Rp. 8.140.000/ha/tahun dengan usaha tani jagung menjadi Rp.33.082.000/tahun berkat usaha tani jeruk. Selain itu, peran kelompok tani sebagai wahana kerjasama juga dilakukan dengan melakukan kerjasama dengan BNI Brawijaya dalam memberikan pinjaman tanpa agunan serta dalam mengadakan Gerakan Tangkap Lalat Buah. Peran kelompok tani sebagai unit produksi juga turut membantu biaya petani yang melambung tinggi seiring dengan naiknya harga pupuk dan pestisida kimia dengan menawarkan pestisida organik yang lebih murah, sehingga petani bisa meningkatkan pendapatan mereka sebesar Rp. 2.376.000/tahun. Anggota kelompok tani sebaiknya lebih aktif dalam mengikuti pelatihan dan sharing-sharing secara rutin, agar keterampilan petani dapat terus meningkat. Pemerintah sebaiknya memperpanjang subsidi untuk komoditas jeruk karena berdasarkan hasil penelitian pada Dusun Ketohan, tanaman jeruk masih berusia muda sehingga masih membutuhkan pupuk dan pestisida secara rutin, jika kebutuhan ini tidak terpenuhi karena modal yang dibutuhkan tidak cukup, maka tanaman jeruk bisa gagal.

English Abstract

Ketohan Hamlet is one of the hamlets in Kucur Village which is running the Keproknisasi program from the government in order to substitute imported citrus as well as being a potential income for farmers. However, compared to other hamlets, Ketohan Hamlet had the lowest farmer participation in 2012 since the first Keproknisasi program started compared to other hamlets in Kucur Village. The reason most farmers refused to participate was due to limited capital and fear of failure. Farmers in Ketohan Hamlet only dared to take part in the Keproknisasi program in 2017 after seeing previous farmers who had proven successful with their citrus farming so that they began to be tempted by their income. The success of this program is of course the intervention of farmer groups both in their role in motivating and educating farmers or in establishing cooperation that has helped run the Keproknisasi program to date, so the purpose of this research is to determine the role of farmer groups as a learning class, a vehicle for work and production units in the Keproknisasi program to the income of its members. The research was conducted using a qualitative approach and located in Ketohan Hamlet. The criteria for sources that must be owned include, farmers who are members of the Gemah Ripah II farmer group in Ketohan Hamlet, Malang Regency and have just started implementing the Keproknisasi program in 2017. Primary data sources in this study were obtained through interviews with farmer group leaders, secretaries, treasurers, and 3 members of farmer groups who started their citrus farming business in 2017. Data was collected using an instrument in the form of a questionnaire (questionnaire), through semi-structured interviews, while secondary data will be obtained from observation and documentation. The results of the study stated that farmer groups had carried out their roles as learning classes, vehicles for cooperation, and production units. This can be seen from the role of farmer groups as a learning class that has succeeded in motivating other farmers with the success of citrus farming so that farmers who were previously doubtful have come to believe. This change caused farmers' income to change too, from the initial income of Rp. 8,140,000/ha/year with corn farming to Rp. 33.082.000/ha/year thanks to citrus farming. In addition, the role of farmer groups as a vehicle for cooperation is also carried out by collaborating with BNI Brawijaya in providing loans without collateral and in holding the “Gerakan Tangkap Lalat Buah”. The role of farmer groups as a production unit also helps farmers' costs which have soared in line with rising prices of fertilizers and chemical drugs by offering cheaper organic medicines, so farmers can increase their income as much as Rp. 2.376.000/year. Members of farmer groups should be more active in participating in training and sharing regularly, so that farmers' knowledge and skills can continue to increase. The government should extend subsidies for citrus commodities because based on research results in Ketohan Hamlet, citrus plants are still young so they still need fertilizers and pesticides regularly.

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: 052304
Divisions: Fakultas Pertanian > Sosial Ekonomi Pertanian
Depositing User: maria
Date Deposited: 16 Jan 2024 01:30
Last Modified: 16 Jan 2024 01:30
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/210555
[thumbnail of DALAM MASA EMBARGO] Text (DALAM MASA EMBARGO)
Kelvin Lawrence.pdf
Restricted to Registered users only until 31 December 2025.

Download (2MB)

Actions (login required)

View Item View Item