Leksikon Flora & Fauna Laut Khas Masyarakat Pesisir Pantai Ketapang Bahari (Kajian Ekolinguistik).

Sekar Lupito, Renita and Millatuz Zakiyah,, S.Pd., M.A. and Dr. Dany Ardhian,, S.Pd., M.Hum. (2022) Leksikon Flora & Fauna Laut Khas Masyarakat Pesisir Pantai Ketapang Bahari (Kajian Ekolinguistik). Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

ABSTRAK Lupito, Renita Sekar. 2022. Leksikon Flora & Fauna Laut Khas Masyarakat Pesisir Pantai Ketapang Bahari (Kajian Ekolinguistik). Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Departemen Pendidikan Bahasa, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Brawijaya. Pembimbing: Millatuz Zakiyah, S.Pd., M.A. Penguji: Dr. Dany Ardhian, S.Pd., M.Hum. Kata Kunci: Pantai Ketapang, penelitian ekolinguistik, leksikon kelautan. Dengan adanya kedekatan antara masyarakat pesisir pantai Ketapang dengan leksikon kelautan maka tujuan penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan 1) bentuk, arti leksikal, ekoleksikal flora dan fauna hasil laut dalam bahasa masyarakat Ketapang, 2) menjelaskan faktor-faktor kebertahanan leksikon flora dan fauna laut pantai Ketapang, 3) menjelaskan cara masyarakat setempat memanfaatkan fauna dan flora tersebut. Proses pengumpulan data dilakukan dengan teknik dokumentasi, wawancara, dan angket. Pada penelitian ini, peneliti melakukan wawancara langsung dibantu dengan consent form serta angket. Selanjutnya, pada tahap pengolahan data peneliti menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif yang terdiri dari lima langkah yaitu reduksi data, pengkodean data, penyajian data, analisis data, dan penarikan kesimpulan. Pada penelitian ini, peneliti berhasil mendokumentasikan sejumlah 5 leksikon berkategori fauna dan 1 leksikon berkategori flora khas masyarakat Ketapang yang memiliki kesamaan yaitu diambil pada saat air sedang surut. Ke-6 xi xi leksikon tersebut terbagi menjadi 4 medan leksikal berdasarkan common components (kesamaan komponen), yaitu: 1) berbahaya atau tidaknya; 2) cara mengkonsumsi; 3) alat penangkapan; dan 4) waktu pengambilan. Hasil dari uji vitalitas data ialah Hasil dari uji vitalitas data ialah responden pada klasifikasi berdasarkan jenis kelamin baik laki-laki maupun perempuan memiliki tingkat pemahaman yang sama yaitu 86 dan 83 % dimana angka ini termasuk dalam kategori sangat baik. Kemudian pada responden dengan rentang usia 12-17 tahun memiliki tingkat pemahaman yang sangat kurang tentang leksikon kelautan dengan presentase 50 % , sedangkan untuk rentang usia 18-40 dan 41-56 tahun memiliki tingkat pemahaman yang sangat baik tentang leksikon kelautan yaitu yaitu 95 dan 97 %. Selanjutnya merupakan responden berdasarkan pekerjaan atau status dimana pelajar memiliki tingkat pemahaman yang cukup yakni 61% dan, warga sekitar, serta nelayan memiliki tingkat pemahaman yang sangat baik yaitu 97%. Beberapa penyebab dari kurang atau cukupnya pemahaman ialah karena pada usia pelajar disekolahkan diluar kota oleh orang tuanya yang menyebabkan mereka tidak lagi membantu orang tuanya di laut, kemudian pada responden yang merupakan nelayan dengan usia 53 dan 51 tahun merupakan salah satu gambaran bahwa nelayan bukan lagi pekerjaan yang dapat ditekuni oleh muda-mudi generasi sekarang, hal ini dikarenakan banyak anak muda yang memilih merantau serta memilih pekerjaan berbeda dengan orang tuanya ataupun berkuliah diluar kota dengan jurusan yang bukan jurusan perairan maupun perikanan. Di satu sisi, ada kata-kata/leksikon yang tererosi dikarenakan kelangkaan fauna tersebut seperti ikan pai yang saat ini sudah masuk kedalam hewan yang dilindungi karena populasinya yang turun signifikan xii xii dalam 1 generasi serta habitatnya yang berada di pesisir memudahkan nelayan untuk menangkap ikan ini, bukan tidak mungkin leksikon-leksikon tersebut kemudian menghilang dan di satu sisi tumbuh kembang leksikon pengganti. Serta sebagai produk budaya leksikon laut ini sering digunakan sebagai hidangan di acara bancakan dan nyeruit.

English Abstract

ABSTRACT Lupito, Renita Sekar. 2022. Lexicon of Marine Flora & Fauna of the Coastal Community of Ketapang Bahari (Ecolinguistic Study). Indonesian Language and Literature Education Study Program, Department of Language Education, Faculty of Cultural Studies, Universitas Brawijaya. Supervisor: Millatuz Zakiyah, S.Pd., M.A. Examiner: Dr. Dany Ardhian, S.Pd., M.Hum. Keywords: Ketapang Beach, ecolinguistic research, marine lexicon. With the closeness between the coastal community of Ketapang and the marine lexicon, the purpose of this study is to describe 1) the form, lexical meaning, ecolexical flora and fauna of marine products in the language of the Ketapang, 2) explaining the survival factors of the Ketapang coastal marine flora and fauna, 3) explaining how the local community utilizes the fauna and flora. The process of collecting data was carried out by means of documentation, interviews, and questionnaires. In this study, researchers conducted direct interviews assisted with a consent form and a questionnaire. Furthermore, at the data processing stage, the researcher used a qualitative descriptive analysis technique consisting of five steps, namely data reduction, data coding, data presentation, data analysis, and drawing conclusions. In this study, the researchers succeeded in documenting 5 lexicon in the fauna category and 1 lexicon in the flora category, typical of the Ketapang community, which have one thing in common, which is taken at low tide. The 6 lexicon is xiv xiv divided into 4 lexical fields based on common components, namely: 1) whether it is dangerous or not; 2) how to consume; 3) fishing gear; and 4) time of collection. The results of the data vitality test are the results of the data vitality test are that respondents in the classification based on gender, both male and female, have the same level of understanding, namely 86 and 83% where this figure is included in the very good category. Then the respondents with an age range of 12-17 years have a very low level of understanding of the marine lexicon with a percentage of 50%, while for the age range 18-40 and 41-56 years have a very good level of understanding of the marine lexicon, namely 95 and 97 %. Next are respondents based on occupation or status where students have a sufficient level of understanding, namely 61% and, local residents, and fishermen have a very good level of understanding, namely 97%. Some of the causes of the lack or sufficient understanding are because at the age of students schooled outside the city by their parents which causes them to no longer help their parents at sea, then the respondents who are fishermen aged 53 and 51 years is one illustration that fishermen are no longer a job This is because many young people choose to migrate and choose different jobs from their parents or study outside the city with majors that are not majors in water or fisheries. On the one hand, there are words / lexicon that are eroded due to the scarcity of the fauna, such as the pie fish which is currently included as a protected animal because its population has decreased significantly in 1 generation and its habitat on the coast makes it easier for fishermen to catch this fish, isn't it? it is impossible for these lexicons to disappear and on the one hand xv xv grow and develop replacement lexicon. As well as a cultural product of the marine lexicon, it is often used as a dish at bancakan and nyeruit events.

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: 052312
Uncontrolled Keywords: Pantai Ketapang, penelitian ekolinguistik, leksikon kelautan.
Divisions: Fakultas Ilmu Budaya > Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Depositing User: Unnamed user with username saputro
Date Deposited: 12 Jan 2024 08:00
Last Modified: 12 Jan 2024 08:00
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/209441
[thumbnail of DALAM MASA EMBARGO] Text (DALAM MASA EMBARGO)
Renita Sekar.pdf
Restricted to Registered users only until 31 December 2024.

Download (2MB)

Actions (login required)

View Item View Item