Analisis Tingkat Ketahanan Pangan Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur.

SHAFIRA, DINDA ANGGIA and Deny Meitasari,, S.P., M. Sc. and Dr. Ir. Suhartini,, M.P. (2023) Analisis Tingkat Ketahanan Pangan Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

BKP (Badan Ketahanan Pangan) menggunakan GFSI (Global Food Security Index) atau indeks ketahanan pangan global sebagai acuan untuk melakukan pengukuran indeks tingkat ketahanan pangan di wilayah Indonesia. Berdasarkan data yang dipublikasi oleh GFSI maka dapat diketahui bahwa pada tahun 2021 negara Indonesia berada pada peringkat ke 69 dari 113 negara (The Economist Intelligence Unit, 2021). Kemudian BKP bekerjasama dengan WFP (World Food Programme) dalam menyusun IKP (Indeks Ketahanan Pangan) untuk menilai tingkat ketahanan pangan wilayah di Indonesia baik pada tingkat kota maupun kabupaten. Secara umum kategori tingkat ketahanan pangan yang dipublikasikan oleh BKP terdiri dari 6 macam prioritas berdasarkan skor IKP. Semakin tinggi skor IKP yang dimiliki oleh suatu wilayah maka semakin tahan pangan atau dinamakan dengan prioritas 6 dan sebaliknya. Provinsi Jawa Timur merupakan salah satu Provinsi yang ada di Indonesia dan berada pada peringkat ke-7 dari 34 Provinsi pada tahun 2021 dengan skor IKP sebesar 79,70 (Badan Ketahanan Pangan, 2021). Oleh sebab itu Provinsi Jawa Timur termasuk dalam prioritas 6 dan menunjukkan bahwa secara umum wilayah tersebut relatif sangat tahan pangan dibandingkan Provinsi lainnya yang memiliki skor IKP lebih rendah. Kelebihan yang dimiliki oleh Provinsi Jawa Timur adalah memiliki luas panen padi tertinggi yaitu 1.747.481,20 Hektar dan menghasilkan produksi padi tertinggi sebesar 9.789.587,67 ton menurut Badan Pusat Statistik tahun 2021. Namun meskipun Provinsi Jawa Timur memiliki tingkat ketahanan pangan yang tinggi, pada tahun yang sama ditemukan beberapa data yang menunjukkan adanya indikasi kerawanan pangan di wilayah tersebut. Menurut data dari Dinas Kesehatan, pada tahun 2021 Provinsi Jawa Timur memiliki balita stunting atau balita pendek rata-rata sebanyak 9,56%, rata-rata rumah tangga yang tidak memiliki akses terhadap air bersih adalah sebesar 4,98%. Jumlah penduduk miskin di Jawa Timur adalah sebesar 11,04%, serta rata-rata rasio konsumsi normatif per kapita di Jawa Timur adalah 2,74 dimana nilai tersebut lebih dari 1 sehingga dapat dikatakan bahwa Provinsi Jawa Timur mengalami defisit pangan, karena ketersediaan pangan tidak mencukupi untuk menutup kebutuhan konsumtif normative. Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Bagaimana Tahapan Penelitian untuk mengukur tingkat ketahanan pangan kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur pada masing-masing indikator yang terbentuk. dan (2) Mengukur tingkat ketahanan pangan kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur berdasarkan seluruh indikator ketahanan pangan yang terbentuk.

English Abstract

BKP (Food Security Agency) uses the GFSI (Global Food Security Index) or the global food security index as a reference to measure the food security level index in indonesia. Based on data published by GFSI, it can be seen that in 2021 the country of Indonesia is ranked 6thout of 9 out of 113 countries (The Economist Intelligence Unit, 2021). Then BKP collaborated with WFP (World Food Programme) in compiling the IKP (Food Security Index) to assess the level of regional food security in Indonesia at both the city and district levels. In general, the category of food security levels published by BKP consists of 6 types of priorities based on the IKP score. The higher the IKP score owned by a region, the more food security or called priority 6 and vice versa. East Java Province is one of the provinces in Indonesia and is ranked 7th out of 34 provinces in 2021 with an IKP score of 7 9.70 (Food Security Agency, 2021). Therefore, East Java Province is included in priority 6 and shows that in general the region is relatively very food secure compared to other provinces that have a lower IKP score. The advantage possessed by East Java Province is that it has the highest rice harvest area of 1,747,481.20 hectares and produces the highest rice production of 9. 789,587.67 tons according to the Central Bureau of Statistics in 2021. However, although East Java Province has a high level of food security, in the same year some data were found that showed indications of food insecurity in the region. According to data from the Health Office, in 20 21 East Java Provinces had stunting toddlers or short toddlers on average of 9.56%, the average household that did not have access to clean water was 4.98%. The number of poor people in East Java is 11.04%, and the average normative consumption ratio per capita in East Java is 2.74 where the value is more than 1 so it can be said that East Java Province is experiencing a food deficit. The objectives of this study are: (1) Analyzing what indicators can affect the condition of food security of districts/cities in East Java Province; (2) Measure the level of food security of regencies/cities in East Java Province on each indicator formed; and (3) Measure the level of food security of regencies/cities in East Java Province based on all food security indicators formed. The analysis method used to answer the first goal is the factor analysis method with the PCA (Principal Component Analysis) approach. The method used to answer the second question is the index calculation formula on each indicator based on the relationship of these indicators to food insecurity. Then for the method used in the third goal is the calculation formula of the composite index of all the indicators formed.

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: 052304
Divisions: Fakultas Pertanian > Agribisnis
Depositing User: Unnamed user with username chikyta
Date Deposited: 12 Jan 2024 07:54
Last Modified: 12 Jan 2024 07:54
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/209423
[thumbnail of DALAM MASA EMBARGO] Text (DALAM MASA EMBARGO)
Dinda Anggia Shafira.pdf
Restricted to Registered users only until 31 December 2025.

Download (3MB)

Actions (login required)

View Item View Item