Tingkat Keterkendalian Harga Bahan Pangan Pokok di Kabupaten Banyuwangi Triwulan I Tahun 2023.

SYAPUTRA., DHEWANGGA ARIE and Rachman Hartono,, S.P., M.P (2023) Tingkat Keterkendalian Harga Bahan Pangan Pokok di Kabupaten Banyuwangi Triwulan I Tahun 2023. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Salah satu aspek dalam ekonomi yang selalu dilakukan pemantauan oleh pemerintah secara berkala adalah harga. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), harga eceran untuk konsumsi makanan pada tahun 2022 mengalami kenaikan dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya walaupun harga beberapa komoditas di berbagai daerah ada yang mengalami penurunan maupun stabil. Pertambahan jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi meningkatkan permintaan terhadap ketersediaan bahan pangan pokok. Namun, permintaan tersebut seringkali tidak diimbangi dengan pemenuhan penawaran yang cukup. Hal tersebut berimbas pada fluktuasi harga komoditas bahan pangan pokok di pasar. Jika terjadi kelebihan pasokan maka, harga komoditas akan turun dan begitu juga sebaliknya. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi dan menganalisis tingkat keterkendalian harga bahan pangan pokok dan harga pasar di Kabupaten Banyuwangi melalui perkembangan tingkat harga dan fluktuasi harga. Tingkat harga diketahui dari harga acuan pangan oleh Badan Pangan Nasional (Bapanas). Sedangkan fluktuasi harga diketahui dari koefisien variasi yang diatur dalam Indikator Kinerja Utama (IKU) oleh Kemendag. Tingkat harga dan fluktuasi yang didapatkan akan menggambarkan stabilitas harga komoditas bahan pangan pokok dan pasar di Kabupaten Banyuwangi selama periode triwulan I tahun 2023. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dengan data sekunder time series. Penelitian difokuskan pada 10 komoditas bahan pangan pokok (daging ayam ras, telur ayam ras, kedelai impor, cabai merah, cabai rawit, bawang merah, bawang putih, tomat, wortel, dan buncis) di 5 pasar Kabupaten Banyuwangi (Pasar Induk Banyuwangi, Pasar Blambangan, Pasar Genteng I, Pasar Jajag, dan Pasar Rogojampi). Data mengenai perkembangan harga merupakan data SISKAPERBAPO yang diambil pada triwulan I, yaitu Januari – Maret 2023. Analisis mengenai keterkendalian harga bahan pangan pokok dan harga pasar dibatasi menggunakan harga acuan penjualan di tingkat konsumen dan koefisien variasi. Berdasarkan analisis tingkat harga di Kabupaten Banyuwangi, Hasil analisis menunjukkan kedelai impor mendapatkan persentase sebesar 0% jadi dapat disimpulkan bahwa tingkat harga kedelai impor di Kabupaten Banyuwangi tidak terkendali. Sedangkan pasar yang menempati persentase tingkat harga terendah adalah Pasar Jajag sebesar 55.56% artinya banyak komoditas yang berada di bawah harga acuan di pasar ini. Dan bulan Maret menjadi bulan dengan banyak komoditas berada di bawah harga acuan karena nilai persentase tingkat harganya terendah sebesar 50%. Sementara itu, berdasarkan analisis fluktuasi harga, hasil perhitungan koefisien variasi menunjukkan bahwa tomat memiliki nilai sebesar 66.67% mengindikasi bahwa tomat adalah komoditas yang paling fluktuatif di antara 10 komoditas yang lainnya. Sedangkan pasar yang menempati nilai koefisien variasi terendah adalah Pasar Jajag sebesar 80% artinya banyak komoditas yang berfluktuatif ada di pasar ini.

English Abstract

Staple food refers to the types of food that serve as the basic consumption for the human population in providing the primary source of energy and nutrition. One aspect of the economy that is regularly monitored by the government is the price of staple food. According to Badan Pusat Statistik (BPS), the retail prices for food consumption in 2022 experienced an increase compared to previous years, although the prices of some commodities in various regions have either decreased or remained stable. The increase in population and economic growth has led to an increased demand for staple food availability. However, this demand is often not met with sufficient supply. As a result, there is a fluctuation in the prices of staple food commodities in the market. If there is an oversupply, the prices of commodities will decrease, and vice versa. This research aims to identify and analyze the level of price control for staple food and market prices in Banyuwangi Regency through the development of price levels and price fluctuations. The price level is determined based on the reference prices set by the National Food Agency (Bapanas). Meanwhile, price fluctuations are assessed using the coefficient of variation, which is regulated in the Key Performance Indicators (IKU) by the Ministry of Trade. The obtained price levels and fluctuations will depict the stability of prices for staple food commodities and the market in Banyuwangi Regency during the first quarter of 2023. The data analysis method used in this research is descriptive analysis with secondary time series data. The research focuses on 10 staple food commodities (chicken meat, chicken eggs, imported soybeans, red chili peppers, cayenne peppers, shallots, garlic, tomatoes, carrots, and green beans) in 5 markets in Banyuwangi Regency (Pasar Induk Banyuwangi, Pasar Blambangan, Pasar Genteng I, Pasar Jajag, and Pasar Rogojampi). The data on price developments are obtained from the SISKAPERBAPO data for the first quarter, specifically from January to March 2023. The analysis of price control for staple food and market prices is constrained using the reference prices at the consumer level and the coefficient of variation. Based on the analysis of price levels in Banyuwangi Regency, the results indicate that imported soybeans have a percentage of 0%. Therefore, it can be concluded that the price of imported soybeans in Banyuwangi Regency is not controlled. Additionally, the market with the lowest percentage of price levels is Jajag Market, with a percentage of 55.56%, indicating that many commodities are priced below the reference price in this market. Furthermore, the month of March had a significant number of commodities priced below the reference price, as it had the lowest percentage of price levels at 50%. Based on the analysis of price fluctuations, the calculation of the coefficient of variation shows that tomatoes have a value of 66.67%, indicating that tomatoes are the most volatile commodity among the other 10 commodities. Meanwhile, the market with the lowest coefficient of variation is Jajag Market, with a value of 80%, indicating that many fluctuating commodities are present in this market.

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: 052304
Divisions: Fakultas Pertanian > Agribisnis
Depositing User: Unnamed user with username chikyta
Date Deposited: 12 Jan 2024 07:24
Last Modified: 12 Jan 2024 07:24
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/209317
[thumbnail of DALAM MASA EMBARGO] Text (DALAM MASA EMBARGO)
Dhewangga Arie Syaputra.pdf
Restricted to Registered users only until 31 December 2025.

Download (4MB)

Actions (login required)

View Item View Item