Analisis Perbandingan Tingkat Produktivitas dan Pendapatan Usahatani Tebu Pada Petani Semi Organik dengan Petani Anorganik di Desa Sumberagung, Kecamatan Wates, Kabupaten Kediri

ARUM., DEWI SEKAR and Dr. Fahriyah,, S.P., M.Si and Condro Puspo Nugroho,, S.P., M.P (2023) Analisis Perbandingan Tingkat Produktivitas dan Pendapatan Usahatani Tebu Pada Petani Semi Organik dengan Petani Anorganik di Desa Sumberagung, Kecamatan Wates, Kabupaten Kediri. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Tebu merupakan bahan baku dari gula, dimana gula adalah salah satu dari SEMBAKO sejak 1998. Sampai saat ini masih terjadi defisit gula di Indonesia. Salah satu upaya untuk meningkatkan produksi gula adalah dengan memberikan bantuan pupuk pada petani dengan harapan produktivitas tebu meningkat. Berdasarkan PERMENTAN Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2022 terjadi perubahan sistem dan pengurangan jenis pupuk bersubsidi. Salah satu pupuk yang dihapus dari daftar subsidi adalah ZA dimana petani sangat bergantung pada pupuk tersebut dalam budidayanya. Penghapusan subsidi menyebabkan harga melonjak sampai tiga kali lipat. Selain harga, penggunaan pupuk kimia yang berlebihan menyebabkan degradasi lahan yang berdampak pada penurunan produktivitas budidaya tebu. Kabupaten Kediri merupakan penghasil tebu kedua terbesar di Jawa Timur. Produksi tebu pada tahun 2022 adalah 197.409 ton. Naiknya harga pupuk anorganik banyak disiasati dengan penggunaan pupuk organik yang harganya lebih murah. Penggunaan pupuk organik di Desa Sumberagung belum maksimal karena penyerapan pupuk organik yang lebih lambat oleh tanaman. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui tingkat pendapatan dan produktivitas dari usahatani tebu yang berbeda cara pemupukannya agar menjadi pertimbangan petani dalam memutuskan penggunaan pupuk untuk usahataninya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui produktivitas dicari dengan membandingkan input dengan output dalam satu musim tanam sehingga didapatkan hasil berat tebu yang dihasilkan untuk setiap hektar lahan. Pendapatan petani dihitung dengan mengurangkan penerimaan dengan total biaya yang dikeluarkan. Selanjutnya, dilakukan analisis R/C ratio untuk mengetahui apakah usahatani yang dijalankan layak atau tidak. Untuk mengetahui apakah perbedaan produktivitas dan pendapatan kedua teknik pemupukan nyata atau tidak secara statistik dilakukan uji beda rata-rata dengan metode uji-t. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produktivitas pertanian anorganik lebih tinggi daripada pertanian semi organik yaitu rata-rata produktivitas pertanian anorganik adalah 1373,05 kwintal/Ha sedangkan produktivitas tebu petani semi organik adalah 1340,99 kwintal/Ha. Penggunaan pupuk kimia telah banyak dikurangi pada pertanian semi organik, namun penggunaan pupuk organik masih kurang dimaksimalkan oleh petani.

English Abstract

Sugarcane is sugar raw material, and sugar is one of the nine main food (SEMBAKO) since 1998. So far, there has been a deficit of sugar in Indonesia. One of the efforts to increase sugar production is to provide fertilizers subsidies. Besides PERMENTAN No. 10 of 2022 about procedures for determining and allocation and the highest retail price of subsidized fertilizers in the agricultural sector, ZA has been removed from the subsidies list and the farmers are very dependent on these fertilizers. The change in subsidies caused rising of fertilizer prices up to three times. Besides price issues, chemical fertilizer usage more than the government recommended caused land degradation and lower productivity of sugarcane. Kediri is sugarcane's second-highest producer in East Java. Sugarcane production in 2022 is 197.409 tons. The rising of fertilizers price caused a change in cultivation methods which is the substitution of chemical fertilizers with cheaper fertilizer that is organic. The use of organic fertilizer in Sumberagung Village is not yet optimal because of some weaknesses like slow-release nutrition and bulkiness. Therefore, it is important to know how semi-organic farming affects the level of productivity, cost, and income of sugarcane cultivation. This research can help farmers to consider their investation in fertilizers used. The purpose of this research is to know the average productivity by dividing the production of each land by land area. Another purpose of this research is to know the income with reduced revenue with total costs. After all the analysis is done, financial feasibility and mean the different tests will be done to prove the fact about both cultivation. The research results show that the productivity of inorganic farming is higher than semi-organic farming, namely, the average productivity of inorganic farming is 1373.05 quintals/Ha while the sugarcane productivity of semi-organic farmers is 1340.99 quintals/Ha. The use of chemical fertilizers has been greatly reduced in semi-organic farming, but the use of organic fertilizers is still not maximized by farmers.

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: 052304
Divisions: Fakultas Pertanian > Agribisnis
Depositing User: Unnamed user with username chikyta
Date Deposited: 12 Jan 2024 07:12
Last Modified: 12 Jan 2024 07:12
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/209277
[thumbnail of DALAM MASA EMBARGO] Text (DALAM MASA EMBARGO)
Dewi Sekar Arum.pdf
Restricted to Registered users only until 31 December 2025.

Download (3MB)

Actions (login required)

View Item View Item