Bariyah, Khoirul and Hatib Abdul Kadir, S.Ant M.A (2023) Rendering Technical dan Kerentanan Baru Masyarakat Pesisir Pasca Tumpahan Minyak Perusahaan Plat Merah di Laut Karawang. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Tidak ada yang pernah menyangka bahwa pada 12 Juli 2019 akan menjadi hari yang tragis bagi masyarakat pesisir Karawang. Tumpahan minyak terjadi pada pukul 01.30 WIB di lapangan YY Area 1 (YYA-1), tempat pengeboran lepas laut milik PT. Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (ONWJ) pada saat reperforasi. Akibat kegagalan saat reperforasi tersebut, muncul gelembung gas yang diikuti oleh tumpahan minyak. Tumpahan minyak ini kemudian menyebar secara signifikan sehingga mencemari perairan dan pesisir Karawang. Akibatnya, segala kegiatan perekonomian masyarakat yang berasosiasi dengan laut menjadi lumpuh. Masyarakat Desa Sungaibuntu telah mengalami kerentanan karena sistem ekonomi informal dan relasi patron-klien. Diperparah dengan insiden tumpahan minyak yang mengguncang kehidupan ekonomi masyarakat dan memperburuk kondisi ekologi desa sehingga membuat kerentanan baru. Penelitian ini bertujuan untuk menjawab permasalahan yakni bagaimana bentuk-bentuk kerentanan baru yang dialami masyarakat Desa Sungaibuntu pasca tumpahan minyak Pertamina di Laut Jawa? Dan bagaimana masyarakat kemudian menjalankan strategi baru menyikapi tumpahan minyak tersebut? Penelitian ini menggunakan landasan teori rendering technical dari Tania Murray Li dan precarity. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif melalui pendekatan etnografi dan dijelaskan secara ecocriticism untuk menarasikan kerusakan lingkungan dalam sebuah tulisan. Penelitian ini menyimpulkan bahwa teknikalisasi permasalahan telah mengabaikan aspek penghidupan berkelanjutan pasca tumpahan minyak karena setelah pekerjaan proyek selesai warga desa Sungaibuntu masih tetap tidak dapat keluar dari kerentanan. Teknikalisasi permasalahan juga mengangkat kembali konflik politik yang sempat redam pasca pemilihan kepala desa dan menghasilkan kerentanan baru. Bentuk-bentuk kerentanan baru itu adalah kompensasi tidak dapat terpenuhi sesuai janji dan pekerjaan dadakan tanpa keberlanjutan. Ditambah dengan kerentanan ekologi yang ditandai dengan kemunculan kerang hijau yang menginvasi perairan Sungaibuntu pasca insiden tumpahan minyak. Hal tersebut membuat masyarakat pesisir Sungaibuntu tidak memiliki daya tawar terhadap nasibnya yang dikelilingi oleh kerentanan secara ekonomi dan ekologi dan itu tidak dapat diselesaikan hanya dengan solusi-solusi teknis belaka.
English Abstract
No one ever thought that July 12 2019 would be a tragic day for the coastal communities of Karawang. The oil spill occurred at 01.30 WIB in the YY Area 1 (YYA-1) field, where PT. Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (ONWJ) at the time of reperforation. As a result of the failure during the reperforation, gas bubbles appeared which were followed by oil spills. This oil spill then spread significantly, polluting the waters and the coast of Karawang. As a result, all community economic activities associated with the sea are paralyzed. The people of Sungaibuntu Village have experienced vulnerability due to the informal economic system and patron-client relations. It was exacerbated by the oil spill incident which shook the community's economic life and worsened the village's ecological conditions, thus creating new vulnerabilities. This study aims to answer the problem, namely how are the new forms of vulnerability experienced by the people of Sungaibuntu Village after the Pertamina oil spill in the Java Sea? And how do people then implement a new strategy in responding to the oil spill? This study uses the theoretical basis of technical rendering from Tania Murray Li and precarity. This study uses a qualitative descriptive method through an ethnographic approach and is explained by ecocriticism to narrate environmental damage in a piece of writing. This study concludes that the technicalization of the problem has neglected aspects of sustainable livelihoods after the oil spill because after the project work is completed, the people of Sungaibuntu village are still unable to get out of their vulnerabilities. The technicalization of the problem has also raised political conflicts that had subsided after the village head election and created new vulnerabilities. The new forms of vulnerability are compensation that cannot be fulfilled according to promises and sudden work without continuity. This is coupled with ecological vulnerability which is marked by the appearance of green mussels that invade Sungai Buntu waters after the oil spill incident. This makes the Sungaibuntu coastal community have no bargaining power over their fate which is surrounded by economic and ecological vulnerabilities and this cannot be solved only by mere technical solutions.
| Item Type: | Thesis (Sarjana) |
|---|---|
| Identification Number: | 052312 |
| Uncontrolled Keywords: | tumpahan minyak, pencemaran, teknikalisasi permasalahan, kerentanan. |
| Depositing User: | maria |
| Date Deposited: | 12 Jan 2024 05:31 |
| Last Modified: | 12 Jan 2024 05:31 |
| URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/209081 |
![[thumbnail of DALAM MASA EMBARGO]](http://repository.ub.ac.id/style/images/fileicons/text.png) |
Text (DALAM MASA EMBARGO)
Khoirul Bariyah.pdf Restricted to Registered users only until 31 December 2025. Download (3MB) |
Actions (login required)
 |
View Item |