Noor Anisa, Sherina and Setiyo Yuli Handono,, SP., MP., MBA and Vi’in Ayu Pertiwi,, SP., MP. (2023) Hubungan Modal Sosial dengan Pendapatan Petani Kubis di Desa Gubugklakah Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
RINGKASAN SHERINA NOOR ANISA. 195040107111075. Hubungan Modal Sosial dengan Pendapatan Petani Kubis di Desa Gubugklakah Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang. Dibawah bimbingan Setiyo Yuli Handono, SP., MP., MBA dan Vi’in Ayu Pertiwi, SP., MP. Petani kubis di Desa Gubugklakah menghadapi berbagai permasalahan yang timbul pada usaha tani sayuran kubis diantaranya harga jual rendah, penurunan produksi, dan dihapusnya subsidi pupuk oleh pemerintah yang mengakibatkan adanya penurunan pendapatan. Selain itu, adapun permasalahan modal sosial petani yaitu kurang aktifnya kelompok tani yang menyebabkan kurangnya informasi, kebersamaan dan ide yang dimilikinya. Oleh karena itu, diperlukan adanya modal sosial petani melalui penguatan kelompok tani atau penyuluhan pertanian sebagai bentuk penambahan pengetahuan atau informasi dalam meningkatkan pendapatan usahatani kubis. Tujuan dari penelitian ini yaitu: (1) Menganalisis modal sosial berupa jaringan sosial, kepercayaan dan norma pada petani kubis di Desa Gubugklakah, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang, (2) Menganalisis besarnya biaya, penerimaan dan pendapatan usahatani kubis di Desa Gubugklakah, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang, (3) Menganalisis hubungan modal sosial berupa jaringan sosial, kepercayaan dan norma dengan pendapatan petani kubis di Desa Gubugklakah, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang. Penelitian ini dilakukan pada petani kubis di Desa Gubugklakah, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Penelitian ini dilakukan secara purposive (sengaja). Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan metode pendekatan kuantitatif. Penelitian ini menggunakan 40 responden dan data yang dikumpulkan dengan teknik wawancara dengan bantuan kuisioner. Analisis data dilakukan dengan metode deskriptif melihat rentang skala dan menggunakan korelasi rank spearman untuk melihat hubungan antara modal sosial dengan pendapatan petani. Modal sosial pada petani terbentuk dengan jaringan sosial yang memungkinkan individu atau kelompok untuk saling berinteraksi dan bekerja sama dalam mencapai tujuan bersama. Kepercayaan merupakan aspek penting dalam membentuk modal sosial karena tanpa adanya kepercayaan, kerjasama sulit dilakukan dengan efektif. Kepercayaan dapat dilakukan antar petani, tengkulak, lembaga maupun pemerintah. Selain itu, norma juga berperan penting dalam membentuk modal sosial karena dapat menjadi dasar bagi perilaku individu atau kelompok ketika mereka melakukan interaksi di dalam masyarakat. Jenis modal sosial yang ada pada Desa Gubugklakah yaitu social bonding. Selanjutnya, ratarata pendapatan usahatani yang dilakukan oleh petani kubis di Desa Gubugklakah sebesar Rp14.319.038 dan dinilai menguntungkan. Arah hubungan modal sosial berupa jaringan sosial dan kepercayaan terhadap pendapatan petani memiliki korelasi searah kuat dengan nilai masing masing 0.463; 0.564. Sedangkan hubungan modal sosial berupa norma memiliki korelasi searah lemah dengan nilai 0,401. Saran yang dapat diberikan untuk menguatkan modal sosial adalah kelompok tani diharapkan dapat meningkatkan intensitas pertemuan secara berkala. Untuk meningkatkan pendapatan, penyuluh pertanian diharapkan dapat vii lebih mengadakan penyuluhan atau pelatihan dalam menangani permasalahan pada kubis yang nantinya dapat mendukung peningkatan produksi serta pendapatan usahatani. Untuk peneliti selanjutnya, disarankan menambah variabel seperti modal finansial, modal manusia, modal fisik atau modal sumber daya alam sehingga penelitian ini dapat dikembangkan.
English Abstract
SUMMARY SHERINA NOOR ANISA. 195040107111075. Relationship between Social Capital and Income of Cabbage Farmers in Gubugklakah Village, Poncokusumo District, Malang Regency. Under the guidance of Setiyo Yuli Handono, SP., MP., MBA and Vi'in Ayu Pertiwi, SP., MP. Cabbage farmers in Gubugklakah Village face various problems that arise in cabbage farming including low selling prices, decreased production, and the removal of fertilizer subsidies by the government which resulted in a decrease in income. In addition, the problem of social capital of farmers is the inactivity of farmer groups which causes a lack of information, togetherness and ideas they have. Therefore, it is necessary to have social capital for farmers through strengthening farmer groups or agricultural counseling as a form of additional knowledge or information in increasing the income of cabbage farming. The aims of this study were: (1) To analyze social capital in the form of social networks, beliefs and norms of cabbage farmers in Gubugklakah Village, Poncokusumo District, Malang Regency, (2) To analyze the costs, receipts and income of cabbage farming in Gubugklakah Village, Poncokusumo District, Malang Regency, (3) To analyze the relationship of social capital in the form of social networks, beliefs and norms with the income of cabbage farmers in Gubugklakah Village, Poncokusumo District, Malang Regency. This research was conducted on cabbage farmers in Gubugklakah Village, Poncokusumo District, Malang Regency, East Java. This research was conducted purposively (intentionally). The approach used in this study is to use a quantitative approach method. This study used 40 respondents and data collected by interview technique with the help of a questionnaire. Data analysis was carried out using a descriptive method looking at the scale range and using Spearman's rank correlation to see the relationship between social capital and farmers' income. Based on the results and discussion it can be concluded that the form (1) Social capital in farmers is formed by social networks that allow individuals or groups to interact and work together in achieving common goals. Trust is an important aspect in forming social capital because without trust, cooperation is difficult to do effectively. Trust can be made between farmers, middlemen, institutions and the government. In addition, norms also play an important role in forming social capital because they can become the basis for individual or group behavior when they interact in society (2) The results of the analysis of the average farming income carried out by cabbage farmers in Gubugklakah Village amounted to IDR 14,319,038. (3) The direction of the relationship of social capital in the form of social networks and trust in farmers' income has a strong one-way correlation with each value of 0.463; 0.564. While the relationship of social capital in the form of norms has a weak unidirectional correlation with value of 0,401. Suggestions that can be given to strengthen social capital are that farmer groups are expected to increase the intensity of regular meetings. To increase income, agricultural extension officers are expected to be able to conduct more counseling or training in dealing with problems with cabbage which in turn can support increased production and farm income. For future researchers, it is ix suggested to add variables such as financial capital, human capital, physical capital or natural resource capital so that this research can be developed.
Item Type: | Thesis (Sarjana) |
---|---|
Identification Number: | 052310 |
Divisions: | Fakultas Teknologi Pertanian > Teknologi Hasil Pertanian |
Depositing User: | Unnamed user with username saputro |
Date Deposited: | 11 Jan 2024 03:06 |
Last Modified: | 11 Jan 2024 07:51 |
URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/208007 |
![]() |
Text (DALAM MASA EMBARGO)
Sherina Noor Anisa.pdf Restricted to Registered users only until 31 December 2025. Download (3MB) |
Actions (login required)
![]() |
View Item |