Bentuk, Makna, dan Fungsi Sesaji dalam Upacara Ritual Siraman Gong Kyai Pradah (Studi Etnografi di Desa Kalipang Sutojayan).

Firstania, Devani and Dr. Hipolitus Kristoforus Kewuel, M. Hum (2023) Bentuk, Makna, dan Fungsi Sesaji dalam Upacara Ritual Siraman Gong Kyai Pradah (Studi Etnografi di Desa Kalipang Sutojayan). Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Beragam upacara atau ritus ini ialah sebuah kebiasaan yang telah ada dan diwariskan dari generasi ke generasi sehingga sering kali terdapat sesembahan atau sesaji pada ritus seperti pernikahan, kelahiran dan kematian. Adanya mitos maupun tradisi yang berkembang pada masyarakat Jawa tersebut dikarenakan oleh kepercayaan dinamisme dan animisme yang dianut oleh leluhur mereka sebelum mengenal kepercayaan terhadap tuhan. Masyarakat ludoyo ini telah mempercayai Gong Kyai Pradah sebagai pusaka yang sakral yang harus dilestarikan juga dihormati. Jadi yang dimaksud dengan Ritual Gong Kyai Pradah ini adalah sebuah kegiatan untuk memandikan benda pusaka berupa gong dengan menggunakan air kembang setaman. Ritual ini tidak lepas dari sebuah unsur spiritual yang identik dan melekat di tanah Jawa yaitu sesaji/sesajen. Sesaji ini termasuk dalam suatu tradisi yang dilaksanakan secara turun menurun pada setiap ritual yang ada di masyarakat Jawa. Hasil penelitian ini menyebutkan bahwa masyarakat Desa Kalipang ini memiliki kepercayaan terhadap tempat, benda dan hari sakral hal tersebut didasari pada kepercayaan kejawen yang dilestarikan hingga kini. Masyarakat Desa Kalipang beranggapan dengan adanya ritus ini dapat mendatangkan berkah dan memohon keselamatan kepada Tuhan. Ritual ini memiliki beberapa fungsi seperti: 1) Sebagai pengobatan tradisional 2) Sebagai penghormatan kepada leluhur 3) Sebagai media pendidikan guna sosialisasi kebudayaan. 4) Sebagai Sumber Rejeki. 5) Sebagai Sistem Sosial. Kemudian sesaji dalam Ritual Siraman Gong Kyai Pradah ini juga memiliki makna tersendiri. Sesaji merupakan ungkapan harapan atau doa yang diwujudakan dalam bentuk simbol-simbol sesaji. Begitu pula dengan sesaji, apabila sesaji yang disajikan tidak lengkap maka juga akan terdapat penafsiran yang berbeda-beda. Bahkan dalam kepercayaan masyarakat Jawa apabila dalam sebuah ritual terdapat sesaji yang tidak lengkap, maka akan ada istilah nagih yang berarti menuntut untuk dilengkapi, namun tidak benar apabila sesaji diartikan sebagai makanan setan, karena sesaji sebenarnya adalah simbol doa yang dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

English Abstract

These various ceremonies or rites are habits that have existed and been passed down from generation to generation so that there are often offerings or offerings at rites such as weddings, births and deaths. The existence of myths and traditions that developed in the Javanese community was due to the belief in dynamism and animism that was adhered to by their ancestors before knowing the belief in God. The Ludoyo people believe in Gong Kyai Pradah as a sacred heritage that must be preserved and respected. So what is meant by the Gong Kyai Pradah Ritual is an activity to bathe heirlooms in the form of a gong using the water of Setaman flowers. This ritual cannot be separated from a spiritual element that is identical and inherent in the land of Java, namely offerings. This offering is included in a tradition that is carried out from generation to generation in every ritual in Javanese society. The results of this study state that the people of Kalipang Village have belief in sacred places, objects and days, this is based on the Javanese belief that has been preserved until now. The people of Kalipang Village think that this rite can bring blessings and ask God for salvation. This ritual has several functions, such as: 1) As traditional medicine 2) As a tribute to ancestors 3) As an educational medium for cultural socialization. 4) As a Source of Fortune. 5) As a Social System. Then the offerings in the Siraman Gong Kyai Pradah Ritual also have their own meaning. Offerings are expressions of hope or prayer which are manifested in the form of offering symbols. Likewise with offerings, if the offerings presented are incomplete then there will also be different interpretations. Even in the belief of the Javanese people if in a ritual there are incomplete offerings, then there will be the term nagih which means demanding to be completed, but it is not true if the offerings are interpreted as devil's food, because the offerings are actually symbols of prayers offered to God Almighty.

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: 052312
Uncontrolled Keywords: Ritual, Sesaji, Benda Pusaka
Divisions: Fakultas Ilmu Budaya > Antropologi Budaya
Depositing User: maria
Date Deposited: 11 Jan 2024 02:26
Last Modified: 11 Jan 2024 02:26
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/207870
[thumbnail of DALAM MASA EMBARGO] Text (DALAM MASA EMBARGO)
Devani Firstania D.P..pdf
Restricted to Registered users only until 31 December 2025.

Download (2MB)

Actions (login required)

View Item View Item