Fendiriani, Alviona and Dimas Wisnu Adrianto, ST., MT., Ph.D. and Dr.Eng. I Nyoman Suluh Wijaya, ST., MT. (2023) Livability Permukiman Pesisir di Kelurahan Karangsari, Kabupaten Tuban. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Livability permukiman merupakan pengukuran terhadap kualitas berbagai aspek yang membentuk tingkat kenyamanan tinggal berdasarkan pengalaman masyarakat selama tinggal di permukimannya. Tingkat livability Kabupaten Tuban diukur melalui Most Livable City Index adalah 74,14% yang menunjukkan Kabupaten Tuban memiliki kualitas hidup cukup baik. Namun, Surat Keputusan Kumuh Kabupaten Tuban menetapkan adanya wilayah permukiman kumuh salah satunya adalah Kelurahan Karangsari. Kelurahan Karangsari memiliki sejumlah permasalahan yang merujuk pada kekumuhan. Pemerintah setempat telah mengupayakan program peningkatan kualitas permukiman, namun permasalahan muncul dari masyarakat yang tidak ikut berpartisipasi aktif dalam menjaga keberlanjutan program. Namun, permasalahan muncul dari masyarakat yang tidak sepenuhnya mau terlibat dalam proses pembangunan sehingga program yang telah diimplementasikan tidak berkelanjutan dengan baik. Hal ini menyebabkan kondisi infrastruktur kembali mengalami kerusakan. Masyarakat merasa bahwa program yang ada kurang mempertimbangkan kebutuhan mereka. Penelitian ini menggunakan pendekatan persepsi masyarakat untuk mengetahui tingkat livability permukiman pesisir di Kelurahan Karangsari. Variabel penelitian ini merupakan hasil proses penggabungan dari empat teori indeks penilaian livability yaitu MLCI tahun 2017, AARP tahun 2018, konsep livable city Bappenas Indonesia tahun 2015, dan EIU tahun 2022. Tingkat livability permukiman dianalisis menggunakan teknik Multidimensional Scalling (MDS) berdasarkan penilaian oleh masyarakat, serta diketahui atribut leverage untuk mengetahui atribut yang sensitif dalam mempengaruhi bentuk ordinasi livability. Penelitian ini juga mengidentifikasi interaksi hasil atribut leverage dalam mempengaruhi atribut lainnya sehingga menghasilkan atribut-atribut kunci. Interaksi/keterkaitan antar atribut livability didapatkan dari hasil analisis Matrix of Crossed Impact Multiplications Applied to a Classification (MICMAC) yang melibatkan perwakilan masyarakat sebagai informan kunci dalam menilai hubungan antar atribut. Hasil analisis tingkat livability menunjukkan bahwa permukiman RW 1 dan RW 2 tergolong kurang livable dengan nilai masing-masing adalah 49,57 dan 49,08. Sedangkan, RW 3 memiliki tingkat livability yang cukup baik dengan nilai 60,85. Secara keseluruhan, kondisi livability permukiman Kelurahan Karangsari dari yang memiliki nilai terendah ke tertinggi adalah dimensi lingkungan-sosial-ekonomi. Terdapat 9 atribut leverage pada dimensi lingkungan, 5 atribut leverage pada dimensi sosial, dam 4 atribut leverage pada dimensi ekonomi. Atribut leverage menunjukkan bahwa atribut tersebut memiliki peran besar dalam menentukan posisi dan jarak antar titik dalam visualisasi hasil ordinasi MDS sehingga mempengaruhi nilai livability yang dihasilkan. Hasil analisis kedua yaitu keterkaitan antar atribut (MICMAC) berupa interaksi pengaruh antar atribut. Atribut yang menjadi faktor kunci merupakan atribut yang memberikan pengaruh kuat dalam mempengaruhi atribut lain. Secara keseluruhan, atribut kunci penelitian meliputi pendapatan masyarakat, partisipasi masyarakat, kualitas jaringan drainase, kualitas jaringan air limbah, dan kualitas jaringan kelistrikan. Keseluruhan atribut tersebut memiliki pengaruh yang kuat terhadap perubahan atribut lain, sehingga menjadi prioritas dalam penyusunan rekomendasi untuk meningkatkan livability permukiman di Kelurahan Karangsari.
English Abstract
Settlement livability is a measurement of the quality of various aspects that form the level of comfort of living based on people's experiences while living in their settlement. The livability level of Tuban Regency, measured through the Most Livable City Index, is 74.14%, which shows that Tuban Regency has a fairly good quality of life. However, the Tuban Regency Slum Decree stipulates that there are slum areas, one of which is Karangsari Village. Karangsari Subdistrict has a number of problems that refer to slums. The local government has attempted a program to improve the quality of settlements, but problems arise from the community not actively participating in maintaining the sustainability of the program. However, problems arise from the community not being fully involved in the development process so that the programs that have been implemented are not sustainable. This causes the infrastructure to become damaged again. The community feels that existing programs do not take their needs into account. This research uses a community perception approach to determine the level of livability of coastal settlements in Karangsari Village. This research variable is the result of the process of combining four theoretical livability assessment indices, namely MLCI 2017, AARP 2018, the livable city concept of Bappenas Indonesia 2015, and EIU 2022. The level of residential livability was analyzed using the Multidimensional Scaling (MDS) technique based on assessments by the community , as well as knowing the leverage attribute to find out which attributes are sensitive in influencing the form of livability coordination. This research also identifies the interactions resulting from the leverage attribute in influencing other attributes to produce key attributes. The interaction/relationship between livability attributes was obtained from the results of the Matrix of Crossed Impact Multiplications Applied to a Classification (MICMAC) analysis which involved community representatives as key informants in assessing the relationship between attributes. The results of the livability level analysis show that RW 1 and RW 2 settlements are classified as less livable with respective values of 49.57 and 49.08. Meanwhile, RW 3 has a fairly good level of livability with a score of 60.85. Overall, the livability condition of Karangsari Village settlements from the lowest to the highest score is the environmental-socioeconomic dimension. There are 9 leverage attributes in the environmental dimension, 5 leverage attributes in the social dimension, and 4 leverage attributes in the economic dimension. The leverage attribute shows that this attribute has a big role in determining the position and distance between points in the visualization of MDS ordination results, thereby influencing the resulting livability value. The results of the second analysis are the relationship between attributes (MICMAC) in the form of interaction influences between attributes. Attributes that are key factors are attributes that have a strong influence on influencing other attributes. Overall, the key research attributes include community income, community participation, drainage network quality, wastewater network quality, and electricity network quality. All of these attributes have a strong influence on changes in other attributes, so they become a priority in preparing recommendations to improve the livability of settlements in Karangsari Village.
| Item Type: | Thesis (Sarjana) |
|---|---|
| Identification Number: | 052307 |
| Uncontrolled Keywords: | Livability; Permukiman; Multidimensional-Scalling; RAPFISH; MICMAC |
| Subjects: | 500 Natural sciences and mathematics > 551 Geology, hydrology, meteorology > 551.4 Geomorphology and hydrosphere > 551.45 Plane and coastal regions > 551.458 Shorelines |
| Divisions: | Fakultas Teknik > Teknik Perencanaa Wilayah dan Kota |
| Depositing User: | Unnamed user with username tunjungsari |
| Date Deposited: | 10 Jan 2024 07:48 |
| Last Modified: | 10 Jan 2024 07:48 |
| URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/207559 |
![[thumbnail of DALAM MASA EMBARGO]](http://repository.ub.ac.id/style/images/fileicons/text.png) |
Text (DALAM MASA EMBARGO)
Alviona Fendiriani.pdf Restricted to Registered users only until 31 December 2025. Download (15MB) |
Actions (login required)
 |
View Item |