Analisis Mutu Organoleptik Cookies Berbahan Dasar Jewawut Dan Ikan Gabus Sebagai Alternatif Pangan Darurat

Widiati, Aloisia Lovy and Rahma Micho Widyanto,, S.Si., MP and Hayu Iyaka Nastaina,, S.Gz., MPH. (2023) Analisis Mutu Organoleptik Cookies Berbahan Dasar Jewawut Dan Ikan Gabus Sebagai Alternatif Pangan Darurat. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Risiko bencana di Indonesia tergolong tinggi sehingga memerlukan produk pangan darurat (Emergency Food Product/EFP) yang aman, rasanya dapat diterima, mudah dibagikan, mudah digunakan, dan zat gizinya lengkap. EFP yang dapat dikembangkan yaitu cookies berbahan dasar jewawut dan ikan gabus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbedaan formulasi jewawut dan ikan gabus terhadap mutu organoleptik cookies sebagai alternatif pangan darurat. Penelitian ini merupakan penelitian true experimental dengan persentase proporsi tepung terigu:tepung jewawut:tepung ikan gabus yaitu P0(100:0:0), P1(8:76:16), P2(8:66:26), dan P3(8:56:36). Data dianalisis menggunakan uji Kruskall Wallis dan uji Mann Whitney pada tingkat kepercayaan 95. Hasil penelitian yaitu tingkat kesukaan P1, P2 dan P3 berbeda signifikan dengan P0, kecuali aroma P1, dengan tingkat kesukaan yang cenderung menurun. Peningkatan tepung ikan gabus menyebabkan penurunan tingkat kesukaan terhadap warna, aroma dan rasa, namun tidak berbeda signifikan pada tekstur. Cookies perlakuan terbaik berdasarkan metode Multiple Attribute Zeleny terhadap penilaian organoleptik, kimia dan fisik adalah P1. Tingkat kesukaan P1 tergolong suka pada warna, aroma, rasa serta netral pada tekstur. Karakteristik organoleptik, kimia dan fisik P1 sudah sesuai dengan standar EFP dan SNI 2973:2011. Satu keping (25 gram) P1 mengandung 120,76 kkal, maka anjuran konsumsi harian P1 adalah 18 keping bila tidak mengonsumsi makanan yang lain atau 4-5 keping bila hanya digunakan sebagai selingan. Kata

English Abstract

Disaster risk in Indonesia is classified as high, so it requires emergency food products (EFP) that are safe, taste acceptable, easy to distribute, easy to use, and have complete nutrition. EFP that can be developed are cookies made from foxtail millet and snakehead fish. This study aims to determine the effect of different formulations of foxtail millet and snakehead fish on the organoleptic quality of cookies as an emergency food alternative. This research is a true experimental study with the percentage proportions of wheat flour:foxtail millet flour:snakehead fish flour namely P0(100:0:0), P1(8:76:16), P2(8:66:26), and P3(8:56:36). Data were analyzed using the Kruskall Wallis test and the Mann Whitney test at the 95% confidence level. The results showed that the preference levels of P1, P2 and P3 were significantly different from P0, except for the aroma of P1, with a decreasing preference level. An increase in snakehead fish flour caused a decrease in the level of preference for color, aroma and taste, but not significantly different in texture. Cookies with the best treatment based on Multiple Attribute Zeleny method for organoleptic, chemical and physical assessment is P1. The level of preference P1 is classified as liking color, aroma, taste and neutral on texture. The organoleptic, chemical and physical characteristics of P1 comply with the EFP and SNI 2973:2011 standards. One piece (25 grams) of P1 contains 120.76 kcal, so the recommended daily consumption of P1 is 18 pieces if not consuming other foods or 4-5 pieces if only used as a snack.

Item Type:	Thesis (Sarjana)
Identification Number:	052316
Uncontrolled Keywords:	cookies,ikan gabus,jewawut,mutu organoleptik,produk pangan darurat
Divisions:	Fakultas Ilmu Kesehatan > Ilmu Gizi, Fakultas Ilmu Kesehatan
Depositing User:	Nur Subchan
Date Deposited:	09 Jan 2024 05:30
Last Modified:	09 Jan 2024 05:30
URI:	http://repository.ub.ac.id/id/eprint/206283

Text (DALAM MASA EMBARGO) Aloisia Lovy Widiati.pdf Restricted to Registered users only until 31 December 2025. Download (4MB)

Actions (login required)

View Item