Analisis Efisiensi Teknis Usahatani Tebu Menggunakan Stochastic Frontier analysis (SFA) di Kecamatan Ngoro, Kabupaten Jombang

Siahaan, Lidia Prima and Dr. Rosihan Asmara, SE., MP and Wiwit Widyawati, SP., MP. (2023) Analisis Efisiensi Teknis Usahatani Tebu Menggunakan Stochastic Frontier analysis (SFA) di Kecamatan Ngoro, Kabupaten Jombang. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Tebu adalah tanaman semusim dan dikembangkan di dalam areal perkebunan yang menghasilkan gula dan tetes tebu sebagai produk akhir. Tebu merupakan salah satu komoditas perkebunan yang diprioritaskan untuk konsumsi dalam negeri dengan produksi Gula Kristal Putih (GKP) atau gula pasir. Luas areal perkebunan tebu di Indonesia pada tahun 2021 sebesar 449 ribu hektar yang mampu meproduksi tebu mencapai 30,9 juta ton dengan produktivitas tebu mencapai 68,8 ton per hektar yang mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya dimana luas lahan tebu indonesia sebesar 418.996 hektar yang artinya luas lahan tebu Indonesia pada tahun 2021 mengalami peningkatan sebesar 7,16%. Tahun 2020 produksi tebu mencapai 28,8 juta dengan produktivitas tebu 68,7 ton per hektar (Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, 2022. Kondisi ini jauh berbeda dengan tahun 1930 dimana Indonesia menjadi eksportir gula terbesar kedua di dunia setelah Kuba. Saat itu produksi gula mencapai 2,9 juta ton dengan luas lahan tebu mencapai 196 ribu hektar dan produktivitas tebu 130,6 ton/hektar. Produktivitas tebu di Indonesia tahun 2020 sampai 2021 tidak mengalami peningkatan yang signifikan. Kecamatan Ngoro merupakan salah satu sentra tebu di Jawa Timur yang memproduksi tebu sebesar 3,730 ton dan luas lahan sebesar 890 hektar pada tahun 2021 (BPS, 2022). Produktivitas tebu di Kecamatan Ngoro berada di urutan ke empat yaitu sebesar 4,19 ton/hektar di Kabupaten Jombang. Pada tahun 2017 hingga 2021 Produksi tebu di Kecamatan Ngoro cenderung mengalami fluktuasi. Tercatat produktivitas tebu di tahun 2020 sebesar 7 ton/Ha menurun menjadi 4,19 ton/Ha ditahun 2021 (BPS, 2022). Rendahnya produktivitas tebu di Kecamatan Ngoro diduga disebabkan oleh penggunaan input produksi yang belum efisien secara teknis Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh input terhadap produksi yang juga mempengaruhi nilai efisiensi teknis dalam usahatani tebu di Kecamatan Ngoro. Adaupun tujuan pada penelitian ini yakni (1) Mengetahui pengaruh faktor-faktor produksi yang mempengaruhi produksi tebu di Kecamatan Ngoro (2) Mengetahui tingkat efisiensi teknis pada usahatani tebu di Kecamatan Ngoro, (3) Mengetahui faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi efisiensi teknis usahatani tebu di Kecamatan Ngoro. Pada penelitian ini terdapat 54 responden menggunakan metode pengambilan sampel dengan teknik pengambilan sampel secara acak atau random sampling/probability sampling. Dimana teknik dan sampel yang peneliti gunakan secara acak, tanpa memandang sampel atas dasar strata atau status sosial dari segi apapun. Penelitian ini berupa analisis kuantitatif yang dijelaskan secara deskriptif. Pada tujuan pertama dan kedua, peneliti menggunakan fungsi Cobb Dauglass karena persamaan yang digunakan tidak linier. Sedangkan metode analysis yang digunakan adalah Maximum Likelihood Estimation(MLE) karena memaksimalkan fungsi Likelihood dengan menggunakan alat analisis Frontier 4.1. Kemudian digunakan persamaan efisiensi teknis. Pada tujuan ketiga digunakan Analisis Regresi Tobit dengan menggunakan Software STATA Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Faktor yang berpengaruh nyata terhadap produksi tebu yaitu pupuk ZA, Herbisida dan tenaga kerja dengan taraf signifikan 1% atau dengan taraf kepercayaan 99%. Hubungan ketiga variabel tersebut terhadap produksi tebu adalah positif. Sedangkan luas lahan, bibit, dan pupuk phonska tidak berpengaruh secara signifikan terhadap produksi tebu. Hubungan yang terjadi antara bibit dengan produksi tebu adalah negatif, sedangkan untuk variabel luas lahan dan pupuk phonska adalah positif. (2) Hasil analisis efisiensi teknis dengan fungsi produksi stochastic frontier menunjukkan rata-rata efisiensi teknis yang diperoleh oleh responden adalah 0,664 atau 66,4% sehingga masih terdapat peluang untuk meningkatkan efisiensi teknis sebesar 33,6%. Rata�rata produksi potensial tebu di Kecamatan Ngoro bisa dikategorikan belum mencapai efisien karena kurang dari 0.80 sebagai batas efisien (Coelli, 1998 dalam Susilowati dan Tinaprilla, 2012. Nilai efisiensi teknis tertinggi adalah 0,999 dan nilai efisiensi teknis terendah adalah 0,231. (3) Berdasarkan analisis regresi Tobit menggunakan software STATA, diperoleh bahwa faktor sosial yang mempengaruhi efisiensi teknis usahatani tebu adalah Pendidikan.

English Abstract

Sugarcane is an annual crop and is developed in plantation areas that produce sugar and molasses as the final product. Sugarcane is one of the priority plantation commodities for domestic consumption with the production of White Crystal Sugar (GKP) or granulated sugar. The total area of sugarcane plantations in Indonesia in 2021 is 449 thousand hectares which can produce 30,9 million tons of sugarcane with sugarcane productivity reaching 68,8 tons per hectare which has increased from the previous year where Indonesia's sugarcane area was 418,996 hectares, which means that the area of sugarcane land Indonesia in 2021 will experience an increase of 7.16%. In 2020 sugarcane production reached 28,8 million with a sugarcane productivity of 68,7 tons per hectare (Center for Agricultural Data and Information Systems, 2022. This condition is very different from 1930 when Indonesia became the second largest sugar exporter in the world after Cuba. At that time production sugar reached 2,9 million tons with a total area of sugarcane land reaching 196 thousand hectares and sugarcane productivity of 130,6 tons/hectare. Sugarcane productivity in Indonesia from 2020 to 2021 has not increased significantly. Ngoro District is one of the sugar cane centers in East Java which cane production of 3,730 tonnes and a land area of 890 hectares in 2021 (BPS, 2022).The productivity of sugarcane in Ngoro District is in fourth place, namely 4,19 tons/hectare in Jombang Regency.In 2017 to 2021 Sugarcane production in Ngoro Subdistrict tends to fluctuate. It was recorded that sugarcane productivity in 2020 was 7 tonnes/Ha, decreasing to 4,19 tonnes/Ha in 2021 (BPS, 2022). The low productivity of sugar cane in Ngoro Subdistrict is thought to be caused by the use of production inputs that are not technically efficient This research was conducted to determine the effect of input on production which also affects the value of technical efficiency in sugarcane farming in Ngoro District. The objectives of this study are (1) to determine the influence of production factors that influence sugarcane production in Ngoro District (2) to determine the level of technical efficiency in sugarcane farming in Ngoro District, (3) to determine the socio-economic factors that affect technical efficiency in sugarcane farming in Ngoro District In this study there were 54 respondents using the sampling method with random sampling technique or random sampling/probability sampling. Where the techniques and samples that the researchers used were random, regardless of the sample on the basis of strata or social status in any way. This research is in the form of quantitative analysis which is described descriptively. In the first and second objectives, the researcher uses the Cobb Dauglass function because the equation used is not linear. While the analysis method used is the Maximum Likelihood Estimator (MLE) because it maximizes the Likelihood function by using the Frontier 4.1 analysis tool. Then the technical efficiency equation is used. In the third objective, Tobit Regression Analysis was used using STATA Software The results showed that (1) Factors that had a significant effect on sugarcane production were ZA fertilizers, herbicides and labor with a significant level of 1% or a 99% confidence level. The correlation of these three variables to sugarcane production is positive. Meanwhile, land area, seeds, and phonska fertilizer did not significantly influence sugarcane production. The correlation that occurs between seeds and sugarcane production is negative, while for the variable land area and phonska fertilizer is positive. (2) The results of the analysis of technical efficiency with the stochastic frontier production function show that the average technical efficiency obtained by respondents is 0.664 or 66.4% so that there is still an opportunity to increase technical efficiency by 33.6%. The average potential production of sugar cane in Ngoro Subdistrict can be categorized as not yet efficient because it is less than 0.80 as the efficient limit (Coelli, 1998 in Susilowati and Tinaprilla, 2012. The highest technical efficiency value is 0.999 and the lowest technical efficiency value is 0.231. (3) Based on Tobit regression analysis using STATA software, it was found that the social factor that influences the technical efficiency of sugar cane farming is Education.

Item Type:	Thesis (Sarjana)
Identification Number:	052304
Uncontrolled Keywords:	efisiensi teknis, stochastic frontier, Cobb-Douglass, MLE, tebu - technical efficiency, stochastic frontier, sugarcane
Divisions:	Fakultas Pertanian > Sosial Ekonomi Pertanian
Depositing User:	Unnamed user with username ismiatun
Date Deposited:	08 Jan 2024 07:52
Last Modified:	08 Jan 2024 07:52
URI:	http://repository.ub.ac.id/id/eprint/206232

Text (DALAM MASA EMBARGO) Lidia Prima Siahaan.pdf Restricted to Registered users only until 31 December 2025. Download (3MB)

Actions (login required)

View Item