Dyantari, Putu Eva Yuni and Dr. Diadjeng Setya Wardani, S.SiT., M.Kes; and Dr. dr. I Wayan Arsana Wiyasa, SpOG(K) (2023) Analisi Faktor yang Berhubungan dengan Pernikahan Dini terhadap Kejadian Bayi Berat Badan Lahir Rendah di Wilayah Kabupaten Tulungagung. Magister thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Pernikahan dini adalah pernikahan yang dilakukan oleh sepasang atau salah satu remaja ataupun masih dalam fase anak-anak yang menikah pada usia dibawah 19 tahun. Menurut Undang-undang yang berlaku yaitu UUD RI nomor 1974 pasal 7 ayat 1 tertang perkawinan memiliki batas usia saat menikah dengan syarat yaitu mendapatkan izin dari orang tua. Kasus pernikahan dini meningkat setiap tahunnya. Pada awal tahun 2020 merupakan awal masa pandemic COVID-19, hal tersebut menjadi penyebab meningkatkan angka pernikahan dini termasuk Kabupaten Tulungagung. Menurut teori perilaku yang dikemukakan oleh Lawrence Green terdapat tidak faktor yang mempengaruhi yaitu faktor predisposisi, faktor pemungkin dan faktor penguat. Pada era digital ini, media massa mengambil peran penting sebab melalui media massa bukan hanya memberikan informasi positif tetapi dapat memberikan sajian kearah negatif yang nantinya dapat mempengaruhi penentuan usia menikah. Selain itu dipedesaan utamanya masih berkembanga budaya pernikahan dini seperti perjodohan, menikah merupakan cara menghindari anak dari pergaulan bebas, jika tidak menikah lebih dari usia 20 tahun maka dianggap perawan tua dan aib bagi keluarga serta orang tua masih menganggap dengan menikahkan anaknya maka dapat merubah Nasib keluarga atau membantu perekonomian keluarga. Teman sebaya juga mempengaruhi usia anak saat menikah. Pada masa remaja, anak lebih nyaman menceriatakan yang dialaminya dan menanyakan informasi seperti seks kepada teman sehingga mempengaruhi remaja menikah dini. Pernikahan dini memiliki dampak Kesehatan kepada ibu maupun bayi yang dilahirkannya. Pada bayi yang dilahirkannya salah satu dampak yang terjadi adalah bayi yang lahir dengan berat badan <2500 gram (BBLR). Kasus BBLR terjadi karena belum matangnya organ reproduksi pada usia tersebut. Pada kehamilan remaja asupan gizi yang diperlukan lebih banyak sebab gizi yang masuk kedalam tubuh akan dibagi kepada ibu dan bayinya. Hal tersebut terjadi karena terjadi pertumbuhan dan perkembangan pada organ-organ termasuk organ reproduksi pada ibu hamil remaja. Penelitian ini menggunakan survei analitik dengan jenis case control menggunakan metode retrospective. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Mei 2023 yang dilaksanakan di kecamatan Sendang, Pagerwojo dan Kalidawir Kabupaten Tulungagung. Subyek penelitian sebanyak 288 yang terbagi menjadi 96 sampel kasus dan 192 sampel kontrol. Data yang digunakan adalah data primer yang diambil dengan cara responden mengisi angket yang disediakan untuk menilai faktor-faktor yang mempengaruhi pernikahan dini dan data sekunder dengan telaah dokumen KUA utnuk melihat data responden yang menikah dini dan buku KIA untuk melihat berat badan bayi saat lahir. Analisa data menggunakan chi square dan oods ratio untuk bivariat, multivariat menggunakan regresi logistik dengan manggunakan SPSS versi 25.0 dengan p value <0,05. Hasil penelitian didapatkan keterpaparan media massa memiliki hubungan yang signifikan dengan pernikahan dini yang dibuktikan dengan hasil uji statistic dengan p value 0,000 (p<α 0,05), begitu juga dengan budaya masyarakat terdapat hubungan yang signifikan dengan pernikahan dini dengan p value 0,000 (p<α 0,05), dan teman sebaya juga terdapat hubungan yang signifikan dengan pernikahan dini dengan p value 0,000 (p<α 0,05). Sedangkan pada hubungan pernikahan dini dengan BBLR didapatkan hasil hubungan yang tidak signifikan dengan p value 0,171 (p>α 0,05). Pada penelitian ini juga dilakukan uji multivariat menggunakan regresi logistik Pengaruh keterpaparan media masa vii terhadap pernikahan dini menghasilkan koefisien sebesar -0,927 dengan odd ratio sebesar 0,396. Hal ini menunjukkan bahwa media masa berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pernikahan dini. Hal ini berarti peluang perempuan yang terpengaruh oleh media masa untuk menikah dini 0,396 kali lebih rendah untuk memutuskan menikah dini dari pada perempuan yang tidak terpengaruh oleh media masa untuk menikah dini. Pengaruh budaya masyarakat terhadap pernikahan dini menghasilkan koefisien sebesar 4,077 dengan odd ratio sebesar 58,944. Hal ini menunjukkan bahwa budaya masyarakat berpengaruh positif dan signifikan terhadap pernikahan dini. Hal ini berarti peluang perempuan yang terpengaruh oleh budaya masyarakat untuk menikah dini 58.944 kali lebih tinggi untuk memutuskan menikah dini. Pengaruh teman sebaya terhadap pernikahan dini menghasilkan koefisien sebesar 1,326 dengan odd ratio sebesar 3,766. Hal ini menunjukkan bahwa teman sebaya berpengaruh positif dan signifikan terhadap pernikahan dini. Hal ini berarti peluang perempuan yang terpengaruh oleh teman sebaya untuk menikah dini 3,766 kali lebih tinggi untuk memutuskan menikah dini. Pengaruh pernikahan dini terhadap bayi berat badan lahir rendah menghasilkan koefisien sebesar 0,417 dengan odd ratio sebesar 1,518. Hal ini menunjukkan bahwa pernikahan dini berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap berat badan bayi lahir rendh. Hal ini berarti peluang perempuan yang memutuskan untuk menikah dini 1,518 kali lebih tinggi mengalami BBLR. Kesimpulan dalam penelitian ini melalui analisis data bivariat maupun multivariat didapatkan hasil yang sama yaitu tiga faktor yakni keterpaparan media massa, budaya masyarakat dan teman sebaya berhubungan dengan pernikahan dini sedangkan pernikahan dini dengan BBLR tidak memiliki hubungan yang signifikan, bukan berarti tidak memiliki hubungan sama sekali hanya saja terdapat hubungan yang tidak bermakna.
English Abstract
Early marriage is a marriage committed by a couple or one of the teenagers or still in the phase of children who marry at the age of under 19 years. According to the applicable law, namely the Indonesian Constitution number 1974 article 7 paragraph 1 on marriage has an age limit when getting married with the condition that you get permission from your parents. Cases of early marriage increase every year. At the beginning of 2020 is the beginning of the COVID-19 pandemic, this is the cause of increasing the number of early marriages including Tulungagung Regency. According to the behavioral theory proposed by Lawrence Green, there are no influencing factors, namely predisposing factors, enabling factors and reinforcing factors. In this digital era, mass media takes an important role because through mass media it not only provides positive information but can provide negative presentations which can later influence the determination of the age of marriage. In addition, in rural areas, especially the culture of early marriage is still developing, such as arranged marriage, marriage is a way to avoid children from promiscuity, if they are not married over the age of 20, they are considered old virgins and a disgrace to the family and parents still think that by marrying off their children, they can change the fate of the family or help the family economy. Peers also influence a child's age at marriage. During adolescence, children are more comfortable sharing what they are experiencing and asking friends for information such as sex, thus influencing adolescents to marry early. Early marriage has health effects on both the mother and the baby she gives birth to. One of the impacts that occurs is a baby born with a body weight of <2500 grams (LBW). LBW cases occur because of the immaturity of the reproductive organs at that age. In teenage pregnancy, the nutritional intake needed is more because the nutrients that enter the body will be shared with the mother and baby. This happens because of the growth and development of organs including reproductive organs in teenage pregnant women. This study used an analytic survey with a case control type using a retrospective method. This study was conducted in April-May 2023 in Sendang, Pagerwojo and Kalidawir sub-districts of Tulungagung Regency. The research subjects were 288 which were divided into 96 case samples and 192 control samples. The data used were primary data taken by respondents filling out the questionnaire provided to assess the factors influencing early marriage and secondary data by reviewing KUA documents to see data on respondents who married early and KIA books to see the baby's weight at birth. Data analysis using chi square and oods ratio for bivariate, multivariate using logistic regression using SPSS version 25.0 with p value <0.05. The results showed that mass media exposure has a significant relationship with early marriage as evidenced by the statistical test results with a p value of 0.000 (p <α 0.05), as well as community culture there is a significant relationship with early marriage with a p value of 0.000 (p <α 0.05), and peers also have a significant relationship with early marriage with a p value of 0.000 (p <α 0.05). Meanwhile, the relationship between early marriage and LBW was found to be insignificant with a p value of 0.171 (p>α 0.05). In this study, multivariate tests were also carried out using logistic regression. The effect of mass media exposure on early marriage resulted in a coefficient of -0.927 with an odd ratio of 0.396. This shows that mass media has a negative and significant effect on early marriage. This means that the chances of women who are affected by mass media to marry early are 0.396 times lower to decide to marry early than women who are not affected by mass media to marry early. The effect of community culture on early marriage produces a coefficient of 4.077 with an odd ratio of 58.944. This shows that community culture has a positive and significant effect on early marriage. This means that the chances of women who are influenced by community culture to marry early are 58.944 times higher to decide to marry ix early. The effect of peers on early marriage produces a coefficient of 1.326 with an odd ratio of 3.766. This shows that peers have a positive and significant effect on early marriage. This means that the chances of women who are influenced by peers to marry early are 3.766 times higher to decide to marry early. The effect of early marriage on low birth weight babies resulted in a coefficient of 0.417 with an odds ratio of 1.518. This shows that early marriage has a positive and insignificant effect on low birth weight babies. This means that the chance of women who decide to marry early is 1.518 times higher to experience low birth weight. The conclusion in this study through bivariate and multivariate data analysis obtained the same results, three factors are mass media exposure, community culture and peers associated with early marriage while early marriage with LBW does not have a significant relationship, it does not mean that there is no relationship at all, it just means that there is a relationship that is not meaningful.
Item Type: | Thesis (Magister) |
---|---|
Identification Number: | 0423060089 |
Subjects: | 600 Technology (Applied sciences) > 618 Gynecology, obstetrics, pediatrics, geriatrics > 618.2 Obstetrics |
Divisions: | S2/S3 > Magister Kebidanan, Fakultas Kedokteran |
Depositing User: | Endang Susworini |
Date Deposited: | 08 Dec 2023 09:01 |
Last Modified: | 08 Dec 2023 09:01 |
URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/205146 |
Text (DALAM MASA MEMBARGO)
PUTU EVA YUNI DYANTARI.pdf Restricted to Registered users only until 31 December 2025. Download (6MB) |
Actions (login required)
View Item |