Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Pernikahan Dini dan Dampaknya pada Komplikasi Persalinan di Wilayah Kabupaten Tulungagung.

Lindarsih, Nita Kusuma and Dr. Diadjeng Setya Wardani, S.Si.T., M.Kes and Dr. Safrina Dewi Ratnaningrum, S.Si., M.Si.Med (2023) Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Pernikahan Dini dan Dampaknya pada Komplikasi Persalinan di Wilayah Kabupaten Tulungagung. Magister thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Pernikahan dini (early marriage) adalah pernikahan yang dilakukan oleh pasangan atau salah satu pasangan yang masih dikategorikan anak-anak atau remaja dibawah usia 19 tahun. Pernikahan dini dipengaruhi oleh berbagai faktor yang dapat berasal dari komunitas, keluarga maupun individual. Dari pernikahan dini dapat mengakibatkan dampak biologis yang banyak dialami oleh wanita. Risiko kebidanan hamil dibawah usia 19 tahun berisiko pada kematian ibu, terjadinya perdarahan, keguguran, hamil anggur dan kelahiran prematur. Kasus pernikahan dini dengan urutan tertinggi ke delapan di Indonesia adalah di Jawa Timur dengan kasus pernikahan dini berjumlah 10,85%. Kabupaten Tulungagung merupakan salah satu Kabupaten yang setiap tahunnya mengalami kenaikan jumlah pernikahan dini pada perempuan yaitu mulai tahun 2019 berjumlah 79, tahun 2020 mengalami kenaikan yaitu berjumlah 384 dan tahun 2021 berjumlah 386. Penelitian ini melihat faktor apa saja yang mempengaruhi pernikahan dini dan faktor yang paling berpengaruh menyebabkan remaja di daerah Kabupaten Tulungagung memutuskan untuk menikah dini. Penelitian ini juga melihat dampak pernikahan dini dengan kejadian komplikasi persalinan di daerah tersebut. Penelitian ini adalah penelitian survei dengan pendekatan case control, dilaksanakan pada bulan April sampai Mei 2023 di tiga kecamatan yang ada di wilayah Kabupaten Tulungagung. Subjek yang digunakan terdiri dari 2 kelompok yaitu pada kelompok kasus ibu yang menikah <19 tahun sebanyak 96 responden pada kelompok kontrol ibu yang tidak menikah dini sebanyak 192 responden dengan total sampel 288 responden. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling. Setiap perempuan yang memenuhi kriteria inkluasi mengisi kuesioner untuk mendapatkan data. Penelitian ini dilakukan secara langsung oleh peneliti. Analisis data dilakukan dengan uji multivariat menggunakan regresi logistik berganda untuk menganalisis faktor apa yang paling berpengaruh dengan pernikahan dini, dan untuk menganalisis dampak dari pernikahan dini menggunakan uji bivariat. Penelitian ini membuktikan bahwa pendidikan adalah faktor yang paling mempengaruhi keputusan perempuan di wilayah Kabupaten Tulungagung untuk menikah dini (OR=11,665;95%CI=5,410 hingga 25,153) sedangkan untuk komplikasi persalinan tidak ada hubungan yang bermakna antara pernikahan dini dengan komplikasi persalinan (OR=1,571;95%CI=0,922 hingga 2,678;p=0,095). Kesimpulan dalam penelitian ini adalah dari beberapa faktor yang diteliti pendidikan rendah merupakan faktor yang paling mempengaruhi terjadinya pernikahan dini di Kabupaten Tulungagung. Banyak wanita di daerah tersebut yang tidak meneruskan ke pendidikan yang lebih tinggi, rata-rata setelah menempuh pendidikan SMP dan SMA mereka memutuskan untuk menikah meskipun usia mereka masih dibawah 19 tahun. Beberapa faktor yang melatar belakangi anak menikah dini adalah penghasilan orang tua yang rendahdan rata-rata pekerjaan orang tua adalah sebagai petani, nelayan serta mengambil upah dari mengurus ternak orang lain yang pendapatannya tidak menentu atau dibawah minimum regional Kabupaten, sehingga dengan menikahkan anaknya merupakan solusi untuk meringankan beban orang tua, dan harapan orang tua anak dapat hidup yang lebih baik karena mempunyai suami yang bisa diandalkan. Usia yang masih belum cukup untuk menikah sesuai dengan UU perkawinan No 16 tahun 2019 membuat orang tua harus membuat permohonan surat dispensasi menikah di KUA, hal ini dikarenakan usia anak yang masih belum 19 tahun. Pada penelitian ini pernikahan dini tidak ada hubungan signifikan dengan komplikasi persalinan, dimana jika dilihat secara teori pernikahan dini dapat mengakibatkan dampak vii biologis yaitu pada kehamilan dapat berisiko terjadi komplikasi persalinan dikarenakan usia melahirkan yang masih terlalu muda. Pada tempat penelitian perempuan yang menikah dini dan hamil di usia kurang dari 20 tahun diberikan pemantauan lebih terhadap kehamilannya, mulai dari pemeriksaan kehamilan dan penyuluhan tentang asupan gizi yang baik untuk ibu selama masa kehamilan. Program ANC terpadu juga sudah berjalan di daerah tersebut, sistem rujukan pada ibuhamil tersebut mendeteksi lebih awal kemungkinan komplikasi persalinan. Saran bagi pemerintah daerah untuk bekerjasama dengan Dinas kesehatan dalam meningkatkan promosi kesehatan tentang dampak pernikahan dini dengan cara lebih giat lagi dalam menjalankan program Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) disekolah-sekolah sehingga remaja yang faham tentang dampak negatif dari pernikahan dini tidak mudah untuk memutuskan menikah dini.

English Abstract

Early marriage is a marriage carried out by a couple or one of the partners who are still categorized as children or adolescents under the age of 19 years. Early marriage is influenced by various factors that can come from the community, family or individual. Early marriage can have a biological impact that many womwn experience. Obstretic risk pregnant under the ag of 19 years are at risk of death, bleeding, miscarriage, molar pregnancy and premature birth. The eighth highest number of early marriage cases in Indonesia is in East Java with 10.85% of early marriage cases. Tulungagung Regency is one of the regencies that annually experiences an increase in the number of early marriages in women, starting in 2019 with 79, in 2020 it increased, totaling 384 and in 2021 totaling 386. This study looks at what factors influence early marriage and the most influential factors causing adolescents in the Tulungagung Regency area to decide to marry early. This study also looked at the impact of early marriage on the incidence of childbirth complications in the area. This research is a Survei study with a case control approach, conducted from April to May 2023 in three sub-districts in the Tulungagung Regency area. The subjects used consisted of 2 groups, namely in the case group of mothers who married <19 years as many as 96 respondents in the control group of mothers who did not marry early as many as 192 respondents with a total sample of 288 respondents. The sampling technique was carried out using purposive sampling technique. Each woman who met the inclusion criteria filled out a questionnaire to obtain data. This study was conducted directly by the researcher. Data analysis was carried out with multivariate tests using multiple logistic regression to analyze what factors were most influential with early marriage, and to analyze the impact of early marriage using bivariate test. This study proves that education is the factor that most influences the decision of women in Tulungagung Regency to marry early (OR=11.665; 95%CI=5.410 to 25.153) while for labor complications there is no significant relationship between early marriage and labor complications (OR=1.571; 95%CI=0.922 to 2.678; p=0.095). The conclusion in this study is that of the several factors studied, low education is the factor that most influences the occurrence of early marriage in Tulungagung Regency. Many women in the area do not continue to higher education, on average after completing junior and senior high school they decide to get married even though they are still under 19 years of age. Some of the factors behind children marrying early are low parental income and the average work of parents is as farmers, fishermen and taking wages from taking care of other people's livestock whose income is uncertain or below the Regency's regional minimum, so that by marrying off their children is a solution to ease the burden on parents, and the hope of parents that children can live a better life because they have a reliable husband. The age that is still not enough to get married in accordance with Marriage Law No. 16 of 2019 makes parents have to make an application for a marriage dispensation letter at the KUA, this is because the child is still not 19 years old. In this study, early marriage did not have a significant relationship with childbirth complications, where if seen in theory early marriage can have a biological impact, namely in pregnancy, there can be a risk of childbirth complications due to the age of childbirth that is still too young. At the research site, women who are early and pregnant at the age of less than 20 years are given more monitoring of their pregnancy, starting from pregnancy checks and counseling about good nutritional intake for mothers during pregnancy. An integrated ANC program was also in place in the area, and the referral system for pregnant women detected possible complications of childbirth early. Suggestions for local governments to collaborate with the health office in improving health promotion about the impact of early marriage by being more active in carrying out the Adolescent Care Health Service (PKPR) program in schools so that adolescents who understand the negative impact of early marriage do not easily decide to marry early.

Item Type: Thesis (Magister)
Identification Number: 0423060082
Subjects: 600 Technology (Applied sciences) > 618 Gynecology, obstetrics, pediatrics, geriatrics > 618.2 Obstetrics
Divisions: S2/S3 > Magister Kebidanan, Fakultas Kedokteran
Depositing User: Endang Susworini
Date Deposited: 08 Dec 2023 08:58
Last Modified: 08 Dec 2023 08:58
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/205074
[thumbnail of DALAM MASA MEMBARGO] Text (DALAM MASA MEMBARGO)
Nita Kusuma Lindarsih.pdf
Restricted to Registered users only until 31 December 2025.

Download (7MB)

Actions (login required)

View Item View Item