Analisis Sosial Ekonomi Budaya dan Ekologi Masyarakat Terhadap Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan di Gili Ketapang

Subakti, Hanan Indra and Erlinda Indrayani,, S.Pi., M.Si (2023) Analisis Sosial Ekonomi Budaya dan Ekologi Masyarakat Terhadap Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan di Gili Ketapang. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Konservasi sumberdaya perairan merupakan upaya pelestarian dengan tujuan menjamin ketersediaan dan keberlanjutan keanekaragaman sumberdaya perairan. Kawasan konservasi merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan dari konservasi sumberdaya perairan. Kawasan konservasi dapat berdampak juga terhadap aspek-aspek kehidupan masyarakat. Gili Ketapang merupakan pulau kecil yang terletak di Selat Madura. Berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia No. 64/KEPMEN-KP/2020 Gili Ketapang telah ditetapkan menjadi kawasan konservasi perairan yang bertujuan untuk melestarikan terumbu karang dan ekosistem laut di sekitar Gili Ketapang. Adanya kebijakan terkait pengelolaan kawasan konservasi pada perairan Gili Ketapang tentunya akan memberikan dampak bagi aspek-aspek masyarakat Gili Ketapang, seperti aspek sosial, ekonomi, budaya, dan ekologi. Tujuan penelitian ini yaitu untuk (1) mengetahui pengelolaan kawasan konservasi perairan di Pulau Gili Ketapang, (2) mengetahui aspek sosial, ekonomi, budaya, dan ekologi yang dirasakan masyarakat terhadap pengelolaan kawasan konservasi di Gili Ketapang, dan (3) menganalisis pengaruh aspek sosial, ekonomi, budaya, dan ekologi masyarakat terhadap pengelolaan kawasan konservasi perairan di Gili Ketapang. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2023 – Maret 2023 di Gili Ketapang, Kecamatan Sumberasih, Kabupaten Probolinggo. Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini yaitu penelitian kuantitatif. Teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu teknik simple random sampling sehingga setiap masyarakat Gili Ketapang memiliki peluang yang sama untuk menjadi anggota sampel. Metode penentuan jumlah sampel pada penelitian ini menggunakan model slovin. Data penelitian ini diperoleh dengan cara wawancara, observasi, kuesioner, dan dokumentasi. Analisis data pada penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif, deskriptif kualitatif, dan analisis linier berganda menggunakan uji statistik uji t dan uji F. Hasil penelitian yang didapatkan yaitu pengelolaan kawasan konservasi perairan di Gili Ketapang belum optimal. Hal ini dikarenakan dana pengelolaannya masih belum transparan terhadap masyarakat dan belum tepat sasaran serta memadai untuk menunjang pengelolaan kawasan konservasi perairan di Gili Ketapang. Sumberdaya manusia pengelolanya pun masih kurang dikarenakan saat ini belum terbentuk Struktur Unit Organisasi Pengelola (SUOP) sehingga hanya POKMASWAS saja yang aktif melakukan pengawasan. Jumlah anggota POKMASWAS juga hanya sedikit dan tidak ada orang yang ahli dalam bidang konservasi. Sarana dan prasarana penunjang pengelolaan kawasan konservasi perairan di Gili Ketapang juga masih belum memadai hanya terdapat papan informasi dan pelampung tanda batas zona inti saja. Namun, Pelampung tanda batas zona inti tersebut saat ini telah hilang dan belum ada perbaikan sehingga tidak dapat berfungsi dengan baik. Berdasarkan aspek sosial yang dirasakan masyarakat, masyarakat tidak merasakan adanya peningkatan pendidikan non formal seperti pelatihan terkait konservasi perairan, sehingga pengetahuan dan wawasan masyarakat tentang konservasi perairan masih rendah. Hubungan antar masyarakat tetap berjalan baik seperti sebelum adanya pengelolaan kawasan konservasi perairan dan kegiatan gotong royong serta musyawarah antar masyarakat juga tetap sering dilakukan. Konflik juga jarang terjadi sebelum dan sesudah adanya pengelolaan kawasan konservasi perairan di Gili Ketapang. karena masyarakat mendukung adanya kawasan konservasi perairan di Gili Ketapang. Berdasarkan aspek ekonomi yang dirasakan masyarakat, mereka merasakan adanya peningkatan pendapatan utama mereka dari melaut semenjak adanya pengelolaan kawasan konservasi perairan di Gili Ketapang, namun masyarakat tidak merasakan adanya peningkatan pendapatan sampingan mereka karena tidak adanya kesempatan kerja baru. Berdasarkan aspek budaya yang dirasakan masyarakat, kearifan lokal masyarakat masih tetap berjalan setelah adanya pengelolaan kawasan konservasi perairan, namun kearifan lokal yang terdapat pada Gili Ketapang menurut masyarakat masih kurang sejalan dengan konservasi perairan. Pengetahuan dan wawasan Bahasa Indonesia pada masyarakat tidak bertambah sejak adanya pengelolaan kawasan konservasi perairan karena pengelola ketika berkomunikasi dengan masyarakat menggunakan bahasa daerah yaitu Bahasa Madura. Berdasarkan aspek ekologi yang dirasakan masyarakat, terdapat sedikit peningkatan pada indikator sanitasi dikarenakan masyarakat mulai sadar dan membangun toilet pribadi di rumah masing-masing. Ketersediaan air bersih telah memadai dengan adanya pipa PDAM dari Kota Probolinggo menuju Gili Ketapang. Masyarakat juga mulai sadar untuk menjaga kebersihan lingkungan dengan mengurangi membuang sampah di bibir pantai. Hal tersebut nyatanya tidak berdampak begitu signifikan terhadap kebersihan lingkungan dikarenakan pengelolaan sampah di Gili Ketapang masih kurang optimal. Masyarakat juga mulai sadar untuk menjaga kelestarian lingkungan dan dengan adanya penanaman terumbu karang buatan pada zona inti kawasan konservasi perairan membuat terumbu karang di perairan Gili Ketapang semakin baik saat ini. Berdasarkan hasil uji t, didapatkan bahwa aspek sosial, ekonomi, dan ekologi secara parsial berpengaruh signifikan terhadap pengelolaan kawasan konservasi perairan di Gili Ketapang, namun ternyata aspek budaya secara parsial tidak berpengaruh signifikan. Hal ini dapat dikarenakan kearifan lokal yang ada di Gili Ketapang tidak sejalan dengan pengelolaan kawasan konservasi. Berdasarkan uji F aspek sosial, ekonomi, budaya, dan ekologi masyarakat secara simultan berpengaruh signifikan terhadap pengelolaan kawasan konservasi perairan di Gili Ketapang. Hal tersebut menunjukkan bahwa meskipun aspek budaya secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap pengelolaan kawasan konservasi perairan, namun apabila semua aspek tersebut dapat berjalan dengan baik, maka dipastikan pengelolaan kawasan konservasi perairan akan berjalan optimal dan menghasilkan kondisi ekologi yang baik, perikanan yang melimpah, dan kesejahteraan masyarakat yang berkelanjutan.

English Abstract

Conservation of aquatic resources is a conservation effort with the aim of ensuring the availability and sustainability of aquatic resource diversity. Conservation areas are one of the efforts that can be made to achieve the goals of conservation of aquatic resources. Conservation areas can also have an impact on aspects of people's lives. Gili Ketapang is a small island located in the Madura Strait. Based on the Decree of the Minister of Marine Affairs and Fisheries of the Republic of Indonesia No. 64/KEPMEN-KP/2020, Gili Ketapang has been designated as a marine conservation area that aims to preserve coral reefs and marine ecosystems around Gili Ketapang. The existence of policies related to the management of conservation areas in the waters of Gili Ketapang will certainly have an impact on aspects of Gili Ketapang society, such as social, economic, cultural, and ecological aspects. The purpose of this study is to (1) know the management of marine protected areas on Gili Ketapang Island, (2) find out the social, economic, cultural, and ecological aspects felt by the community on the management of conservation areas on Gili Ketapang, and (3) analyze the influence of social, economic, cultural, and ecological aspects of the community on the management of marine protected areas in Gili Ketapang. The research will be conducted in February 2023 – March 2023 in Gili Ketapang, Sumberasih District, Probolinggo Regency. The type of research used in this study is quantitative research. The sampling technique used is a simple random sampling technique so that every Gili Ketapang community has the same opportunity to become a member of the sample. The method of determining the number of samples in this study used the slovin model. This research data was obtained by means of interviews, observations, questionnaires, and documentation. Data analysis in this study used quantitative descriptive methods, qualitative descriptive, and multiple linear analysis using statistical tests t test and F test. The results of the research obtained are that the management of marine protected areas on Gili Ketapang has not been optimal. This is because the management fund is still not transparent to the community and is not on target and adequate to support the management of marine protected areas in Gili Ketapang. The human resources of the management are still lacking because currently there is no Management Organizational Unit Structure (SUOP) so that only POKMASWAS is active in supervising. The number of POKMASWAS members is also only small and there are no people who are experts in the field of conservation. Facilities and infrastructure supporting the management of marine protected areas in Gili Ketapang are also still inadequate, only there are information boards and buoys marking the boundaries of the core zone. However, the buoy marking the boundary of the core zone is currently gone and there has been no repair so it cannot function properly. Based on the social aspects felt by the community, the community does not feel an increase in non-formal education such as training related to water conservation, so that public knowledge and insight about aquatic conservation is still low. Relations between communities continue to run well as before the management of marine protected areas and mutual assistance activities and deliberations between communities are also often carried out. Conflicts are also rare before and after the management of marine protected areas on Gili Ketapang. because the community supports the existence of marine protected areas in Gili Ketapang. Based on the economic aspect felt by the community, they felt an increase in their main income from fishing since the management of marine protected areas on Gili Ketapang, but the community did not feel an increase in their side income because there were no new job opportunities. Based on the cultural aspects felt by the community, the local wisdom of the community is still running after the management of marine protected areas, but the local wisdom contained in Gili Ketapang according to the community is not in line with water conservation. Knowledge and insight Indonesian the community has not increased since the management of marine protected areas because managers when communicating with the community use the regional language, namely Madurese. Based on the ecological aspects felt by the community, there was a slight increase in sanitation indicators because people began to be aware and build private toilets in their homes. The availability of clean water has been adequate with the PDAM pipe from Probolinggo City to Gili Ketapang. The community is also starting to be aware of maintaining the cleanliness of the environment by reducing throwing garbage on the beach. In fact, this does not have a significant impact on environmental cleanliness because waste management in Gili Ketapang is still not optimal. The community is also starting to be aware of preserving the environment and with the planting of artificial coral reefs in the core zone of marine protected areas, coral reefs in Gili Ketapang waters are getting better today. Based on the results of the t test, it was found that social, economic, and ecological aspects partially had a significant effect on the management of marine protected areas in Gili Ketapang, but it turned out that cultural aspects partially did not have a significant effect. This can be because the local wisdom in Gili Ketapang is not in line with the management of conservation areas. Based on test F, social, economic, cultural, and ecological aspects of the community simultaneously have a significant effect on the management of marine protected areas in Gili Ketapang. This shows that although the cultural aspect does not have a significant effect on the management of marine protected areas, if all these aspects can run well, it is certain that the management of marine protected areas will run optimally and produce good ecological conditions, abundant fisheries, and sustainable community welfare.

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: 0523080453
Subjects: 300 Social sciences > 338 Production > 338.3 Other extractive industries > 338.37 Products > 338.372 Products of fishing, whaling, hunting, trapping > 338.372 7 Products of fishing, whaling, hunting, trapping (Fishing)
Divisions: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan > Agrobisnis Perikanan
Depositing User: Sugeng Moelyono
Date Deposited: 11 Dec 2023 08:13
Last Modified: 11 Dec 2023 08:13
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/205067
[thumbnail of DALAM MASA EMBARGO] Text (DALAM MASA EMBARGO)
Hanan Indra Subakti.pdf
Restricted to Registered users only until 31 December 2025.

Download (3MB)

Actions (login required)

View Item View Item