Pengaruh Pemberian Mineral Mix pada DOC 11 – DOC 38 terhadap Pertumbuhan dan Jumlah Molting Udang vannamei Salinitas 0 Ppt

Gandapriana, Grisella Angelita and Dr. Ir. Abd. Rahem Faqih,, M.Si and Yuni Widyawati,, S.Pi., MP (2023) Pengaruh Pemberian Mineral Mix pada DOC 11 – DOC 38 terhadap Pertumbuhan dan Jumlah Molting Udang vannamei Salinitas 0 Ppt. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Udang vannamei merupakan udang air laut berasal dari Amerika Latin dan memiliki sifat euryhaline. Selama ini, udang vannamei hanya terbatas dibudidayakan pada salinitas tinggi (air laut) saja. Hal ini dapat menjadi peluang bagi petambak vannamei untuk melakukan pemeliharaan dengan salinitas air tawar. Terlebih minat pasar vannamei yang semakin meningkat membutuhkan pemasokan yang tinggi pula. Namun, media pemeliharaan air tawar memiliki keterbatasan dalam ketersediaan mineral sehingga dapat menghambat proses pergantian kulit larva vannamei dan dapat menurunkan Survival Rate. Maka, perlu adanya penambahan mineral mix komersial pada media vannamei air tawar. Mineral mix pada penelitian ini dengan harapan dapat menunjang kebutuhan mineral vannamei di air tawar, memiliki kadar kesadahan dan alkalinitas seperti di air laut, meningkatkan Survival Rate, meningkatkan pertumbuhan, dan jumlah molting. Selain itu, tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui, menganalisis, dan menentukan dosis perlakuan mineral mix komersial terbaik sebagai refrensi budidaya salinitas 0 ppt. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif tindakan. Parameter utama pada penelitian ini yaitu SR, SGR, PPM, PBM, dan jumlah molting. Sedangkan, parameter penunjang yaitu kualitas air meliputi DO, suhu, pH, salinitas, amonia, nitrit, kesadahan, dan alkalinitas. Kedua parameter ini dianalisis menggunakan metode desktiptif. Penelitian menggunakan 12 bak dengan 6 perlakuan dan 2 ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan 130 ppm menghasilkan parameter optimal lebih banyak dibandingkan perlakuan lainnya. Parameter utama pada perlakuan 130 ppm memberikan hasil terbaik pada SGR dan PPM tertinggi. Perlakuan 160 ppm memberikan hasil terbaik dengan parameter utama PBM tertinggi. Sedangkan, perlakuan kontrol air laut tanpa pemberian mineral memberikan hasil tertinggi pada parameter SR dan jumlah molting. Hal ini dikarenakan air laut merupakan media yang optimal untuk vannamei hidup. Parameter penunjang yaitu kualitas air yang dibagi menjadi dua yaitu parameter kimia dan fisika. Parameter penunjang yang menghasilkan pengukuran optimal yaitu pada parameter DO, suhu, dan salinitas. Sedangkan, kadar amonia dan nitrit berada di atas nilai optimal. Hal seperti ini dapat dipengaruhi oleh berbagai hal baik secara ekternal dan internal. Hasil pengukuran tersebut yaitu DO tertinggi pada perlakuan 130 ppm dan terendah pada 160 ppm; suhu tertinggi pada perlakuan KL dan terendah pada 130 ppm; pH tertinggi pada perlakuan 70 ppm dan terendah pada KL; salinitas perlakuan air tawar dipertahankan 0 ppt dan perlakuan KL 30,88 ppt; amonia tertinggi pada perlakuan KL dan terendah pada 130 ppm; nitrit tertinggi pada perlakuan 130 ppm dan terendah pada 70 ppm; kesadahan Ca2+ tertinggi yaitu pada perlakuan KL dan terendah pada 100 ppm; kesadahan Mg2+ tertinggi pada KL dan terendah 130 ppm; dan alkalinitas tertinggi pada 70 ppm, 100 ppm, 130 ppm dan terendah pada KL.

English Abstract

Vannamei shrimp is a seawater shrimp originating from Latin America and has euryhaline properties. So far, vannamei shrimp have only been cultivated in high salinity (sea water). This can be an opportunity for vannamei farmers to carry out maintenance with fresh water salinity. Moreover, the increasing interest in the vannamei market requires high supply as well. However, freshwater rearing media has limitations in the availability of minerals so that it can inhibit the process of changing the skin of vannamei larvae and can reduce Survival Rate. So, it is necessary to add commercial mineral mix to fresh water vannamei media. The mineral mix in this study is expected to support vannamei mineral needs in fresh water, have hardness and alkalinity levels like in seawater, increase Survival Rate, increase growth, and the number of molting. In addition, the purpose of this study was to determine, analyze, and determine the best commercial mineral mix treatment dose as a reference for 0 ppt salinity cultivation. The method used in this research is action descriptive method. The main parameters in this study were SR, SGR, PPM, PBM, and the number of molting. Meanwhile, the supporting parameters are water quality including DO, temperature, pH, salinity, ammonia, nitrite, hardness, and alkalinity. Both of these parameters were analyzed using a descriptive method. The study used 12 tanks with 6 treatments and 2 replications. The results showed that the 130 ppm treatment produced more optimal parameters than the other treatments. The main parameters in the 130 ppm treatment gave the best results at the highest SGR and PPM. The 160 ppm treatment gave the best results with the highest PBM main parameter. Meanwhile, the seawater control treatment without mineral administration gave the highest results on the SR parameter and the number of molting. This is because seawater is the optimal medium for vannamei to live. Supporting parameters are water quality which is divided into two, namely chemical and physical parameters. Supporting parameters that produce optimal measurements are DO, temperature, and salinity parameters. Meanwhile, the levels of ammonia and nitrite are above the optimal value. Things like this can be influenced by various things both externally and internally. The results of these measurements were the highest DO at 130 ppm and the lowest at 160 ppm; the highest temperature was in the KL treatment and the lowest was at 130 ppm; The highest pH was at 70 ppm and the lowest at KL; the salinity of the fresh water treatment was maintained at 0 ppt and the KL treatment was 30.88 ppt; the highest ammonia was in the KL treatment and the lowest was at 130 ppm; the highest nitrite was at 130 ppm and the lowest at 70 ppm; the highest Ca2+ hardness was in the KL treatment and the lowest was at 100 ppm; The highest Mg2+ hardness is in KL and the lowest is 130 ppm; and the highest alkalinity at 70 ppm, 100 ppm, 130 ppm and the lowest at KL.

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: 0523080447
Subjects: 600 Technology (Applied sciences) > 639 Hunting, fishing & conservation > 639.3 Culture of cold-blooded vertebrates
Divisions: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan > Budidaya Perairan
Depositing User: Sugeng Moelyono
Date Deposited: 11 Dec 2023 03:55
Last Modified: 11 Dec 2023 03:55
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/205031
[thumbnail of DALAM MASA EMBARGO] Text (DALAM MASA EMBARGO)
Grisella Angelita Gandapriana.pdf
Restricted to Registered users only until 31 December 2025.

Download (1MB)

Actions (login required)

View Item View Item