Faradila, Anandita and dr. Aunur Rofiq, Sp.KK(K) and dr. Dhany Prafita Ekasari, Sp.KK (2023) Efek Krim Ekstrak Daun Physalis angulata terhadap Jumlah Sel Eosinofil Model Dermatitis Atopik Mencit BALB/c yang Dinduksi dengan 2,4- Dinitrochlorobenzene. Magister thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Dermatitis atopik (DA) adalah penyakit peradangan kulit kronik dan berulang dengan bentuk klinis yang cukup luas dan sering dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti kerentanan gen, fungsi sawar kulit yang terganggu, faktor lingkungan, kelainan mikrobioma kulit, dan disregulasi imunologi yang melibatkan berbagai aspek dan jalur sistem kekebalan tubuh. Gangguan sawar kulit juga menyebabkan peradangan kulit yang ditandai dengan hiperplasia epidermis dan infiltrat sel-sel inflamasi seperti eosinofil, sel dendritik, dan sel T. Peningkatan eosinofil dan terbentuknya spongiosis pada kulit pasien DA menjadi ciri khas pada lesi DA akut dan kronis serta memiliki korelasi dengan aktivitas penyakit. Eosinofil memainkan peran imunoregulasi yang penting dengan mensekresi sitokin dan kemokin dalam jumlah besar. Terjadinya peningkatan eosinofil pada jaringan berkontribusi pada DA dan memiliki korelasi dengan tingkat keparahan penyakit. Dermatitis atopik memerlukan terapi yang aman serta efektif untuk mengontrol penyakit dalam jangka waktu lama. Oleh karena itu, pemahaman mekanisme yang mendasari DA, sangat dibutuhkan untuk mengembangkan strategi terapi yang efisien. Terapi yang mampu menghambat sel mast, eosinofil, monosit, makrofag dan sel T helper yang diaktifkan seperti Th1 dan Th2, diharapkan dapat memiliki efek terapeutik pada DA. Oleh karena itu dibutuhkan terapi DA yang aman dan efektif untuk penggunaan jangka panjang. Salah satunya yaitu dengan menggunakan senyawa bioaktif alami dari ekstrak tumbuhan. Physalis angulata (PA) dikenal di Indonesia sebagai tanaman ciplukan yang telah lama dikonsumsi sebagai tanaman obat. Beberapa studi menunjukkan bahwa secosteroid (physalin dan withanolides) dan flavonoid (quercetine, rutin) yang ditemukan pada tanaman PA dapat menghambat Nf-kB, TSLP, dan MAPK yang merupakan jalur aktivasi proses inflamasi yang mengakibatkan aktivasi eosinofil. Oleh karena itu, kandungan zat aktif pada krim ekstrak daun PA berpotensi menjadi terapi alternatif pada DA. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efek krim ekstrak daun PA terhadap jumlah eosinofil di kulit pada pengembangan model mencit BALB/c yang menyerupai DA dengan induksi DNCB. Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratorium dengan menggunakan mencit BALB/c yang diinduksi DNCB. Pada penelitian ini dilakukan pengukuran jumlah eosinofil untuk mengetahui pengaruh pemberian krim ekstrak daun PA pada model mencit DA. Pada penelitian terdiri dari tiga kelompok, kelompok 1 adalah mencit BALB/c yang diinduksi dengan DNCB, kelompok 2 adalah mencit BALB/c yang diinduksi dengan DNCB dan diberikan krim plasebo, kelompok 3 adalah mencit BALB/c yang diinduksi dengan DNCB dan diberikan krim PA 10%.Tiap kelompok dilakukan pemeriksaan histopatologis dengan menghitung jumlah eosinofil pada jaringan kulit pada hari ke-30. Pengamatan hari ke-30 tampak perbedaan secara klinis dari masing-masing kelompok. Gambaran lesi DA pada kelompok 1 menunjukkan eritema, erosi, krustasi, skuama dan kulit kering, sedangkan pada kelompok 2 menunjukkan eritema, erosi, krustasi, skuama, kulit kering minimal. Kelompok 3 menunjukkan kulit kering dan skuama tipis. Pemeriksaan histopatologis lesi DA pada kelompok 1 (pertama) yakni mencit BALB/c dengan DNCB saja menunjukkan gambaran spongiosis, hiperkeratosis, parakeratosis dan infiltrasi sel-sel inflamasi yang lebih berat. Pemeriksaan histopatologis pada kelompok 2 yakni mencit BALB/c dengan krim plasebo menunjukkan gambaran spongiosis, hiperkeratosis, parakeratosis dan infiltrasi sel-sel inflamasi yang lebih ringan bila xii dibandingkan dengan kelompok 1. Pemeriksaan histopatologis kelompok 3 yakni mencit BALB/c dengan DNCB dan diberikan krim PA 10% menunjukkan gambaran spongiosis, hiperkeratosis dan infiltrasi sel-sel inflamasi yang minimal bila dibandingkan dengan kelompok 1 dan 2, serta tidak didapatkan parakeratosis. Pada analisis data dilakukan uji asumsi dengan uji normalitas data menggunakan uji Saphiro-Wilk dan uji homogenitas ragam antar kelompok dengan Levene’s test. Berdasarkan uji Saphiro-Wilk menunjukkan distribusi normal dan pengujian Levene menunjukkan ragam data antar kelompok perlakuan tidak homogen. Setelah dilakukan pengujian asumsi, maka untuk uji perbandingan digunakan uji Kruskal Wallis pada variabel eosinofil karena tidak lolos asumsi homogenitas ragam data. Berdasarkan analisis deskriptif diketahui bahwa jumlah rata-rata sel eosinofil paling tinggi didapatkan pada kelompok 1 yakni kelompok yang diinduksi DNCB saja dan jumlah rata-rata sel eosinofil paling rendah didapatkan pada kelompok 3 yakni kelompok DNCB dengan pemberian krim PA 10%. Hasil analisis data menunjukkan rata-rata angka eosinofil tertinggi pada kelompok DNCB saja sebesar 15.66±4.24, dan rata-rata angka eosinofil terendah pada kelompok DNCB + Krim PA sebesar 7.11±1.23. Untuk membuktikan apakah terdapat perbedaan rata-rata angka eosinofil yang signifikan secara statistik, maka selanjutnya akan dilakukan analisis statistik Kruskal Wallis dan diperoleh nilai p-value yang lebih kecil dari α (0.000 < 0.050), sehingga disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata angka sel eosinofil antar kelompok. Untuk melihat letak perbedaannya, dilakukan uji lanjut dengan Mann Whitney yang menunjukkan ketiga kelompok perlakuan memiliki perbedaan yang signifikan yang ditunjukkan dengan nilai sig < dari α (0,05). Terdapat perbedaan rata-rata angka eosinofil antar kelompok DNCB + Krim Physalis Angulata, DNCB + Krim Plasebo, dan DNCB saja dengan uji perbandingan Kruskal Wallis yang berbeda signifikan dengan rata-rata tertinggi pada kelompok DNCB saja. Hasil penelitian sesuai dengan hipotesis yang menunjukkan bahwa flavonoid seperti quercetine dan rutin yang terkandung dalam krim ekstrak metanol daun PA 10% yang dioleskan pada model DA mencit BALB/c yang diinduksi dengan DNCB memiliki efek antiinflamasi yang dapat menurunkan infiltrat sel eosinofil pada jalur aktivasi sel eosinofil baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga menjadikan daun PA sebagai agen terapeutik yang menjanjikan untuk dermatitis atopik.
English Abstract
Atopic dermatitis (AD) is a chronic and recurrent inflammatory skin disease with a wide range of clinical forms. AD is influenced by many factors such as gene susceptibility, impaired skin barrier function, environmental factors, skin microbiome abnormalities, and immunological dysregulation involving various aspects and pathways of the immune system. Skin barrier’s disruption causes skin inflammation which is characterized by epidermal hyperplasia and infiltrates of inflammatory cells such as eosinophils, dendritic cells, and T cells. Increased eosinophils and the formation of spongiosis in the skin are characteristic of acute and chronic AD lesions which are relate with the disease activity. Eosinophils play an important immunoregulatory role by secreting large amounts of cytokines and chemokines. The occurrence of an increase in eosinophils in the tissue contributes to AD and has a correlation with the severity of the disease. Atopic dermatitis requires safe and effective therapy to control the disease in the long term. Therefore, understanding the mechanisms underlying AD is urgently needed to develop efficient therapeutic strategies. Therapy that inhibits the ability of mast cells, eosinophils, monocytes, macrophages and activated T helper cells such as Th1 and Th2, is expected to have a therapeutic effect on AD. Therefore, safe and effective AD therapy is needed for long-term use. One of them is by using natural bioactive compounds from plant extracts. Physalis angulata (PA) is known in Indonesia as a ciplukan plant which has been consumed as a medicinal plant. Several studies have shown that secosteroids (physalin and withanolides) and flavonoids (quercetine, rutin) found in PA can inhibit Nf-kB, TSLP, and MAPK which are pathways of activation of the inflammatory process that result in eosinophil activation. Therefore, active substances in PA leaf extract cream has the potential to be an alternative therapy for AD. The study aims to determine the effect of PA leaf extract cream on the number of eosinophils in the skin in a BALB/c mouse model that resembles DA with DNCB induction. The research design used was laboratory experimental using DNCB-induced BALB/c mice. In this study, the number of eosinophils was measured to determine the effect of giving PA leaf extract cream to the DA mouse model. The study consisted of three groups, group 1 were BALB/c mice induced with DNCB only, group 2 were BALB/c mice induced with DNCB and given placebo cream, group 3 were BALB/c mice induced with DNCB and given PA cream. 10%. Each group underwent histopathological examination by counting the number of eosinophils in the skin tissue on the 30th day. Observations on the 30th day showed clinical differences from each group. The appearance of AD lesions in group 1 showed erythema, erosion, crusting, scaling and dry skin, whereas those in group 2 showed erythema, erosion, crusting, scaling, minimal dry skin. Group 3 showed dry skin and thin scales. Histopathological examination of AD lesions in group 1 showed features of spongiosis, hyperkeratosis, parakeratosis and more severe infiltration of inflammatory cells. Histopathological examination in group 2 showed milder signs of spongiosis, hyperkeratosis, parakeratosis and infiltration of inflammatory cells when compared to group 1. Histopathological examination in group 3 showed features of spongiosis, hyperkeratosis and minimal infiltration of inflammatory cells when compared to groups 1 and 2, and no parakeratosis was found.
Item Type: | Thesis (Magister) |
---|---|
Identification Number: | 0423060039 |
Uncontrolled Keywords: | Physalis angulata, dermatitis atopik, eosinofil |
Subjects: | 600 Technology (Applied sciences) > 616 Diseases > 616.5 Diseases of integument / Skin--Diseases |
Divisions: | Profesi Kedokteran > Spesialis Dermatologi dan Venereologi, Fakultas Kedokteran |
Depositing User: | Endang Susworini |
Date Deposited: | 15 Nov 2023 06:09 |
Last Modified: | 15 Nov 2023 06:09 |
URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/204531 |
Text (DALAM MASA EMBARGO)
Anandita Faradila.pdf Restricted to Registered users only until 31 December 2025. Download (6MB) |
Actions (login required)
View Item |