Analisis Keberlanjutan Usahatani Jagung dan Tebu dengan Metode Multidimensional Scaling (MDS) Di Desa Bambang Kecamatan Wajak Kabupaten Malang.

Bahiyah, Khofifah Nailatul and Dr. Ir. Suhartini, M.P and Dr. Tri Wahyu Nugroho,, SP., M.Si (2023) Analisis Keberlanjutan Usahatani Jagung dan Tebu dengan Metode Multidimensional Scaling (MDS) Di Desa Bambang Kecamatan Wajak Kabupaten Malang. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Desa Bambang merupakan salah satu desa di Kecamatan Wajak yang memiliki potensi sebagai salah satu desa unggul penghasil pertanian, khususnya komoditas jagung, tebu, singkong, kopi dan lain sebagainya. Namun di Desa Bambang terdapat banyak aktivitas penambangan pasir secara illegal. Aktivitas penambangan di Desa Bambang semakin menurunkan perubahan kualitas lahan dari lahan kering menjadi lahan kritis. Fenomena tersebut erat kaitannya dengan praktik pertanian berkelanjutan yang dilakukan di Desa Bambang. Oleh karena itu dilakukan penelitian keberlanjutan usahatani, khususnya komoditas jagung varietas Pertiwi 3 dan tebu varietas BL sebagai dua komoditas usahatani terbanyak yang dilakukan di Desa Bambang. Penelitian dilakukan untuk mengetahui keuntungan usahatani jagung dan tebu, menganalisis indeks keberlanjutan usahatani jagung dan tebu melalui lima dimensi (ekologi, ekonomi, sosial budaya, kelembagaan dan teknologi), serta menganalisis atribut yang sensitif berpengaruh pada keberlanjutan usahatani jagung dan tebu. Metode yang digunakan yaitu Multidimensional Scalling (MDS) dengan pendekatan kuantitatif dan teknik ordinasi RAP-Multidimensi (Rapid Appraisal for Multidimension) yang merupakan modifikasi dari RAP-Fish software pada aplikasi R. Selain itu didalam teknik ordinasi RAP-Multidimensi terdapat sensitivity analysis (laverage analysis) untuk menentuan tingkat signifikansi pengaruh dari masing-masing atribut terhadap keberlanjutan. Teknik penentuan sampel penelitian petani jagung dan tebu dilakukan melalui teknik simple random sampling dengan rumus slovin, sehingga dari jumlah keseluruhan populasi petani jagung yang berjumlah 249 orang didapatkan sampel sebanyak 38 petani jagung yang tersebar sebagai anggota Kelompok Tani Asih Wono 1, Asih Wono 2, dan Asih Wono 3 sedangkan untuk petanni tebu dari jumlah populasi sebanyak 91 orang diperoleh sampel sebanyak 30 petani tebu. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi, dan penyebaran kuesioner. Teknik analisis data dilakukan melalui analisis keuntungan usahatani dan analisis keberlanjutan usahatani. Hasil analisis keuntungan usahatani menunjukkan bahwa usahatani jagung per Ha dengan periode panen 90 hari diperoleh keuntungan sebesar Rp 6.628.466 sedangkan usahatani tebu per Ha dengan periode panen 11 bulan diperoleh keuntungan sebesar Rp 16.459.918. Jika diasumsikan dalam satu bulan maka keuntungan usahatani jagung diperoleh sebesar Rp 2.209.489 sedangkan usahatani tebu diperoleh sebesar Rp 1.496.356. Selanjutnya dilakukan analisis keberlanjutan usahatani jagung dan tebu dengan memperlihatkan kombinasi dari lima dimensi yakni dimensi ekologi, ekonomi, sosial budaya, kelembagaan, dan teknologi. Berdasarkan result output Rap-farm ordination didapatkan indeks keberlanjutan usahatani jagung di Desa Bambang yang menunjukkan bahwa dimensi ekologi memiliki indeks sebesar 48,91 dengan status kurang berkelanjutan, dimensi ekonomi memiliki indeks sebesar 81,90 dengan status sangat berkelanjutan, dimensi sosial budaya memiliki indeks sebesar 67,62 dengan status cukup berkelanjutan, dimensi kelembagaan memiliki indeks sebesar 69,26 dengan status cukup berkelanjutan, dan dimensi teknologi memiliki indeks sebesar 52,80 dengan status cukup berkelanjutan. Sedangkan analisis keberlanjutan usahatani tebu menunjukan bahwa dimensi ekologi memiliki indeks sebesar 49,63 dengan status kurang berkelanjutan, dimensi ekonomi menunjukkan indeks sebesar 81,94 dengan status sangat berkelanjutan, dimensi sosial budaya menunjukkan indeks sebesar 69,23 dengan status cukup berkelanjutan, dimensi kelembagaan menunjukkan indeks sebesar 67,48 dengan status cukup berkelanjutan, dan dimensi teknologi menunjukkan indeks sebesar 56,48 dengan status cukup berkelanjutan. Sehingga hasil analisis keberlanjutan usahatani jagung dan tebu menunjukkan bahwa dimensi ekologi memiliki nilai skor terendah diantara semua dimensi. Terkait Atribut yang paling mempengaruhi tingkat keberlanjutan dimensi ekologi usahatani jagung dan tebu yaitu tanaman penutup lahan usahatani dengan nilai RMS jagung sebesar 2,98 sedangkan RMS tebu sebesar 2,51. Atribut yang paling mempengaruhi tingkat keberlanjutan dimensi ekonomi usahatani jagung dan tebu yaitu kepemilikan lahan untuk tanaman usahatani dengan nilai RMS jagung sebesar 4,30 sedangkan RMS tebu sebesar 3,52. Atribut yang paling mempengaruhi tingkat keberlanjutan usahatani jagung dan tebu pada dimensi sosial budaya yaitu tingkat kesehatan rumah tangga dengan nilai RMS jagung sebesar 5,88 sedangkan usahatani tebu RMS sebesar 5,81. Atribut yang paling mempengaruhi tingkat keberlanjutan usahatani jagung dan tebu dari dimensi kelembagaan yaitu manfaat keberadaan kelompok tani dalam desa dengan nikai RMS jagung sebesar 1,92 nilai RMS tebu sebesar 2,21. Atribut yang paling mempengaruhi tingkat keberlanjutan kedua usahatani jagung dan tebu dilihat dari dimensi teknologi adalah kepemilikan alsintan yang adaptif dengan nilai RMS sebesar jagung sebesar 3,20 sedangan nilai RMS tebu sebesar 4,02.

English Abstract

Bambang Village is one of the villages in the Wajak District that has the potential to become one of the foremost agricultural producing villages, particularly for corn, sugar cane, cassava, and coffee. However, there are many illicit sand mining operations in Bambang Village. The mining activities in Bambang Village have slowed the deterioration of arid land into critical land. This phenomenon is closely related to Bambang Village's sustainable agricultural practises. As a result, research was conducted on the viability of farming, focusing on the commodities of Pertiwi 3 varieties of corn and sugarcane of BL varieties as the two most prevalent agricultural products in Bambang Village. The research was conducted to determine the profit of corn and sugar cane farming, to analyse the sustainability index of corn and sugarcane farming through five dimensions (ecology, economy, socio-culture, institutional, and technology), and to determine the sensitif factors that influence the sustainability of corn and sugarcane farming. Multidimensional scaling (MDS) with a quantitative approach and the RAP-Multidimensional ordination technique (Rapid Appraisal for Multidimensional), which is a modification of the RAP-Fish software in the R application, are utilised as the methods. In addition, the RAP-multidimensional ordination technique incorporates sensitivity analysis (leverage analysis) to determine the magnitude of each attribute's influence on sustainability. The research sample technique for corn and sugarcane farmers was carried out through a simple random sampling technique with the slovin formula so that from a total population of 249 corn farmers, 38 corn farmers were obtained as samples who were spread as members of the Asih Wono 1, Asih Wono 2 Farmer Groups, and Asih Wono 3 while for sugarcane farmers from a total population of 91 people, a sample of 30 sugarcane farmers was obtained. Data collection techniques were carried out through interviews, observation, and distribution questionnaires. Data analysis techniques are carried out through analysis of farming profits and farming sustainability analysis. The results of the analysis of farming profits show that corn farming per Ha with a harvest period of 90 days obtains a profit of IDR 6,628,466 while sugar cane farming per Ha with a harvest period of 11 months obtains a profit of IDR 16,459,918. If it is assumed that within one month, the profit from corn farming is IDR 2,209,489 while sugarcane farming is IDR 1,496,356. In addition, the sustainability of corn and sugar cane production is evaluated by integrating five factors: ecological, economic, sociocultural, institutional, and technological. On the basis of the Rap-farm ordination results, the sustainability index for corn farming in Bambang Village was determined, and it showed that the ecological dimension had an index of 48.91 with a less sustainable status, the economic dimension had an index of 81.90 with a very sustainable status, the socio-cultural dimension had an index of 67.62 with a fairly sustainable status, the institutional dimension had an index of 69.26 with a fairly sustainable status, and the tetrad dimension had The analysis of the sustainability of sugar cane farming reveals that the ecological dimension has an index of 49.63 and a less sustainable status; the economic dimension has an index of 81.94 and a very sustainable status; the socio-cultural dimension has an index of 69.23 and a fairly sustainable status; the institutional dimension has an index of 67.48 and a fairly sustainable status; and the technology dimension has an index of 56.48 and a fairly sustainable status. From the analysis of the sustainability of corn and sugar cane farming, it can be concluded that the ecological dimension has the lowest aggregate score. With an RMS value of 2.98 for corn and 2.54 for sugar cane, the land cover for farming has the greatest influence on the level of sustainability of the ecological dimensions of corn and sugar cane farming. Farm cover crops, with an RMS value of 4.30 for corn and 3.50 for sugarcane, is the characteristic that most influences the level of sustainability of the economic dimension of corn and sugarcane farming. On the socio-cultural dimension, the attribute that most influences the level of sustainability of corn and sugarcane farming is the level of household health, with an RMS of 5.88 for corn and 5.81 for sugarcane farming. The benefits of farmer groups in the village, with an RMS value of corn of 1.92 and an RMS value of sugarcane of 2.21, are the institutional factors that most influence the level of sustainability of corn and sugarcane farming. Adaptive ownership of agricultural machinery, with an RMS value of 3.20 for corn and 4.02 for sugar cane, influences the level of sustainability of both corn and sugar cane farming the most from a technological perspective.

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: 0523040261
Subjects: 300 Social sciences > 338 Production > 338.1 Agriculture
Divisions: Fakultas Pertanian > Agribisnis
Depositing User: soegeng sugeng
Date Deposited: 25 Sep 2023 02:29
Last Modified: 25 Sep 2023 02:29
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/203250
[thumbnail of DALAM MASA EMBARGO] Text (DALAM MASA EMBARGO)
Khofifah Nailatul Bahiyah.pdf
Restricted to Registered users only until 31 December 2025.

Download (5MB)

Actions (login required)

View Item View Item